Oleh :
Melany Putri
Ketua sub kelompok 4 R-9 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya di Desa Cepokolimo, Pacet Kabupaten Mojokerto
Selama menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, mahasiswa sub kelompok 4, R-9, dihadapkan pada salah satu permasalahan klasik yang dihadapi petani kecil, yaitu keterbatasan alat, waktu, dan tenaga kerja. Permasalahan yang dihadapai mitra KKN –merupakan seorang petani jamur tiram-berupa aktivitas penyiraman manual yang meskipun sederhana, namun sangat menguras waktu.
Bahwa pertumbuhan Jamur tiram membutuhkan kelembaban yang stabil sehingga proses penyiraman harus dilakukan dua hingga tiga kali sehari. Ketika aktivitas lain memanggil, seperti ke pasar atau kegiatan rumah tangga lainnya, penyiraman sering kali tertunda. Hal ini berdampak pada kualitas hasil panen.
Sebagai kelompok KKN yang tidak memiliki latar belakang teknik, dituntut terus berusaha mencari solusi sederhana yang mudah diterapkan oleh petani desa. Kami akhirnya merancang sebuah alat penyiraman otomatis berbasis timer, alat ini menggunakan pompa air, selang, dan pengatur waktu untuk menyiram jamur secara otomatis dua kali sehari.
Meskipun bukan inovasi yang kompleks, alat ini mampu menyelesaikan persoalan nyata. Setelah satu minggu uji coba, alat bekerja sesuai harapan. Petani tidak lagi menyiram secara manual, air menjadi lebih hemat, dan waktu kerja bisa dialihkan untuk proses panen, pengemasan, atau aktivitas lainnya. Dalam proses perancangannya, mencoba belajar langsung dari mitra petani dengan cara memahami cara kerja kumbung, ritme budidaya, dan menyesuaikan alat dengan kebutuhan lapangan.
Pendekatan ini bukan sekadar teknis, tetapi juga menyangkut komunikasi: bagaimana menyampaikan cara kerja alat dengan bahasa yang mudah dipahami dan bagaimana membangun kepercayaan agar inovasi ini digunakan berkelanjutan sesuai dengan tema KKN dari untag yang mengangkat berkelanjutan.
Dalam perancangan inovasi ini juga membuka diskusi dengan petani untuk kemungkinan pengembangan lebih lanjut, misalnya penambahan sensor kelembapan dll. Walau keterbatasan waktu membuat hal itu belum sempat diterapkan, kami meninggalkan catatan dan desain dasar agar alat siram otomatis ini bisa dikembangkan lagi ke depannya dengan memberikan buku panduan tekhnologi siram otomatis ini.
Pengalaman ini membuat kami percaya bahwa inovasi tidak diukur dari seberapa rumit teknologi yang kita bawa, tapi seberapa tepat ia menjawab masalah. Dari sebuah alat kecil di sudut kumbung, kami belajar bahwa kontribusi bisa hadir dalam bentuk yang sangat sederhana. Jamur tiram mungkin bukan komoditas besar, tetapi jika alat siram otomatis ini bisa mempermudah hidup satu petani saja, kami percaya itu sudah cukup untuk disebut kontribusi.
Seluruh proses tersebut dilaksanakan oleh tim KKN Subkelompok 4 dari R9 Untag Surabaya, yang diketuai oleh Melany Putri, bersama anggota M. Ferza Maulidy Aldy, Maya Puspita Sari dan Maulana Berlian. Keempatnya berkolaborasi erat dalam mendampingi petani lokal dan memastikan alat ini benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat desa.
Tentu tidak lupa juga peran Bapak Dr. Muhammad Yasin, SE., MM yang telah membimbing selama berjalannya kegiatan KKN. Dengan semangat Merah Putih dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya berhasil membuktikan bahwa inovasi dan kepedulian sosial dapat berjalan beriringan untuk membangun ekonomi rakyat dari desa. [*]


