Surabaya, Bhirawa
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar Studium Generale bertajuk “The Future of Cancer Therapy: BNCT and Cyclotron Innovations in Indonesia and Beyond” di Auditorium Lantai 9 Kampus B Unusa.
Kanker menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, menduduki nomer dua setelah penyakit jantung, menjadi tantangan serius yang mana perlu inovasi medis, peningkatan kesadaran masyarakat, serta penguat layanan Kesehatan dan preventif maupun kuratif. Dalam acara sebagai ajang membangun kesadaran dan kolaborasi strategis pengembangan kanker berbasis teknologi. Selasa, (17/6).
Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., menjelaskan teknologi BNCT merupakan bagian dari transformasi medis menuju pengobatan kanker masa depan, hadirnya teknologi seperti BNCT diharapkan dapat berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
“Ini merupakan bentuk terapi kanker masa depan dengan meminimalisir kerusakan pada sel sehat, Unusa ikut terlibat pula dalam riset, berharapkan ke depan Unusa atau rumah sakit yang menjadi RS Pendidikan Unusa RSI Jemursari, RSI Ahmad Yani, dan RS Nyi Ageng Pinatih Gresik menjadi yang pertama mengimplementasikan terapi ini,” ujar Prof. Jazidie.
Lanjut Prof. Jazidie berKomitmen sekaligus menegaskan Unusa tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tapi juga sebagai motor penggerak inovasi di sektor layanan kesehatan. “Pengembangan BNCT diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperluas akses masyarakat terhadap teknologi terapi kanker yang lebih aman dan efektif, sekaligus meningkatkan kualitas layanan medis,” pungkasnya.
BRIN Indonesia, Prof Ir Yohannes Sardjono, APU, mengatakan BNCT (Boron Neutron Capture Therapy) ialah terapi kanker yang mempunyai keunggulan tidak perlu terapi berulang.
“BNCT merupakan terapi kanker berbasis partikel berat yang memiliki keunggulan signifikan dibanding terapi konvensional, keunggulan utama BNCT dari pasien yang tidak perlu menjalani terapi berulang, seperti pada terapi sinar-X atau direct electron,” ujarnya.
Prof Yohannes mengukapkan berbapa jenis sel kanker masih memerlukan sinar-X sebagai pelengkapan terapi. “Secara keseluruhan BNCT membuka babak baru dalam pengobatan kanker yang lebih efektif, efisien, dan memiliki efek samping yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan terapi konvensional,” jelas Prof Yohannes.
Prof. Yohannes menambahakan bahwa BNCT memanfaatkan senyawa boron yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien dan akan terkonsentrasi di sel kanker, ketika pasien terpapar neutron, boron tersebut akan menangkap neutron dan menghasilkan reaksi yang menghancurkan sel kanker dari dalam, nantinya reaksi ini bersifat lokal dan spesifik terhadap sel kanker, jaringan sehat di sekitarnya dapat tetap terlindungi.
Sumitomo Heavy Industries Ltd Jepang, Dr. Yoshihito Kameda, mejelaskan pentingnya peran teknologi semikonduktor dalam pengembangan BNCT. “Semikonduktor memungkinkan pengembangan sumber neutron yang lebih kecil, efisien, dan mudah diakses, ini menjadi sangat penting agar BNCT bisa diimplementasikan di lebih banyak rumah sakit, tidak hanya terbatas pada pusat-pusat kanker skala besar,” tuturnya.
Dr. Yoshihito mengukapkan Teknologi semikonduktor memainkan peran penting dalam terapi ini, khususnya dalam pengembangan dan pengoperasian sumber neutron. Teknologi ini memungkinkan sistem kontrol dan pemantauan yang lebih presisi, sehingga meningkatkan efektivitas dan keamanan terapi kanker. [ren.wwn]


