Sejumlah Pos Polisi di Surabaya dibakar pada Jumat (29/8) malam.
Surabaya, Bhirawa
Kondisi Kotas Surabaya pada Jumat (29/8) malam kian memanas. Bahkan, sejumlah Pos Polisi di Kota Surabaya tak luput dari amukan aksi massa solidaritas yang membakar pos tersebut.
Pantauan di lapangan, api terlihat membakar tenda Pos Polisi yang terletak di Jl Raya Darmo yang tak jauh dari rumah dinas Kapolda Jatim dan Pangdam V/Brawijaya. Asap hitam membubung tinggi dari lokasi kejadian. Massa juga merusak Pos dan membakar Polisi Taman Bungkul yang terletak di Jl Raya Darmo dan Pos Polisi di Jl Basuki Rahmat, serta Polsek Tegalsari.
“Pas di tengah perempatan Jalan Raya Darmo Surabaya ini, sejumlah massa tadi membakar salah satu tenda pos polisi,” kata Wawan, salag soerang pedagang bakso yang ditemui di lokasi kejadian sekitar pukul 22.30 WIB.
Terpisah, Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang Avianto menyebut kericuhan aksi di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya bukan cerminan aspirasi komunitas ojek online (ojol). “Rekan-rekan bisa membandingkan dengan yang di Grahadi dan yang sekarang di Polda. Ini ojol semua, murni, kondusif. Tidak ada apa-apa. Dan kami welcome terbuka. Aspirasi mereka kami tampung,” kata Nanang di Mapolda Jatim, Jumat (29/8) malam.
Alumnus Akademi Polisi (Akpol) 1990 ini menilai, kericuhan di sekitar Grahadi menimbulkan tanda tanya. Sebab aksi itu berujung perusakan fasilitas umum dan merusak simbol kebesaran Provinsi Jawa Timur yang selama ini harus dijaga bersama.
“Jangan sampai ojol ini didiskreditkan. Terbukti sekarang, apa yang dilakukan di Polda itu murni aspirasi dan berlangsung tertib. Sementara yang di Grahadi berbeda. Kami akan investigasi siapa pelakunya, karena di situ ada simbol Provinsi yang harus dijaga,” turutnya.
Nanang menegaskan, aparat telah berupaya melakukan langkah persuasif sebelum mengerahkan gas air mata. Proses pengamanan, kata dia, dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP) mulai dari imbauan simpatik, barikade, hingga penyemprotan air.
“Proses pengamanan ada SOP-nya. Pertama imbauan, lalu barikade. Begitu kawat pengaman dirusak, kita bertahan. Setelah ada peringatan, tetap tidak mundur, kita semprot air,” tegasnya.

Nanang menambahkan, aparat sama sekali tidak menggunakan senjata api maupun peluru, baik tajam maupun karet. “Tapi justru mereka makin beringas, ada pembakaran, perusakan CCTV, hingga pelemparan dengan paving. Bahkan ada motor yang dibakar,” jelas Nanang.
Bahkan pihaknya pu tidak menggunakan senjata dalam, apalagi peluru tajam. “Yang kami gunakan hanya gas air mata, supaya massa mundur dan situasi terkendali,” ucapnya.
Kapolda berharap seluruh elemen masyarakat Jawa Timur dapat menjaga kondusivitas dan tidak merusak fasilitas publik yang sejatinya merupakan milik bersama.
“Dari pada dipakai merusak fasilitas umum, lebih baik anggaran digunakan untuk kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Saya yakin sederek kabeh warga Jawa Timur pasti sayang Jawa Timur. Ayo kita jaga bersama,” tutupnya. (bed.hel)


