Karnaval Budaya Kota Lama dibuka Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, Sabtu (13/9) kemarin.
Kota Malang, Bhirawa.
Karnaval Budaya Kota Lama, Sabtu 13/9 kemarin, serasa. istimewa, lantaran kearifan lokal Budaya Jawa dan Madura sangat ditonjolkan.
Keduanya ditampilkan secara kolaboratif dalam parade seni dan budaya.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, hadir langsung membuka dan peserta karnaval tersebut.
Dalam sambutannya, Wahyu mengemukakan bahwa karnaval budaya bukan hanya sekadar ajang hiburan, tetapi juga wadah memperkuat identitas serta menumbuhkan perekonomian rakyat.
“Penampilan di karnaval Kota Lama ini banyak menonjolkan kearifan lokal, d penggabungan antara budaya Jawa dan Madura,”tutur Wahyu Hidayat.
Selain berkesenian, kegiatan ini juga berkontribusi pada perputaran ekonomi masyarakat.
Wali Kota yang akrab disapa Pak Mbois itu menambahkan, karnaval menjadi bagian dari program “Seribu Event” yang digagas Pemerintah Kota Malang. Setiap event, menurutnya, harus memberikan manfaat nyata, baik bagi pelaku seni, UMKM, maupun masyarakat umum.
Ketua RW setempat yang juga anggota Komisi C DPRD Kota Malang, Nurul Faridawati, menyampaikan bahwa karnaval ini juga menjadi sarana menjaga kelestarian budaya, khususnya bagi warga keturunan Madura yang jumlahnya mencapai 80 persen di lingkungannya.
“RW saya hampir 80 persen itu Madura. Makanya kesenian itu saya gabung antara Jawa dan Madura. Meski tinggal di Malang, adat Madura tetap harus dijaga,” tukas politisi Gerindra itu.
Tahun ini, sebanyak 12 grup kesenian tampil memeriahkan panggung karnaval. Jumlahnya memang sedikit berkurang dibanding tahun sebelumnya karena sebagian mengikuti agenda karnaval lain, namun hal itu tidak mengurangi semaraknya acara.
Nurul juga memastikan pelaksanaan tetap ramah lingkungan dengan larangan penggunaan sound horeg yang kerap dianggap mengganggu kenyamanan warga.
Selain pertunjukan seni, karnaval juga disemarakkan dengan bazaar kuliner UMKM yang menghadirkan 53 stan. Warga bisa menikmati ragam sajian mulai dari nasi jagung, seafood, hingga sosis bakar. Setiap pelaku usaha membayar biaya partisipasi sebesar Rp50 ribu per stan, yang hasilnya turut membantu operasional kegiatan.
“Selain karnaval, kami juga ada UMKM Ini tidak hanya meningkatkan seni dan budaya, tapi juga mengubah mindset masyarakat agar lebih kreatif dan mandiri,” tutur Nurul.
Even ini membuat Kota Lama malam itu semakin hidup, dentuman musik tradisional berpadu dengan semerbak aroma kuliner lokal, sementara penonton bersorak riuh menyambut setiap penampilan yang lewat. Karnaval Budaya Kota Lama sekali lagi membuktikan bahwa Malang adalah rumah harmoni, tempat Jawa dan Madura bertemu dalam seni, budaya, dan kebersamaan. (mut.hel)


