Surabaya, Bhirawa
Bencana banjir yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat kembali memunculkan desakan agar pemerintah memperkuat penataan ruang dan ketahanan kota menghadapi cuaca ekstrem. Dekan Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Retno Hastijanti, menilai peristiwa ini menjadi peringatan serius tentang rapuhnya arsitektur kota serta meningkatnya dampak perubahan iklim.
Dalam kesempatan ini, Retno juga menyampaikan duka cita atas bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan di berbagai wilayah Sumatera. Ia menegaskan bahwa banjir tersebut bukan hanya musibah alam, tetapi bukti nyata perubahan iklim yang semakin memengaruhi pola hidrologi, struktur tanah, dan ekologi sungai.
“Intensitas hujan yang tidak wajar serta perubahan pola angin menunjukkan bahwa prediksi iklim lama sudah tidak dapat dijadikan acuan. Master plan kota harus diperbarui secara berkala,” ujarnya, Rabu (3/12).
Retno menjelaskan bahwa banyak kota di Sumatera tumbuh secara organik di sekitar sungai sehingga rentan terhadap tekanan pembangunan. Permukiman informal yang menyempitkan badan sungai, berkurangnya daerah resapan, serta lemahnya pengawasan tata kelola sungai memperbesar dampak bencana ketika cuaca ekstrem terjadi.
Ia menyarankan pemerintah daerah untuk segera melakukan pemetaan menyeluruh terhadap wilayah rawan banjir dan longsor, termasuk memperbarui peta lidar dan sonar guna membaca perubahan topografi dan potensi pergerakan lahan. Data hidrologi dan geologi tersebut dinilai penting untuk menentukan zona aman maupun area yang wajib dipertahankan sebagai ruang terbuka.
“Keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang kosong menjadi faktor krusial untuk mencegah bencana berulang,” katanya.
Retno juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah, pemanenan air hujan, hingga menjaga tepian sungai. Menurutnya, kebijakan pemerintah tidak akan berjalan efektif tanpa keterlibatan warga.
Ia mengingatkan perlunya kolaborasi lima unsur-pemerintah, akademisi, masyarakat, sektor bisnis, dan media-dalam konsep pentahelix untuk menghadapi krisis iklim dan membangun kota yang lebih. [ina.wwn]


