33 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Gula Rafinasi Beredar di Pasaran, Petani Gula Kabupaten Pasuruan Cemas

Kab Pasuruan, Bhirawa
Beredarnya gula rafinasi di pasar konsumsi membuat petani tebu di Kabupaten Pasuruan cemas. Pasalnya, ribuan ton gula menumpuk di gudang tak terserap oleh pasar. Kondisi tersebut saat ini terlihat pada stok gula milik petani menumpuk di Pabrik Gula (PG) Kedawung, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.

Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Pasuruan Mawardi menyampaikan jumlah gula yang menumpuk cukup besar serta gula tersebut kondisi tidak terserap mencapai 5.466 ton. Faktornya adalah beredarnya gula rafinasi di pasar konsumsi. Disisi lain, berdasarkan regulasi, gula rafinasi tidak boleh dijual ke konsumen.

Gula rafinasi hanya boleh digunakan sebagai bahan baku industri seperti industri makanan, minuman dan farmasi. “Kondisi seperti ini tidak hanya di Kabupaten Pasuruan saja, melainkan juga terjadi di seluruh Indonesia karena beredarnya gula rafinasi di pasar konsumsi. Saat ini sudah masuk masa giling. Mulai bulan Juni sampai Desember. Sehingga, stoknya akan terus menumpuk,” urai Mawardi, Kamis (28/8).

Atas faktor tersebut, pihaknya mendesak pemerintah pusat untuk mengambil tindakan tegas dalam hal menyelamatkan petani tebu. “Satgas pangan harus secepatnya menyelamatkan petani tebu. Beredarnya gula rafinasi di pasaran harus segera ditertibkan,” tegas Mawardi.

Pihaknya kembali berharap adanya janji pemerintah pusat. Yakni, membeli stok gula petani melalui Danantara segera direalisasikan. “Bila stok gula yang ada saat ini tidak terserap, modal petani tidak akan kembali. Petani tidak memiliki uang untuk masa tanam selanjutnya. Sehingga, kehancuran yang akan terjadi. Dan jangan bicara soal swasembada pangan kalau petaninya hancur,” ucap Mawardi.

Berita Terkait :  Tingkatkan Kompetensi SDM, Perumda Air Minum Trunojoyo Sampang Gelar Pelatihan

Terpisah, Bagian Keuangan PG Kedawung, Suwondo menegaskan bahwa kondisi gula memang menumpuk cukup besar. Bahkan, tidak terserap hingga mencapai ribuan ton. Terlebih, sejak bulan Juli 2025, setiap pekan petani mengirim 500 hingga 600 ton gula ke gudang. Sedangkan gula dari petani biasanya di lelang. Harga acuan pembelian saat ini Rp 14.500 per kilogram.

“Tapi yang terjadi saat lelang dilakukan, tidak terjadi kesepakatan dengan pembeli. Mekanisme lelangnya sendiri kami kurang tahu. Otomatis gulanya tidak bisa diambil dan masih di gudang. Dan kami hanya tahu, gula petani dititipkan di gudang. Serta nanti jika ada pembeli, ada surat dari lelang, kami yang mengeluarkan,” urai Suwondo.[hil.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru