28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Gandeng Wamendikti dan OWSD, Lokakarya ITS Fokus Bahas Pemberdayaan Ilmuwan Perempuan dan Hilirisasi Riset


Surabaya, Bhirawa
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar lokakarya bertajuk Empowering Indonesian Women in Science for Policy yang bertempat di Aula Galeri Riset dan Inovasi Teknologi (GRIT) ITS. Dalam forum diskusi yang menggandeng Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD) Indonesia National Chapterjuga dihadiri Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) RI Prof Stella Christie PhD, Selasa (27/5).

Salah satu fokus utama dalam forum diskusi ini adalah penekanan terhadap pemberdayaan peran perempuan dalam bidang sains sebagai dasar untuk menghasilkan sebuah kebijakan.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Wamendikti), Prof. Stella Christie, juga menyampaikan agenda penting lain terkait pembahasan tentang hilirisasi riset unggulan.

“Kegiatan hari ini ada dua. Pertama, menghadiri Science for Policy bersama organisasi ilmuwan wanita di Indonesia yang berada di bawah naungan UNESCO. Kita berbicara tentang bagaimana menggunakan sains untuk kebijakan dan memajukan peran para wanita ilmuwan di negara kita,” ujar Prof. Stella Christie.

Setelah mengikuti forum lokakarya, Wamendikti meninjau berbagai fasilitas riset unggulan ITS, termasuk hasil riset motor listrik dan inovasi robotik yang dikembangkan oleh civitas akademika kampus tersebut.

“Kegiatan kedua, belajar dari ITS tentang riset unggul yang sudah dilakukan. Sangat luar biasa. Ini berkaitan sekali dengan fokus kami di Kemendikti Saintek, yang menekankan pentingnya hilirisasi riset,” urainya.

Berita Terkait :  Wabup Tuban Ajak Kolaborasi Lestarikan Alam, TPPI Tanam 11.500 Bibit Buah

Bahkan, lanjut Prof Stella, hilirisasi riset masuk dalam program prioritas nasional, termasuk di bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, dan kemaritiman. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara universitas dan industri, serta dukungan regulasi dari pemerintah.

“ITS memiliki produk motor listrik hasil riset. Tapi bagaimana hasil riset ini menjadi peluang ekonomi? Ini bisa dijual dan menggerakkan perekonomian. Industri berbasis teknologi ini berasal dari inovasi yang harus berasal dari riset mendalam,” jelasnya.

Rp1,8 Triliun untuk Riset
Wamendikti juga mengungkapkan dukungan pendanaan riset melalui kemitraan dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Dalam penandatanganan kerjasama itu, Kemendikti Saintek dan LPDP mengalokasikan dana sebesar Rp1,8 triliun untuk pengembangan sains dan teknologi di perguruan tinggi.

“Dana ini tidak lagi melalui APBN, tapi lewat skema kemitraan. Artinya, kami bisa langsung memberikan insentif kepada peneliti ketika mereka memenangkan grant. Ini penting untuk membentuk ekosistem yang mendukung peneliti-peneliti kita,” tegasnya.

Ia menambahkan, insentif bagi peneliti menjadi stimulus untuk mendorong kompetisi terbuka di bidang sains, mempercepat alih teknologi, serta menciptakan inovasi yang nyata dan berdampak.

“Kita sangat memerlukan open science competition. Karena inovasi bisa lahir jika ada persaingan yang sehat. Ini bukan hanya tentang bisnis, tapi sesuatu yang riil. Uangnya sudah tersedia dari LPDP dan skema programnya sudah selaras dengan prioritas nasional,” pungkas Prof. Stella.

Berita Terkait :  Pemerintah Daerah Siap Berkontribusi Wujudkan Jatim Tangguh dan Bertumbuh

Rangkaian kunjungan ini menjadi bukti konkret sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi dalam mendorong kemajuan riset dan inovasi nasional.

Sementara itu, Warek IV ITS, Prof. Ir. Agus Muhamad Hatta, ST., MSi., PhD, menilai kunjungan Wamendikti Saintek menjadi kesempatan penting untuk memperkuat sinergi antara kementerian dan perguruan tinggi.

“Kunjungan ini adalah inisiasi dari kementerian. Kebetulan kami memiliki OWSD, sehingga ada kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan Wamendikti,” kata Prof. Bambang.

Ia memaparkan bahwa ITS saat ini memiliki empat bidang unggulan inovasi, yaitu maritim, ICT dan robotika, otomotif, serta industri kreatif. Keempatnya telah menghasilkan berbagai produk riset yang siap dikomersialisasikan.

“Bentuk hilirisasi atau komersialisasi sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh perguruan tinggi, termasuk ITS. Tapi untuk bisa menjangkau masyarakat luas, kita memerlukan peranan industri. Ini penting agar mereka mengetahui bahwa perguruan tinggi punya SDM dan hasil riset yang dapat dimanfaatkan,” jelasnya.

Prof. Bambang menambahkan bahwa selama ini industri telah banyak menggunakan lulusan ITS dan bahkan memanfaatkan jasa keahlian dosen. “Kami juga melihat ada peluang besar bagi industri untuk memanfaatkan pengembangan riset oleh perguruan tinggi. Mudah-mudahan ke depan akan semakin banyak kerja sama seperti ini,” ujarnya.

Terkait tantangan ke depan, ia mengungkapkan bahwa ITS saat ini memiliki sekitar 1.100 dosen, jumlah yang dinilai masih minim dibandingkan dengan perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH) lainnya.

Berita Terkait :  Reforma Agraria Jalan Keluar Krisis Pangan

“Namun secara produktivitas, dosen-dosen ITS sangat aktif dalam menghasilkan publikasi dan luaran riset. Ke depan, ITS akan terus mengembangkan jumlah SDM, termasuk membuka kesempatan lebih luas bagi anak-anak bangsa untuk kuliah di ITS. Langkah terdekat adalah menambah jumlah dosen dalam lima tahun ke depan,” pungkas Prof. Bambang.

Diskusi strategis ini mempertegas komitmen ITS dan Kemendikti Saintek untuk membangun ekosistem riset yang kuat, inklusif, dan berdampak nyata bagi kemajuan bangsa. [ina.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru