26 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Mengikuti Festival Ojung Didesa Kendit, Situbondo


Bisa Datangkan Hujan, Jadi Simbol Ketangguhan dan Solidaritas Masyarakat Situbondo
Oleh:
Sawawi, Kab Situbondo

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo menggelar Festival Ojung di Lapangan Desa/Kecamatan Kendit, pada Senin (2/9).

Tradisi Ojung, yang juga dikenal sebagai Ojhung dalam bahasa Madura, merupakan permainan adu fisik dua peserta menggunakan rotan sebagai senjata cambuk. Ritual ini telah dilakukan turun-temurun sejak abad ke-13 oleh para pembabat desa dengan tujuan utama memohon kepada Tuhan agar menurunkan hujan dan menolak bala bencana.

Sebelum pertandingan dimulai, acara dibuka dengan doa bersama dipimpin tetua adat, diiringi gamelan, kendang, dan gong, yang menciptakan suasana sakral sekaligus meriah.

Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo atau akrab disapa Mas Rio, hadir langsung membuka festival dan menekankan pentingnya pelestarian budaya di era modern.

“Festival Ojung bukan hanya ritual memohon hujan, tapi juga simbol ketangguhan dan solidaritas masyarakat Situbondo. Di tengah tantangan iklim seperti sekarang, tradisi ini mengingatkan kita untuk bersyukur dan berdoa bersama,” ujar Mas Rio.

Pemerintah daerah, lanjut Mas Rio, akan terus mendukung acara ini sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya lokal. “Untuk festival yang akan datang kita buat yang lebih besar lagi di Alun-Alun Situbondo,” imbuhnya.

Festival tahun ini menampilkan puluhan pertandingan ronde, masing-masing berlangsung lima menit dengan tiga hingga lima kali adu cambukan, diawasi wasit.

Berita Terkait :  Mengikuti Kegiatan Food Care SMAN 1 Kapongan, Situbondo

Ribuan warga yang memadati lokasi festival mengungkapkan kegembiraan mereka atas kelestarian tradisi ini. Seorang peserta Ojung asal Desa Curah Tatal, Taufik (45 tahun), yang ikut bertanding sejak remaja, berbagi pengalaman tentang makna ritual bagi petani seperti dirinya.

“Setiap cambukan rotan ini seperti doa kami. Tahun lalu, setelah Ojung, hujan deras turun seminggu kemudian. Itu bukti Tuhan mendengar pengorbanan kami. Festival ini bikin desa ramai, anak muda juga belajar hormati leluhur,” papar Taufik.

Dampak festival terhadap masyarakat setempat terasa nyata, terutama bagi petani yang bergantung pada musim tanam.

Panitia festival, yang melibatkan Pemerintah Kecamatan Kendit, melaporkan peningkatan pengunjung hingga 30 persen dibanding tahun sebelumnya, sekaligus mendongkrak ekonomi lokal melalui penjualan makanan tradisional setempat.

Warga lain, seorang ibu rumah tangga bernama Sutini (32) dari Desa Panarukan, menyaksikan festival sambil membawa anak-anaknya. Ia menilai acara ini sebagai pendidikan nilai bagi generasi muda.

“Dulu orang tua cerita, Ojung ini obat dari kekeringan. Sekarang, dengan festival begini, anak-anak saya ikut menyaksikan betapa pentingnya budaya kita. Terima kasih Bupati Mas Rio yang datang, rasanya didukung penuh,” ungkap Sutini.

Pemerintah Kabupaten Situbondo berencana mengembangkan Festival Ojung menjadi agenda tahunan berskala nasional, dengan integrasi elemen digital seperti live streaming untuk menjangkau audiens lebih luas.

“Kami akan alokasikan anggaran untuk riset lebih lanjut tentang sejarah Ojung, agar generasi mendatang paham akarnya. Ini bukan sekadar festival, tapi jembatan masa lalu dan masa depan Situbondo yang lebih hijau dan makmur,” pungkas Mas Rio. [awi.gat]

Berita Terkait :  Sertijab Kepala SMKN 1 Suboh, Situbondo

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru