26 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Harga Tomat di Kabupaten Situbondo Terjun Bebas, Satu Kg Dihargai Rp1.000

Situbondo, Bhirawa
Petani buah tomat Situbondo benar benar menangis tahun ini. Bagaimana tidak, harga sebelumnya yang sempat tembus Rp 10 ribu/kg, kali ini hanya dihargai Rp 1.000/kg. Kondisi ini dipicu oleh panen tomat secara serentak dengan hasil melimpah membuat harga tomat di Situbondo terjun bebas.

Informasi yang berhasil dihimpun Bhirawa menyebutkan, harga tomat menyentuh titik terendah, yaitu hanya Rp 1.000 perkilogram. Akibatnya, banyak tengkulak enggan membeli. Bahkan banyak tanaman milik petani di Desa Talkandang dibiarkan membusuk di lahan sawah. “Tidak dipanen oleh pemiliknya. Dibiarkan sengaja membusuk, karena harga buah tomat saat ini anjlok,” sebut Totok, salah satu warga Desa Talkandang, Kecamatan Situbondo itu.

Senada dengan Totok, salah satu petani di Desa Seletreng, bernama Adi, mengaku harga murah ini sudah terjadi sejak dua pekan terakhir. Dari lahan seluas 20 are miliknya, hasil panen tomatnya melimpah. Sayangnya, hasil panen yang banyak itu tidak membawa keuntungan karena harga jual yang rendah.

“Ya ini dangat merugikan dari segi tenaga, waktu, maupun biaya produksi. Kalau harganya begini, bukannya untung, kami malah merugi karena tidak kembali modal. Setiap tahun musim seperti ini sering terjadi, tapi tahun ini yang paling parah, sampai Rp 1.000/kg,” aku Adi, Rabu kemarin (20/8).

Adi mengatakan, harga tomat sudah beberapa hari menyentuh angka Rp 1.000 per kilogram. Bahkan hasil panennya kemarin, belum laku dijual karena para tengkulak menyebutkan bahwa stok masih melimpah akibat musim panen serentak. “Pusing ini. Buah tomat sudah tidak laku. Hari ini hanya Rp1.000 per kilogram, dan banyak petani sudah panen tapi belum ada yang membeli,” kata Adi.

Berita Terkait :  Kampung Pangan Terpadu Kodim 0812 di Lamongan Wujudkan Kedaulatan Pangan

Diakui Adi, rendahnya harga tomat membuat para petani menjerit karena mengalami kerugian besar. Banyak tomat yang sudah siap panen dibiarkan di ladang karena biaya panen justru lebih besar dari harga jualnya. Bahkan, ada petani yang sengaja tidak memanen tomat dan membiarkannya membusuk di tengah sawah. “Yang saya panen kemarin saja belum laku terjual. Punya saya baru dipetik sebagian, sisanya masih banyak di ladang,” keluh Adi.

Adi menduga anjloknya harga tomat terjadi karena penanaman serentak oleh petani, sehingga pasokan melimpah saat musim panen. Selain itu, pasokan tomat dari daerah terdekat bahkan dari luar daerah mulai masuk ke pasar. “Saya tidak tahu kenapa harga tomat bisa semurah ini. Setiap tahun memang seperti ini, biasanya setelah harga tinggi, pasti turun drastis. Mungkin karena panen serentak,” beber Adi.

Hal serupa dikeluhkan Zainul, petani tomat di Desa setempat. Kata Zainul, harga tomat terus merosot hingga mencapai titik terendah. Banyak petani di desanya yang membiarkan tomat tidak dipanen karena tidak ada pembeli. “Punya saya di ladang belum dipanen. Kalau dipanen bisa sampai satu ton, tetapi belum ada yang mau membeli. Kata tengkulak, stok mereka masih banyak, jadi belum mau ambil,” imbuh Zainul.

Dia menambahkan, beberapa petani di sekitarnya mengalami hal serupa. Selain tidak laku, harga tomat yang hanya Rp 1.000 per kilogram membuat para petani resah dan bingung harus berbuat apa. “Kami bingung harus bagaimana menghadapi kondisi seperti ini. Mau dipanen tidak ada yang beli, tetapi kalau tidak dipanen rasanya sayang karena sudah terlanjur menanam dan mengeluarkan banyak biaya,” tutur Zainul.

Berita Terkait :  Distan Jatim dan TNI Bantu Petani Basmi Hama Tikus

Zainul berharap kondisi ini bisa segera berubah. Jika tidak, para petani akan terus mengalami kerugian yang besar. “Semoga saja ada perubahan, meskipun rasanya terasa sulit,” pungkas Zainul.[awi.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru