Surabaya, Bhirawa
Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR mewujudkan capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dengan mengebangkan budidaya melon bertenaga surya serta Penanaman Pohon Kelapa untuk Menjaga Kualitas Oksigen di Kalianget dan Gili Iyang, Sumenep, Madura.
Kegiatan tersebut merupakan program kegiatan interanasional Sustainable Energy and Green Technology Applications (SEGTA) 2025, yang melibatkan dukungan mahasiswa dan staf asing berjumlah 91 peserta, Senin, (11/8).
Wakil Dekan 3 FTMM Bidang Riset, Inovasi, Pengabdian Masyarakat, dan Kerja Sama, Prof Dr Ir Retna Apsari MSi mengukapkan bahwa kerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa dapat mewujudkan kemandirian ketahanan pangan melalui produk lokal.
“Unair sedia menghilirisasikan produk-produk dimiliki untuk Desa Kalianget Barat, serta mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo, Tidak menutup kemungkinan kerja sama juga akan mengangkat potensi lain seperti lele, aneka keripik singkong, dan amplang,” tuturnya.
Dosen Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan FTMM UNAIR, Rizki Putra Prastio, mengatakan, Solar-Powered Hydroponics: A Solution for Enhancing Food Security and Reducing Reliance on Fossil Fuels”, green house melon di Kalianget Barat memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT).
“IoT bisa memaksimalkan hasil tanaman. Seperti sayur bok choy dan lettuce. Termasuk memanfaatkan tenaga matahari yang ramah lingkungan. Namun, perlu proses pemetaaan wilayah dari udara dengan konsep aerial photography,” katanya.
Dosen Prodi Rekayasa Nanoteknologi FTMM, Tahta Amrillah, S.Si., M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa “Coconut Tree Planting to Preserve Oxygen Quality in Gili Iyang”, telah menanam 20 bibit pohon kelapa di Green Island Gili Iyang.
“Green Island Gili Iyang merupakan lahan baru yang menjadi lokasi proyek pengembangan wisata hijau, Kelapa bermanfaat ekologis sebagai penahan angin dan abrasi, serta ada nilai ekonomis yang tinggi melalui berbagai produk turunannya,” jelasnya.
Lanjut Tahta bahwa inovasi lain ialah pemanfaatan biofertilizer, pupuk hayati berbasis mikroorganisme alami yang dari fermentasi limbah organic, untuk mendukung tenaman. “Biofertilizer bermafaat mendukung pertumbuhan tanaman sekaligus meningkatkan kesuburan tanah secara alami, tanpa bahan kimia berbahaya, Tim SEGTA juga memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang cara pembuatan dan aplikasi biofertilizer mandiri, sehingga mereka dapat menerapkannya di lahan pertanian mereka sendiri,” ujar Tahta.
Tahta menambahakan kegiatan ini merupakan bentuk target pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya SDGs 13: Climate Action dan SDG 15: Life on Land, FTMM mendukung aksi nyata Gili Iyang sebagai wisata hijau. [ren.wwn]


