Kab Malang, Bhirawa
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), di Indonesia tengah mengalami fenomena cuaca tidak biasa yang dikenal sebagai kemarau basah. Artinya, sejumlah wilayah akan tetap mengalami curah hujan di atas normal, meskipun sedang berada dalam periode musim kemarau.
Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga Oktober mendatang dan lebih lama dari prediksi awal yang hanya sampai Bulan Agustus. Dengan adanya kondisi cuaca mengalami curah hujan di atas normal, maka juga akan berdampak pada para nelayan yang berprofesi mencari ikan di laut. Sebab, tidak hanya curah cukup tinggi, juga akan terjadi angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Tanjung Perak Surabaya, Fajar Setiawan, Minggu (13/7), kepada wartawan menjelaskan, selain cuaca darat yang tidak menentu, masyarakat juga perlu mewaspadai kondisi laut di wilayah Jawa Timur (Jatim). Karena ketinggian gelombang laut di wilayah utara Jatim berkisar antara 1-2 meter. Sementara di wilayah selatan mencapai 2,5-3 meter, gelombang laut lebih tinggi jika dibandingkan wilayah perairan laut utara Jatim.
”Ini masih tergolong normal, namun tetap harus waspada. Jika nelayan akan melaut dan wisatawan yang akan berwisata ke pantai di wilayah Malang Selatan juga harus waspada. Karena dengan cuaca seperti sekarang ini, gelombang laut cukup tinggi, sehingga harus di waspadai akan datangnya gelombang tinggi,” himbaunya.
Fajar menjelaskan, wilayah perairan laut seperti Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang, dan Banyuwangi mengalami pola gelombang yang sama. Sehingga hampir seluruh perairan Jatim menunjukkan adanya peningkatan ketinggian gelombang laut, terutama di perairan lepas pantai dengan jarak 10-20 meter dari garis pantai.
Sedangkan puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Bulan Agustus mendatang, bertepatan dengan penguatan angin timuran. Sehingga dirinya menghimbau kepada nelayan di Pantai Timur Jatim juga untuk meningkatkan kewaspadaan.
”BMKG mengimbau kepada masyarakat, khususnya nelayan, pelaku aktivitas kelautan, dan wisatawan untuk tetap mewaspadai perubahan cuaca secara mandiri, karena prakiraan cuaca hanya dapat menjangkau estimasi 3 hingga 5 hari,” ujarnya.
Perlu diketahui, terjadinya gelombang laut tinggi di wilayah Pantai Malang Selatan, pada Kamis (10/7) pagi mengakibatkan tiga orang remaja terseret ombak Pantai Watu Lepek Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang saat memancing. Hal ini menambah catatan kecelakaan (laka) laut terus berulang di wilayah Pantai Malang Selatan. Padahal, BMKG Maritim Kelas II Tanjung Perak Surabaya sudah mengeluarkan peringatan gelombang laut tinggi wilayah Pantai Selatan Jatim.
ementara itu, Kepala Satuan Polisi Air dan Udara (Kasat Polairud) Polres, Malang AKP Yoni Pribadi mengatakan, satu di antara tiga orang remaja yang terseret ombak di Pantai Watu Lepek itu sudah kita ketemukan dalam kondisi tewas, yakni bernama Arya Maulana Akbar Ariski (18). Sedangkan kedua orang selamat dari maut terjangan ombang Pantai Malang Selatan.
”Korban selamat menyampaikan ombak besar datang secara tiba-tiba saat mereka membetulkan alat pancing, kemudian terhempas ke pantai, dan dua temannya tidak terlihat lagi setelah kejadian itu. Namun, dari ketiga korban itu, satu orang tewas dan dua orang selamat,” ungkapnya. [cyn.hel]


