Kalah lagi dari Vietnam dalam ajang Piala AFF U-23. Bukan hal yang harus disesali. Walau dua kali (berturut-turut) tampil dalam laga final AFF, dengan lawan yang sama. Angka kekalahan tipis, sama-sama 1 gol. Realitanya, dalam peringkat FIFA, Vietnam lebih tinggi 5 peringkat di atas Indonesia. Timnas Garuda telah berlaga untuk ke-delapan kalinya pada ajang final AFF (Asia Tenggara) Championship. Tetapi belum pernah meraih podium tertinggi.
Untuk pertama kalinya final piala AFF menggunakan VAR (Video Assistant Referee). Penerapan VAR untuk pertama kalinya di turnamen Piala AFF U-23 ini dianggap menjadi simbol kemajuan dalam kualitas penyelenggaraan pertandingan di tingkat Asia Tenggara. Keberadaan VAR sangat penting diharapkan dapat memberikan kepastian dan keadilan dengan jaminan mutu tertinggi dalam setiap keputusan penting. Tetapi realitanya, VAR kurang di-optimal-kan. Bahkan Timnas Garuda Muda, terasa di-zalimi wasit.
Vietnam U-23 dinilai tampil solid dalam bertahan, efisien dalam memanfaatkan bola mati, dan sangat disiplin secara struktur. Juga drama permainan keras. Konsep yang diramu coach Kim Sang Sik, sukses meraih dua kali kemenangan. Yakni, saat semifinal melawan Filipina. Dan sukses lagi dalam laga final mengalahkan Timnas Garuda Muda Indonesia, dengan selisih satu gol. Tendangan Cong Phuong Nguyen, pada menit ke-37, membawa Vietnam unggul.
Sejak lepas maghrib, stadion Gelora Bung Karno, Senayan, sudah dipadati penonton. Mayoritas penonton (tua, muda, anak-anak, laki-laki dan perempuan), mengenakan kostum merah. Ironisnya, Timnas Garuda Muda, mengenakan kostum warna putih. Sedangkan wara merah, dikenakan Timnas Vietnam. Penonton sangat antusias menyokong Timnas. Sampai terdapat banner bertuliskan, “The Time Has Come” (Telah Datang Waktunya), sebagai pengharapan.
Juga terdapat koreografi gerakan penonton yang menggambarkan mozaik replika trofi piala AFF U-23 tahun 2025. Jumlah penonton diperkirakan sebanyak 30 ribu orang. Masih sangat longgar. Karena kapasitas penonton GBK sebanyak 78 ribu orang. Bisa jadi, lebih banyak yang memilih menikmati laga final ASEAN U-23 Mandiri Cup 2025, melalui nonton bareng (nobar). Banyak kafe, menggelar nobar. Juga di perkantoran, dan di kampung-kampung.
Terasa benar banner yang dipampang penonton. Karena sesaat sebelum laga final, Vietnam yang dijuluki The Golden Stars, turun empat peringkat ke posisi 113 dunia. Disebabkan dikalahkan Malaysia dengan skor telak 0-4 dalam Kualifikasi Piala Asia 2027. Sedangkan Malaysia melonjak enam peringkat ke posisi 125. Serta Indonesia naik peringkat posisi ke-118.
Tetapi Vietnam lebih ngotot dalam laga final AFF 2025, karena mempertahankan diri meraih sejarah hattrick ke-3 Piala AFF U-23. Walau secara statistik Indonesia lebih unggul dalam penguasaan bola dengan 68%. Terutama pada paruh kedua. Serta stamina Timnas Garuda Muda nampak lebih bugar dibanding Timnas Vietnam. Tetapi Garuda Muda seolah-olah sangat kesulitan menembus pertahanan Vietnam.
Berbagai pengamat sepakbola, merekomendasikan latihan finishing (tidak demam bola). Juga menggenjot lini Tengah agar lebih kreatif. Begitu pula pelatih, patut dievaluasi. Tetapi secara umum, Timnas sudah membangun “mental juara.” Harus diakui dulu, ada perasaan “rendah diri” saat menghadapi timnas Thailand. Lalu bertambah “takut” pada Vietnam. Problem mental, menyebabkan Timnas Garuda sering dikandaskan.
Sehingga seharusnya, lupakan kekalahan melawan Vietnam pada laga final AFF U-23 tahun 2025, yang baru terjadi. Patut di-ingat, adalah Timnas U-22, pernah memenangi podium tertinggi sepakbola pada ajang SEA Games tahun 2023. Bagai penglipur dahaga selama 32 tahun tidak merasakan juara sepakbola se-Asia Teggara.
——— 000 ———


