Pemprov, Bhirawa
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur kembali menghidupkan khasanah cerita Panji melalui pergelaran Wayang Topeng Malangan bertajuk “Smaratahta: Lelana Klana”.
Pertunjukan ini menjadi bagian dari rangkaian program Topeng Panji untuk Dunia, yang sebelumnya sukses menghadirkan lakon-lakon populer seperti Rara Jiwa Rara Tangis, Panji Laras, Panji Mangu, Panji In Love, hingga Lentera Panji pada Agustus lalu yang mampu menyedot ribuan penonton muda.
Kisah Panji kali ini dikemas dalam format drama tari dengan nuansa segar yang tetap berpijak pada akar tradisi. Mengangkat tema besar tentang cinta, ambisi, dan kekuasaan, Smaratahta: Lelånå Klånå menghadirkan ketegangan antara Raden Panji Asmorobangun, Dyah Sekartaji, dan Prabu Klana. Lakon ini menjadi refleksi tentang bagaimana manusia kerap terjebak di persimpangan antara cinta sejati, hasrat duniawi, dan nafsu berkuasa.
Pergelaran ini lahir dari kolaborasi dua sanggar topeng ternama, yaitu Sanggar Tari Topeng Bayu Chandra Kirana pimpinan Hadi Susiswanto dan Sanggar Seni Topeng Madyo Laras pimpinan Susilo Hadi.
Penyutradaraan dipercayakan kepada Ririn Arisanti, dengan koreografi oleh Binti Ayu dan Dimas Bagus, serta komposisi musik garapan Susilo Hadi dan Dimas Bagas. Proses produksi juga melibatkan kurator berpengalaman, Lilik Subari dari STKW Surabaya, dan Dhimas Respati.
Kepala Disbudpar Jawa Timur, Evy Afianasari, menegaskan bahwa pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, melainkan sarana pendidikan seni, pelatihan teknis, serta pengembangan kapasitas bagi sanggar dan komunitas muda.
“Dengan pertunjukan topeng Panji Malangan yang dikemas kekinian, kami ingin menggugah rasa handarbeni dan menyalakan semangat dalam diri setiap generasi muda. Seni topeng bukan hanya hiburan, tetapi juga cermin budaya, panduan moral, sekaligus sumber inspirasi bagi kehidupan masa kini,” ujar Evy.
Melalui perpaduan estetika tradisi dan energi kontemporer, Smaratahta: Lelånå Klånå menghadirkan ruang dialog harmonis antara seni klasik dengan semangat zaman. Penonton akan diajak menyelami dunia Panji secara megah sekaligus emosional, serta belajar menghargai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya Jawa Timur.
Pertunjukan ini terbuka untuk masyarakat umum dan diharapkan menjadi wadah reflektif bersama dalam merayakan kekayaan budaya daerah. Disbudpar Jatim menegaskan, tradisi bukan hanya warisan masa lalu, tetapi fondasi yang kokoh untuk melangkah ke masa depan. [rac.gat]


