Surabaya, Bhirawa
Beberapa pekan lalu, Mendikdasmen Prof Abdul Muti mengimbau para orangtua khususnya ayah untuk terlibat aktif dalam aktifitas anak. Salah satunya dalam mengantarkan anak-anak ke sekolah di hari pertama mereka masuk pada 14 Juli 2025 lalu. Gerakan ini dinilai Mu’ti, bukan sekadar rutinitas. Melainkan bentuk dukungan moral dan emosional yang signifikan.
Senada dengan Mendikdasmen, Pakar Psikologi Universitas Airlangga Dr Nur Ainy Fardana Nawangsari SPsi MSi Psikolog, menilai keterlibatan aktif ayah dalam proses pengasuhan, berdasarkan hasil studi tahun 2025, sebesar 43 persen anak-anak cenderung memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang lebih baik (IQ).
Sementara itu, 30 persen di antaranya menunjukkan kekuatan sosial dan emosional (EQ) yang lebih tinggi. “Dengan kehadiran ayah bisa meningkatkan rasa percaya diri seorang anak. Anak merasa lebih percaya diri ketika mendapatkan dukungan dari ayah. Mendapatkan figur yang membuatnya memiliki role model, memiliki orang yang mereka anggap panutan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Dosen Fakultas Psikologi UNAIR, ini juga menambahkan bahwa peran ayah dalam perkembangan anak tak bisa digantikan. “Peran ayah itu sesungguhnya tidak bisa tergantikan oleh peran ibu. Ada kondisi-kondisi yang memang itu khas dilakukan oleh ayah. Jadi ketika ayah terlibat dalam perkembangan anak termasuk saat mengantarkan anak ke sekolah di hari pertama merupakan hal yang penting dan mendukung dalam perkembangan anak,” ujar Dr Nur Ainy.
Menurutnya imbauan Kemdikdasmen pada keterlibatan ayah di hari pertama sekolah akan memberi rasa aman dan dukungan emosional yang mendalam bagi anak. Ini sekaligus membentuk ikatan positif antara anak dan ayah, yang seringkali selama ini lebih didominasi oleh peran ibu.
“Kehadiran ayah memberikan ketenangan emosional, sehingga anak bisa memulai hari sekolah dengan perasaan nyaman. Selama ini, peran ibu memang lebih dominan, namun keterlibatan ayah memiliki makna tersendiri yang tak kalah pentingnya,” jelas Dr Nur Ainy.
Meskipun momen mengantar anak di hari pertama sekolah memiliki nilai simbolis yang kuat, keterlibatan orang tua sebaiknya tidak berhenti sampai situ saja. Konsistensi dalam mendampingi proses pendidikan anak, baik secara fisik maupun emosional, merupakan hal yang tak kalah penting.
Lebih lanjut, Dr Ainy menekankan bahwa idealnya ayah maupun ibu tetap menunjukkan keterlibatan secara berkelanjutan, meskipun tidak harus setiap hari hadir secara langsung di sekolah. Bagi orang tua yang tidak bisa hadir secara fisik, Dr Ainy menyarankan agar tetap terlibat melalui komunikasi yang hangat.
“Setidaknya ketika anak pulang, orang tua bisa bertanya, mendengarkan cerita mereka, dan menunjukkan ketertarikan pada hari-hari sekolah anak,” ujarnya. [ina.wwn]


