Wakil Bupati Nganjuk, Trihandy ketika membuka FKP Dinas Arsipus 2025 di aula Arsipus Gedung Perpustakaan, Selasa (12/08/2025).
Pemkab Nganjuk, Bhirawa.
Tak sekadar memenuhi kewajiban, Forum Konsultasi Publik (FKP) adalah bagian dari proses perencanaan pembangunan atau penyusunan standar pelayanan publik, sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Permendagri No. 86 Tahun 2017.
Untuk itu, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Arsipus) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk menggelar FKP di aula Arsipus Gedung Perpustakaan pada hari Selasa (12/08/2025). Di buka oleh Trihandy Cahyo Saputra, ST, wakil bupati bersama istri, dihadiri oleh Kepala Dinas Arsipus, Purwo Budjono, Sekretaris Dinas Arsipus Alawiyah Yusuf, beserta staff, Eko Wahyudi dari Bappeda, Sukadi, dari Tim Cagar Budaya, perwakilan OPD, PKK dan Susilo Muslim, tokoh masyarakat.
“Diharapkan dengan adanya forum konsultasi publik ini, standar layanan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan sudah prima atau belum?. Perkembangan dan dinamika digital menuntut kearsipan secara digital dan ini perlu di antisipasi oleh Dinas Arsipus”, terang Trihandy.
“Dengan adanya FKP ini dapat menjadi tolak ukur terkait layanan Dinas Arsipus apa yang sudah dilakukan dan apa kira-kira perlu dan harus dilakukan, demi kebaikan bersama”, pungkas Trihandy.
FKP yang digelar Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Nganjuk 2025, biasanya diatur mengacu pada Permendagri dan peraturan perencanaan daerah. Intinya ada dua dimensi: fungsi formal dan fungsi substantif. Hal tersebut di sampaikan oleh Eko Wahyudi, Plt Sekretaris Bappeda
“FKP menjadi sarana resmi untuk menjaring masukan, kritik, dan saran dari masyarakat, pemangku kepentingan, dan pihak terkait terhadap rancangan kebijakan, program, atau layanan yang akan dijalankan”, sambung Eko..
Salah satu isu yang d iangkat dalam forum ini adalah rendahnya indeks pembangunan literasi masyarakat Nganjuk. Salah satu indikasinya adalah jumlah masyarakat yang menjadi anggota perpustakaan daerah, demikian di sampaikan Sekretaris Dinas Arpus, Alawiyah atau akrab di sapa mbak Wia ini.
Dari beberapa lapisan kalangan masyarakat yang menjadi audiens FKP tersebut rata-rata sudah merasa puas dengan layanan Dinas Arsipus, namun masih perlu peningkatan seperti apa yang disampaikan Prima dari Dinas Pendidikan.
“Segmentasi perpustakaan masih menyasar ke pendidikan formal semata, seperti TK, SD, SMP, SMA belum menyentuh pendidikan non formal (PNF) seperti kejar paket A, paket B yang sangat membutuhkan bahan literasi dari perpustakaan”, ungkap Prima.
“Rendahnya nilai literasi karena rendahnya budaya baca anak zaman sekarang, pengaruh gadget, kecerdasan buatan turut memperparah keadaan ini, perlu diadakan atau dihidupkan kembali lomba cerdas cermat, menulis ceita pendek, lomba pidato, baca puisi untuk anak-anak sekarang ”, demikian di ungkap Susilo Muslim yang juga pernah menjadi kepala Dinas Arsipus.
Beberapa penggiat literasi, seperti Sukadi dari TACB menyarankan digitalisasi arsip budaya untuk memperkaya literasi anak-anak jaman now.
Menurut Arfian, seorang Guru Bahasa Indonesia, juga penggiat komunitas pegiat literasi Nganjuk (Kopling).
“Perlunya ruang bagi komunitas-komunitas untuk mengekspresikan atau menyalurkan keinginan lewat tulisan, nah untuk bisa menulis tentunya perlu literasi yang kuat bukan berdasarkan googling atau AI semata”, kata pria berjanggut mantan atlet Soffball ini.
“Alhamdulillah berkat dukungan Dinas Arsipus di tahun 2025 ini, Kopling mendapatkan hadiah fasilitasi dan pembinaan dari Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar Menengah, dari sini Kopling bisa menjadi penerbit buku karena sudah mengantongi perizinan, jadi jika ada teman-teman penggiat literasi mau menerbitkan buku, Kopling siap membantu”, pungkas Arfi.
Sayangnya Kepala Dinas Arsipus, Purwo Bujono belum bisa di wawancarai, karena sehabis operasi tenggorokan yang mengharuskan beliau puasa bicara, “maaf lain kali saja”, ujarnya lirih.
Harga buku-buku bagus semakin hari menjadi mahal bahkan tak terjangkau, perpustakaan daerah bisa menjadi solusi, bagi jiwa yang mempunyai semangat untuk terus belajar, sehingga terbangun penggiat komunitas, yang bisa membaca masa lampau menulis masa kini untuk masa depan. (dro.hel)


