24 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Berkunjung ke Museum BI Jakarta, Tempat Belajar Sejarah Ekonomi dan Jejak Mata Uang Indonesia


Oleh:
Muhammad Taufiq, Kota Malang

Selama ini bila bicara museum , bayangan kita akan disuguhkan artefak kuno, namun bagaimana bila musem bank sentral yang akan kita kunjungi, ada apa di sana?

Harian Bhirawa berkesempatan mengunjungi Museum Bank Indonesia Jakarta yang adalah museum edukasi tentang dunia perbankan. Berlokasi di Kota Tua Jakarta Barat, tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 3. , museum ini merupakan gedung bekas Bank Indonesia , sebuah cagar budaya dan menyajikan koleksi numismatik (uang) serta sejarah sistem perbankan Indonesia melalui media modern.

Untuk masuk ke museum ini, pengunjung tidak perlu merogoh kocek dalam. Museum BI gratis untuk umum, sebuah komitmen agar edukasi keuangan dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.

Jam operasionalnya adalah Selasa-Minggu pukul 08.00-16.00 WIB. Museum tutup setiap Senin dan hari libur nasional.

Masuk di Muesem BI, kita akan disuguhi semua hal mengenai perkembangan bangsa Indonesia dari sisi ekonomi keuangan dari masa kolonial hingga kemerdekaan dan kemajuan saaat ini, Bank Indonesia (BI).

Ditemani Trie Kanthi Wigati , edukator sekaligus Pemandu di Museum Bank Indonesia (MUBI), Bhirawa mendapat penjelasan semua pengetahuan sejarah keuangan Indonesia.

Ia seolah hafal dengan seluruh seluk beluk Museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, yang masih berdiri megah dengan corak kolonial dan neo-klasik. “Selamat datang di Museum BI, bapak ibu sekalian, “sapa dia ramah.

Berita Terkait :  MPR RI Komitmen Perkuat Peningkatan Kualitas dan Kesejahteraan Guru

Ia lantas mempersilahkan rombongan kami, di ruang pamer benda-benda bersejarah, yang sekaligus pusat edukasi publik tentang perjalanan ekonomi dan moneter Indonesia.

Secara detail ia mengisahkan jika Gedung ini dulunya merupakan kantor pusat De Javasche Bank (DJB), bank sirkulasi Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828.

Pada tahun 1953, DJB berubah menjadi Bank Indonesia, bank sentral Republik Indonesia.

Pada 2006, gedung bersejarah ini disulap menjadi museum modern dengan sentuhan teknologi mutakhir. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan pembukaannya pada 15 Juli 2009.

Arsitektur di setiap ruangan bangunan museum terlihat dengan jelas cirikhas kolonialnya. Pilar yang menjulang, serta ornamen klasik, hingga lantai marmer yang masih asli manandakan sisa kemegahan masa lalu. Masih lengkap dengan ruang kas besar, brankas berlapis baja, dan dinding tebal tetap terjaga bentuk aslinya.

“Semuanya masih asli,”tandas perempuan yang dipanggil Tria ini , sembari terus membawa pengunjung kesetiaan relung perjalanan ekonomi dan moneter Indonesia.

Yang masih terkesan di antara para pengunjung adalah dari dalam bangunan pengunjung bisa menyaksikan langit-langit tinggi dengan lampu kristal dan detail artistik yang memperkuat kesan perjuangan Rupiah.

Tria juga membawa pengunjung pada perkembangan alat pembayaran mulai dari Koin kepeng hingga Digitalisasi.

Ruang Koleksi Numismatik menampilkan beragam mata uang yang pernah beredar di Nusantara. Dari koin kepeng Tiongkok, uang logam VOC, gulden Belanda, hingga ORI (Oeang Republik Indonesia) yang dicetak pasca-proklamasi 1945.

Berita Terkait :  Ketua DPD RI dan Ketua Senat Kamboja Sepakati Pembentukan Forum Senat ASEAN

Sejarah Krisis Moneter juga dipaparkan, termasuk gejolak 1997-1998 yang mengguncang perekonomian Indonesia. Visualisasi interaktif menjelaskan bagaimana nilai Rupiah terdepresiasi dan peran BI dalam memulihkan stabilitas moneter.

Era Digital dihadirkan melalui informasi tentang perkembangan sistem pembayaran modern, termasuk QRIS, e-money, hingga peran BI dalam mendorong transformasi ekonomi digital.

Teknologi Multimedia yang Edukatif
Tidak seperti museum konvensional, Museum BI memanfaatkan teknologi multimedia. Di dalamnya terdapat teater mini yang memutar film dokumenter tentang sejarah Bank Indonesia, layar interaktif untuk mempelajari sistem perbankan, hingga simulasi edukasi kebijakan moneter.

Bahkan anak-anak bisa belajar sambil bermain, seperti mencoba mendeteksi uang palsu dengan alat pemindai atau berfoto dengan latar uang kuno.

Ia menegaskan bahwa museum ini bukan hanya ruang wisata sejarah, tetapi juga sarana literasi keuangan. Setiap tahun, ribuan pelajar, mahasiswa, hingga peneliti berkunjung untuk memahami lebih dalam tentang sistem keuangan nasional.

“Melalui museum ini, kami ingin masyarakat memahami bahwa uang bukan sekadar alat tukar, tetapi juga menyimpan kisah perjuangan, kedaulatan, dan perjalanan bangsa,” ujarnya.

Program dan Kegiatan
Selain pameran tetap, Museum BI juga rutin mengadakan kegiatan tematik , seperti Pameran Temporer yang menyoroti isu aktual, misalnya sejarah inflasi, inklusi keuangan, atau digital banking.

Workshop dan Literasi Keuangan bagi pelajar, mahasiswa, dan komunitas. Pertunjukan Seni yang memadukan sejarah ekonomi dengan budaya, agar lebih dekat dengan generasi muda.

Berita Terkait :  Diskopumdag Tuban Gelar Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pengurus KDKMP

Menjaga Warisan, Menyongsong Masa Depan
Lebih dari sekadar etalase uang kuno, Museum Bank Indonesia adalah ruang refleksi perjalanan ekonomi bangsa. Dari sini, publik bisa melihat bagaimana sistem moneter memengaruhi politik, sosial, dan kesejahteraan rakyat.

Seperti yang pernah disampaikan seorang pengunjung, “Di sini saya baru sadar bahwa uang yang kita gunakan sehari-hari punya kisah panjang. Bukan sekadar lembaran kertas, tapi simbol kedaulatan.”

Dengan wajah modern yang berpadu warisan sejarah, Museum Bank Indonesia kini menjadi salah satu destinasi unggulan di kawasan Kota Tua Jakarta. Ia mengajarkan generasi muda untuk menghargai rupiah, memahami ekonomi, sekaligus merawat sejarah. [mut.gat]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru