25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Temukan Terang dalam Gelap di UPT RSBN Malang Dinsos Jatim

Kota Malang, Bhirawa
Di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Netra Malang dibawah Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, banyak penyandang netra yang ingin mengubah hidupnya dari gelap menuju terang. Seperti apa kondisi para penyandang disabilitas netra setelah menerima pembelajaran dan pelatihan selama beberapa tahun di UPT di bawah kepemimpinan Firdaus Sulistijawan?

Sebelumnya selama lima tahun lebih, UPT RSBN Malang terus berbenah dan berinovasi dalam memberikan pelayanan publik. Secara bertahap, Kepala UPT RSBN Malang Firdaus Sulistijawan mengubah UPT tersebut hingga layak untuk disebut sebagai wisata edukasi. Diantaranya mengedukasi warga masyarakat agar peduli terhadap penyandang disabilitas netra.

Masyarakat yang berkunjung bisa menjajal ADL (Activity Daily Living) yang diikuti penerima manfaat, (OM) Orientasi Mobilitas atau dikenal dengan Bombastis (Belajar Orientasi Mobilitas Bagi Disabilitas Netra dan Komunitas) dimana pengunjung akan berikan penutup mata dan berjalan menggunakan tongkat, serta (BTB) Baca Tulis Braille.

Kemudian jika lelah menjajal ADL atau Bombastis, pengunjung bisa menikmati sentuhan pijat penyegaran (massage), pijat shiatsu, pijat refleksi dari para disabilitas netra yang belajar di UPT RSBN Malang. Setelah itu pulang bisa membeli home industri dan kerajinan tangan hasil karya disabilitas netra seperti pembuatan keset, sapu dan sulak.

“Meski semuanya dilakukan dengan keterbatasan anggaran, tapi dengan upaya yang kuat maka hasilnya seperti ini. Terpenting mampu berkreasi dan berkreativitas menjadikan sebuah UPT lebih berkembang. Akhirnya terlihat hasilnya UPT RSBN Malang menjadi seperti ini, ” kata Firdaus yang penyuka barang jadul.

Berita Terkait :  Polinema Tempati Peringkat Ke-3 di Porseni XIV Politeknik

Di sisi lain, salah satu penerima manfaat, di usia 44 tahun, Dendi Setiawan menatap masa depan dengan semangat yang tak lagi suram. Meski kedua matanya tak lagi bisa melihat sejak usia muda, kini ia justru tengah mempersiapkan langkah besar dalam hidupnya yaitu menikah dan merintis usaha pijat bersama pasangan tercinta.

Kisah Dendi bukanlah kisah yang mudah. Ia kehilangan penglihatannya di usia 29 tahun, akibat konsumsi minuman keras yang merusak saraf penglihatan secara perlahan. Masa-masa setelahnya menjadi jalan sunyi bagi pria asal Madiun ini.

Dari usia 29 tahun hingga 40 tahun, hampir tidak ada kegiatan berarti yang ia jalani. Ia juga telah berupaya berobat namun sayangnya ada beberapa syarafnya yang sudah tidak bisa terobati dan menyebabkan dokter sudah angkat tangan.

Namun hidup seperti memberi Dendi kesempatan kedua. Pada usia 41 tahun, dorongan dari saudara dan teman dekat mendorongnya untuk memberanikan diri melangkah ke UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra (RSBN) Malang. “Awalnya dari keluarga merasa berat. Tapi lama-lama, keluarga bisa mengerti dan saya akhirnya menjadikan UPT RSBN seperti rumah kedua,” ujarnya pelan.

Selama tiga tahun, Dendi mengikuti berbagai pelatihan keterampilan, diantaranya di bidang pijat. Meski pada awalnya harus beradaptasi keras, perlahan ia menemukan kembali jati diri dan rasa percaya dirinya yang sempat hilang.

Berita Terkait :  Pos Jaga Palang Pintu Perlintasan KA Kapas Bojonegoro Diresmikan

Tak hanya keterampilan yang ia dapatkan, di sana pula ia bertemu belahan jiwanya yaitu seorang perempuan penyandang disabilitas netra dengan latar belakang low vision. Hubungan mereka bersemi dari saling memahami dan saling menguatkan. Tahun depan, keduanya berencana melangsungkan pernikahan.

Dendi kini memiliki mimpi yang jelas: membuka tempat pijat bersama istrinya di kampung halaman, Madiun. “Kami ingin membuka usaha sendiri. Tidak muluk-muluk, tapi kami ingin mandiri dan membantu sesama,” ungkapnya dengan senyum penuh harap.

Banyak pejabat dilingkungan Pemprov maupun masyarakat umum yang merasakan pijatan disabilitas netra. Hasil pijatannya memang menjadikan badan semakin segar. Tak sedikit, mereka juga sudah memiliki pelanggan pijat.

Dari perjalanan hidup Dendi, maka ada pelajaran tersendiri yaitu tak ada kata terlambat untuk bangkit. Dalam gelap, selalu ada cahaya asal berani melangkah mencarinya. Sedangkan keluarga harus berani merelakan anggota keluarganya yang disabilitas untuk bisa memperoleh ilmu dan ketrampilan lebih agar bisa memiliki keberfungsian sosial dan kemandirian sosial. Sedangkan UPT RSBN Malang dibawah Firdaus Sulitijawan berupaya menjadikan UPT semakin maju berkembang bagi para disabilitas netra.[rac,mut.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru