Pemprov Jatim, Bhirawa
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) pada November 2025 sebesar 2,63 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) naik dari 106,62 pada November 2024 menjadi 109,42 pada November 2025. Secara bulanan (m-to-m), inflasi tercatat 0,17 persen, sementara inflasi tahun kalender (y-to-d) mencapai 2,16 persen.
Kepala BPS Jatim melalui Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Timur, Debora Sulistya Rini, menyebutkan, kenaikan inflasi tahunan disebabkan oleh meningkatnya harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar dengan inflasi 3,81 persen dan andil 1,05 persen terhadap inflasi umum.
“Beberapa komoditas yang turut mendorong kenaikan antara lain beras, cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng, bawang merah, daging ayam ras, hingga rokok SKM dan SKT,” katanya, Senin (1/12/2025).
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua, dengan lonjakan harga mencapai 13,56 persen. Komoditas emas perhiasan memberi andil sangat signifikan sebesar 0,82 persen, disusul kenaikan harga pasta gigi, sabun mandi, bedak, dan pembalut wanita.
Selain itu, kelompok pendidikan juga mencatat inflasi 1,71 persen, dipengaruhi kenaikan biaya pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Kelompok transportasi naik 1,01 persen, didorong oleh kenaikan harga mobil dan sepeda motor.
Sementara kelompok kesehatan mengalami inflasi 1,96 persen, terutama akibat naiknya tarif dokter spesialis.
Di sisi lain, satu-satunya kelompok yang mengalami penurunan harga adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, dengan deflasi 0,54 persen. Penurunan terutama dipicu oleh turunnya harga telepon seluler dan laptop/notebook.
Pada inflasi bulanan (m-to-m), komoditas yang paling mendorong inflasi adalah tomat, emas perhiasan, bawang merah, angkutan udara, serta cabai merah. Sementara harga beras, daging ayam ras, dan telur ayam ras justru turun dan memberi andil pada deflasi bulanan.
Pada kelompok makanan, seluruh subkelompok mengalami inflasi tahunan. Peningkatan tertinggi terjadi pada subkelompok makanan sebesar 3,96 persen. Beras menjadi penyumbang terbesar dengan andil 0,22 persen, diikuti cabai merah (0,12 persen) dan telur ayam ras (0,11 persen).
Beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga, seperti bawang putih, pisang, tomat, serta ikan mujair. Kelompok pakaian dan alas kaki naik 0,80 persen, didorong kenaikan harga sepatu wanita. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga naik 1,34 persen, dengan kenaikan terbesar datang dari harga bahan bakar rumah tangga.
Pada kelompok perlengkapan rumah tangga, inflasi berada di angka 0,38 persen, dengan kenaikan tertinggi pada barang pecah belah dan peralatan makan minum. Sementara sabun detergen bubuk memberi andil terhadap deflasi di kelompok ini.
Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya mencatat inflasi 1,17 persen, terutama akibat naiknya harga perlengkapan sekolah dan layanan kebudayaan. Sementara kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran mengalami inflasi 1,40 persen, dengan nasi lauk, bakso siap santap, dan kopi siap saji sebagai pendorong utama.
Meski sejumlah komoditas pangan dan perawatan pribadi mengalami kenaikan harga cukup signifikan, BPS menilai inflasi Jawa Timur pada November 2025 masih berada dalam kategori terkendali. Sejumlah komoditas seperti beras, daging ayam, telur ayam, serta perangkat elektronik membantu menahan laju inflasi.
BPS akan terus melakukan pemantauan pada komoditas-komoditas utama, khususnya menjelang periode libur akhir tahun yang berpotensi mendorong peningkatan permintaan.[rac.ca]


