Jejak Kreatif yang Abadi dari Penerima Manfaat UPT PSTW Dinsos Jatim
Oleh:
Rachmat CBS, Harian Bhirawa
Dalam keheningan yang menyelimuti UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Banyuwangi, Rabu (3/9/2025), sebuah perjalanan hidup yang penuh warna akhirnya mencapai ujungnya. Reza Wullur, 76 tahun, mantan sutradara film dan video klip yang pernah mewarnai dunia perfilman lokal, tutup usia.
Ia menghembuskan napas terakhir sebagai salah satu penerima manfaat (PM) di panti milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut.
Jenazah Reza diperlakukan dengan penuh hormat. Prosesi pemulasaraan dilakukan secara Islami, dari memandikan, mengkafani, menyalatkan, hingga pemakaman yang merupakan sebuah penghormatan terakhir bagi seorang pria yang pernah berjasa mengangkat budaya melalui lensa kamera.
Namun siapa sangka, pria renta yang disemayamkan itu adalah sosok yang dulu pernah berdiri di balik layar, mengarahkan aktor, membingkai adegan, dan menyusun alur cerita?
Lahir di Manado dan merantau ke Banyuwangi sejak 1989, Reza Wullur datang bukan sebagai siapa-siapa, tapi sebagai pekerja kreatif yang diundang untuk membantu Aneka Safari Record Genteng Banyuwangi. Kala itu, musik dan video klip lokal tengah berkembang pesat. Reza pun menjadi bagian penting dari geliat tersebut.
Tak hanya sebagai penyutradara video klip lagu-lagu Banyuwangi, Reza juga dikenal lewat film independen seperti Sepasang Jendela dan Penjaga Kubur, yang dibintangi aktor lokal Winaryono. Karya-karyanya menjadi saksi perkembangan industri hiburan lokal yang perlahan menemukan bentuknya.
Sayangnya, usia senja tak selalu datang dengan gemerlap masa lalu. Reza menjalani hari tuanya di panti sosial, seorang diri. Namun, jiwa seninya tak pernah benar-benar padam.
Setahun lalu masih teringat tatkala ia terlihat antusias mengajar para petugas muda di panti. Di sana, ia membagikan ilmu tentang penulisan naskah, penyutradaraan, dan pengambilan gambar.
Bahkan, ia tak segan mempraktikkan langsung gaya mengarahkannya pada satu babak kehidupan yang kembali hidup di tengah panti yang sederhana.
“Dengan menampung segala aspirasi dan menganggap PM adalah manusia yang berdaya dan layaknya sebagai orang tua sendiri, kita bisa bekerja dengan tulus dan ikhlas sehingga bisa membahagiakan mereka,” ujar Kepala UPT PSTW Banyuwangi, Drs Agung Pambudi M.Si.
Bagi Agung dan tim, Reza bukan sekadar penghuni panti. Ia adalah guru. Ia adalah legenda kecil yang membawa nilai besar: bahwa pengetahuan akan abadi, selama masih ada yang mau meneruskannya.
Kehidupan di panti bukan hanya tentang menunggu ajal. Di sana, terjadi regenerasi yang tak kasat mata. Generasi muda, para petugas panti, menerima ilmu, semangat, dan keteladanan dari para PM lansia seperti Reza.
Tak salah jika di akhir hayatnya, Reza Wullur tetap menjadi seorang sutradara. Bukan lagi menyutradarai adegan film, tapi menyutradarai harapan tentang bagaimana masa tua bisa tetap bermakna, dan bahwa setiap manusia, betapapun tuanya, tetap punya sesuatu untuk dibagikan.
Kini, layar kehidupan Reza Wullur telah menutup. Tapi jejaknya, ajarannya, dan semangat berkaryanya akan tetap hidupbaik di hati para petugas panti yang sempat menjadi muridnya, maupun dalam memori mereka yang mengenal karya-karyanya.
Selamat jalan, Sang Sutradara. Kisahmu tak berakhir, hanya berpindah ke dimensi yang lain di mana karya dan ketulusan akan terus menjadi warisan. [rac.gat]


