28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Hikmah dari Al-Khoziny

Pernyataan empati dari seluruh dunia berdatangan mendukung pesantren Al-Khoziny, khususnya dari jazirah Arab, dan Afrika. Hanya berselang beberapa jam sejak hari pertama musibah ambruknya konstruksi mushala pesantren, empati sudah berdatangan dari berbagai alumni. Bahkan Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, juga telah berada di pesantren Al-Khoziny, dalam dua jam pasca keruntuhan. Seluruh empati mendukung pengasuh pesantren Al-Khoziny, tabah dan bersabar menerima musibah.

Banyaknya pejabat yang datang dalam waktu singkat menujukkan “posisi sosial” (kemanfaatan) pesantren Al-Khoziny. Hanya berselang sehari, beberapa Menteri anggota Kabinet Merah-Puitih juga datang. Walau pesantren tidak terlibat partai politik. Seluruh menteri yang datang telah mencanangkan program “pengawalan” pembangunan pesantren, berlaku secara nasional. Maka hikmah dari musibah, telah nampak.

Musibah Al-Khoziny juga nampak pada keterlibatan dua lembaga ke-bencana-an. Yakni Basarnas (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan), serta BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Dua institusi yang telah bekerja cermat 24 jam non-stop tiap hari selama sepekan. Dalam hitungan menit setelah mushala runtuh, tiga alat berat, dan 30 ambulans, sudah berada di dalam pesantren. Berhasil mengangkat selamat 104 santri dari reruntuhan. Serta 67 santri syahid, yang masih di-identifikasi.

Pertolongan dalam evakuasi reruntuhan di Indonesia memiliki sandaran hukum sangat kokoh. Diatur dalam UU Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan. Khususnya dalam pasal 14 huruf d, yang dikategorikan sebagai “kondisi membahayakan manusia.” Khususnya kasus kegagalan teknik konstruksi. Segenap wali santri juga memberi dukungan pengasuh pesantren, sejak hari pertama. Sekaligus menyatakan ikhlas. Karena di-yakini, yang paling terguncang adalah pengasuh pesantren.

Berita Terkait :  Bupati Situbondo Temui Menteri PUPR Bahas Jalan Rusak Pantura

Sepanjang hidup pengasuh pesantren hanya memberi keteladanan adab (pembentukan karakter dan akhlak mulia), dan ilmu agama kepada santri. Serta mengajarkan hidup mandiri sejak usia dini, karena terpisah dari orangtua. Maka kyai pengasuh pesantren menjadi orangtua bersama. Seluruh santri, adalah bagai anak kyai pengasuh. Ber-interaksi setiap hari, makan dengan menu yang sama. Selama proses belajar, santri selalu mencium tangan kyai, sebagai “ngalap berkah.”

“Ngalap berkah,” berarti mengharap ke-berkah-an dari Allah melalui kebaikan diri kyai pengasuh pesantren. Paradigma “Ngalap berkah,” bukan sekadar dilakukan oleh santri. Melainkan juga dilakukan wali (orangtua santri). Juga masyarakat sekitar pesantren, dan masyarakat di berbagai tempat yang dikunjungi kyai. Hubungan ke-berkah-an menjadi dasar kepercayaan, sekaligus ke-patuh-an kepada kyai pesantren. Lazim pada tatanan sosial sebagai penghargaan terhadap “prestasi” spiritual dan keilmuan kyai.

Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, bukan pesantren yang didirikan secara dadakan beberapa tahun lalu. Melainkan salahsatu pesantren tertua di Jawa Timur, berusia seabad lebih. Didirikan oleh KH Raden Khozin Khoiruddin, menantu KH Ya’qub, pengasuh pesantren Siwalan Panji. Didirikan sejak sekitar tahun 1915-1920, Al-Khoziny memiliki rekam jejak cemerlang. Memiliki sanad keilmuan langsung pada sumber pendidikan Islam sampai pada Rasulullah SAW. Ribuan alumni pesantren Al-Khoziny, tersebar, Sebagian menjadi pejabat negara.

Evakuasi Basarnas, dan BNPB sudah selesai. Kini kyai pengasuh pesantren bersama orangtua santri berupaya trauma healing, dengan istighotsah. Dengan keyakinan, setiap musibah selalu terdapat hikmah. Trauma healing terutama dengan seksama mendalami AlQuran surah Al-Baqarah (2:155). Bahwa berupa ketakutan karena paceklik, kehilangan harta, dan kehilangan anak yang dicintai, merupakan ujian Allah. Yang bersabar akan memperoleh kebahagiaan.

Berita Terkait :  Penjelasan Psikolog Terkait Fenomena Bunuh Diri Kian Marak Terjadi di Kota Probolinggo

Musibah Al-Khoziny, kini dikenang sebagai momentum pembinaan dan penawasan pondok pesantren. Sejak abad ke-17 pesantren sudah mengawali pendidikan kepada rakyat, secara mandiri. Bahkan selalu menjadi simbol perlawanan rezim kolonial.

——— 000 ———

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru