Kisah Pertamina dan Denyut Kehidupan
Sidoarjo, Bhirawa
Di Sidoarjo yang padat dan dinamis, saat denyut industri berpadu dengan nadi pertanian dan tambak, sebuah transformasi senyap sedang berlangsung. Ini bukan cerita tentang pabrik baru yang menjulang atau jalan tol yang membelah lahan, melainkan tentang energi yang lebih bersih mengalir, dan harapan baru yang tumbuh dari kolaborasi antara raksasa energi nasional, Pertamina, dengan masyarakat lokal. Ini adalah tentang bagaimana visi energi hijau diterjemahkan menjadi aksi nyata, mengubah paradigma, dan menggerakkan roda ekonomi berkelanjutan di “Kota Delta”.
Oleh:
Wahyu Kuncoro, Wartawan Bhirawa
Langit di atas Desa Kalanganyar, Sedati, Sidoarjo, Rabu (29/10) petang, perlahan berubah menjadi jingga keemasan. Bau khas tambak ikan, aroma kehidupan yang telah turun-temurun menghidupi warga di sini, berpadu dengan semilir angin sore. Di salah satu sudut desa, di sebuah rumah sederhana milik Pak Hadi, lampu LED kecil mulai menyala, bertenaga surya. Bagi banyak orang, ini mungkin hal biasa, tapi bagi Pak Hadi dan puluhan warga lain yang kini menikmati listrik dari panel surya komunal, ini adalah penanda sebuah perubahan.
“Dulu, kami sangat bergantung pada listrik PLN yang kadang masih naik turun tegangannya, apalagi di daerah pinggiran tambak seperti ini,” kenang Pak Hadi, seorang petani tambak paruh baya dengan sorot mata menerawang jauh.
“Sekarang, dengan adanya bantuan dari Pertamina berupa instalasi panel surya untuk penerangan jalan dan beberapa fasilitas umum, beban kami sedikit berkurang. Anak-anak bisa belajar lebih tenang di malam hari, dan kami merasa lebih aman,” tambahnya
Episode perubahan kecil ini adalah salah satu fragmen dari mozaik besar upaya Pertamina dalam membangun ekosistem energi hijau di Sidoarjo. Bukan sekadar proyek mercusuar, melainkan inisiatif yang meresap ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, didorong oleh semangat keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pertamina, sebagai tulang punggung energi nasional, sadar betul akan tantangan perubahan iklim dan urgensi transisi energi. Visi besar untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 membutuhkan langkah konkret, tidak hanya di level korporat, tetapi juga di setiap jengkal wilayah operasionalnya.
Sidoarjo, dengan segala potensinya, menjadi salah satu laboratorium penting bagi implementasi visi tersebut. Melalui sinergi internal, termasuk peran aktif Pertamina Patra Niaga dan Pertamina New and Renewable Energy (NRE), perusahaan ini mulai merajut benang-benang ekosistem energi hijau.
Kunci dari upaya ini, adalah kolaborasi dan pendekatan holistik, tidak sekadar menyediakan teknologi, tetapi memberdayakan manusianya.
Salah satu inisiatif yang paling menyentuh adalah program ekonomi sirkular minyak jelantah.
Di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Sidoarjo, kini tersedia titik pengumpulan minyak jelantah dari rumah tangga dan usaha mikro. Program ini didukung oleh aplikasi My Pertamina, memudahkan warga untuk berpartisipasi.
Ibu Kartika, seorang pemilik warung makan di daerah Candi, Sidoarjo, adalah salah satu peserta aktif. “Setiap minggu, saya kumpulkan minyak jelantah dari warung saya dan bawa ke SPBU terdekat. Selain dapat insentif berupa poin di aplikasi yang bisa ditukar bahan bakar atau sembako, saya juga merasa senang karena limbah yang dulu bikin pusing mau dibuang ke mana, sekarang jadi bermanfaat,” ujarnya sambil tersenyum.
Minyak jelantah yang terkumpul ini tidak berakhir sia-sia. Ia diolah di kilang Pertamina (meskipun sebagian besar di Cilacap, namun bahan baku dari Sidoarjo ini menjadi bagian dari rantai pasok) menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar aviasi berkelanjutan. Ini adalah contoh nyata bagaimana limbah rumah tangga bisa bertransformasi menjadi energi masa depan, sebuah siklus yang secara langsung mengurangi emisi karbon.
Oase Hijau di Tengah Industri
Sidoarjo dikenal sebagai salah satu kawasan industri padat di Jawa Timur. Namun, Pertamina mencoba menghadirkan “oase hijau” melalui program-program berbasis komunitas dan lingkungan.
“Kampung Hijau Pertamina” adalah salah satu buktinya. Meskipun program percontohan awalnya berada di Surabaya, semangat dan pendekatannya menular ke Sidoarjo.
Di beberapa area di Sidoarjo, terutama yang berdekatan dengan fasilitas operasional Pertamina seperti Aviation Fuel Terminal (AFT) Juanda, program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) fokus pada perbaikan kualitas lingkungan dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Salah satu yang menarik adalah dukungan terhadap UMKM “Kampung Cabut Duri” (KUCARI) di Desa Kalanganyar. Program ini bukan tentang energi secara langsung, tetapi tentang pembangunan berkelanjutan yang didukung oleh entitas energi.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi menilai UKM KUCARI ini bukan sekadar kegiatan ekonomi biasa, tapi mencerminkan cita-cita besar untuk menjadikan Kalanganyar sebagai desa mandiri, bersih, dan berdaya saing.
“Kolaborasi antara dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah desa akan menciptakan perubahan nyata dan berkelanjutan,” jelas Ahad Rahedi. Lebih lanjut menurut Rahedi, Pertamina juga selalu mendampingi setiap program CSR yang berada di unit-unit lokasinya termasuk diantaranya di AFT Juanda dengan salah satu unggulannya yakni Program Kalanganyar Sentris Berseri.
“Kami melihat inisiatif warga ini bukan hanya gerakan ekonomi kreatif, tetapi juga semangat kemandirian dan kepedulian terhadap pembangunan desa,” jelasnya lagi.
Menurut Rahedi, dengan membantu warga mengolah ikan bandeng cabut duri, Pertamina tidak hanya memberdayakan ekonomi lokal, tetapi juga secara tidak langsung mendukung praktik perikanan yang lebih baik dan mengurangi potensi limbah. Ini adalah pendekatan holistik di mana keberlanjutan ekonomi berjalan beriringan dengan kelestarian lingkungan.
Selain itu, aksi penanaman pohon secara masif juga rutin dilakukan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Ribuan bibit pohon, seperti Ketapang Varigata, ditanam di berbagai area publik dan pinggiran kota.

“Kami berharap dapat mewujudkan lingkungan yang lebih baik untuk masyarakat dan generasi yang akan datang,” ungkap Rahedi lagi. Aksi sederhana ini, jika dilakukan secara konsisten, akan menciptakan paru-paru kota baru, menyerap karbon, dan memperbaiki kualitas udara di Sidoarjo yang padat.
Edukasi dan Transformasi Pola Pikir
Elemen paling krusial dari pembangunan ekosistem adalah perubahan pola pikir. Teknologi canggih dan bantuan material tidak akan bertahan lama tanpa kesadaran kolektif. Di sinilah peran edukasi menjadi vital.
Pertamina seringkali melibatkan mahasiswa dan komunitas lokal dalam berbagai sesi sosialisasi dan pelatihan mengenai transisi energi dan efisiensi energi. Melalui Pertamina NRE, perusahaan mengajak generasi muda untuk aktif dalam upaya mencapai ketahanan energi nasional melalui energi bersih.
“Dulu saya pikir energi hijau itu cuma proyek besar pemerintah atau perusahaan raksasa,” kata Rina, seorang mahasiswi asal Sidoarjo yang aktif dalam komunitas lingkungan.
“Tapi setelah ikut beberapa webinar dan kunjungan lapangan yang difasilitasi Pertamina, saya sadar bahwa kontribusi bisa dimulai dari hal kecil, seperti memilah sampah, menghemat listrik, dan mendukung produk daur ulang. Ini mengubah cara pandang saya secara drastis,” tuturnya penuh optimis.
Penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di beberapa titik di Sidoarjo juga menjadi bagian dari upaya mengedukasi dan mendorong masyarakat beralih ke mobilitas yang lebih ramah lingkungan. Ketika warga melihat infrastruktur ini tersedia, hambatan psikologis untuk menggunakan kendaraan listrik perlahan terkikis.
Menatap Masa Depan yang Lebih Cerah
Sore itu, di Desa Kalanganyar, lampu-lampu jalan bertenaga surya mulai bersinar terang, memancarkan cahaya harapan. Pak Hadi menyelesaikan pekerjaannya di tambak dan bersiap pulang, hatinya lebih ringan karena tagihan listrik rumah tangganya sedikit terbantu oleh efisiensi energi komunal dan insentif minyak jelantah.
Di berbagai sudut Sidoarjo, jejak kontribusi Pertamina mungkin tidak selalu terlihat dalam bentuk proyek raksasa, tetapi terasa dalam perubahan kecil yang berarti: udara yang sedikit lebih bersih berkat penanaman pohon, ekonomi lokal yang berdaya melalui UMKM, dan kesadaran warga yang semakin tinggi akan pentingnya keberlanjutan.
Ekosistem energi hijau di Sidoarjo masih dalam tahap pertumbuhan. Banyak tantangan yang menanti. Namun, kolaborasi yang terjalin antara Pertamina dan masyarakat lokal menunjukkan arah yang positif. Ini adalah kisah tentang sinergi, inovasi, dan komitmen untuk masa depan yang lebih hijau, di mana energi tidak hanya menggerakkan mesin industri, tetapi juga menghidupkan harapan dan kesejahteraan bagi masyarakat Kota Delta. Pertamina telah menabur benih, dan kini, di tanah Sidoarjo yang subur, asa energi hijau itu mulai bersemi, siap tumbuh menjadi pohon rindang yang menaungi generasi mendatang. ***


