28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Nabung Selama 13 Tahun. Kasiadi Jualan Koran Menuju ke Tanah Suci

Kota Pasuruan, Bhirawa
Berangkat haji bukanlah sekadar memiliki banyak uang, namun merupakan panggilan dari Allah SWT. Bahkan, keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk mewujudkan impian ke tanah suci. Kesabaran dan keikhlasan adalah kunci utamanya.

Kisah inspiratif itu muncul dari M. Kasiadi Asari (68) dan istrinya, Purianti Rahayu (68), warga Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Kehidupan mereka sangat sederhana. Kasiadi sehari-hari berjualan koran, sementara sang istri menjajakan gorengan di kios kecil.

Pagi itu, Kamis (15/5), Kasiadi terlihat sibuk menata tumpukan koran yang baru datang di kios miliknya, di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan. Satu per satu, Kasiadi memilah-milah jenis koran untuk dipajang. Ia juga sesekali menyapa warga yang biasa melintas di kawasan yang ramai itu.

“Monggo pak, monggo korannya,” kata Kasiadi dengan nada senyum lembutnya.

Dan tak jauh dari kiosnya, istri Kasiadi, Puri juga menata sejumlah peralatan penggorengan dari gerobaknya. Mulai dari wajan, tatakan tepung hingga kompor elpiji. Terlihat sangatlah sederhana, pasangan suami istri itu merasa sangat bahagia. Dikarenakan keduanya tercatat sebagai calon jemaah haji yang berangkat tahun 2025.

Keduanya tergabung di kloter 90 dengan keberangkatan dari Bandara Juanda Surabaya pada 29 Mei 2025 ke Makkah. Sedangkan tanggal 28 Mei 2025, ia dan istri masuk asrama haji Sukolilo Surabaya sekitar pukul 06.00.

Berita Terkait :  Ratusan Rumah di Desa Wonoboyo Terdampak Banjir Diassessment

Bapak tiga anak ini, tak menyangka akan berkesempatan untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima, yaitu menunaikan ibadah haji.

“Alhamdulillah, berangkatnya tanggal 29 Mei 2025 nanti. Sedangkan tanggal 28 Mei 2025, harus masuk asrama haji Sukolilo Surabaya,” urai Kasiadi.

Sedangkan motivasi Kasiadi untuk berhaji lahir dari pengalaman pribadi yang menyentuh.

“Saya itu ada niat naik haji karena melihat kakak saya. Beliau memiliki harta yang berlimpah, tapi tak bisa berangkat dan pada akhirnya kakak saya dipanggil oleh Allah SWT terlebih dahulu. Dari inilah, saya bertekad untuk mendaftarkan kursi haji,” papar Kasiadi.

Iapun bercerita, mengawali usaha sampingan menjadi loper koran sejak tahun 1980, yaitu dengan mengantarkan surat kabar dari rumah ke rumah. Dengan sangat sabar, ia harus menyisihkan uang untuk ditabung. Karena, saat itu dirinya hanya menjadi buruh pabrik.

Namun, berkat keuletannya ia mampu mendaftar dan mendapatkan nomor porsi haji pada tahun 2012 lalu bersama istrinya dengan total biaya Rp50 juta.

“Intinya harus yakin, sabar dan berdoa. Semuanya pasti ada jalan untuk mencapai cita-cita itu,” kata Kasiadi.

Kios koran berukuran 1×2 meter itu di ibaratkan seperti kantor. Sebab, disitulah ia banyak menghabiskan waktu sehari-harinya.

Adapun sang istri juga sibuk membuat jajan gorengan. Mulai dari pisang goreng, tahu goreng hingga gorengan lainnya. Istri ditemani keponakan saat berjualan.

Berita Terkait :  Komisi III DPRD Sumenep Tolak Efisiensi Anggaran, Ajak Banggar-Timgar Bahas Inpres

“Setiap hari saya menghabiskan waktu di kios ini. Pagi usai subuh mulai buka serta siang tutup. Sedangkan istri saya berjualan gorengan,” jelas Kasiadi.

Menurutnya, ia mulai merintis usaha menjual koran tidak seperti era tahun 2000-an. Jumlah pelanggan yang berlangganan serta peminat koran sangat tinggi. Puncaknya di tahun 2015, ia mampu melayani setiap harinya hingga 400 eksemplar koran. Namun, saat ini jumlah tersebut sangat turun drastis dengan hadirnya media elektronik maupun media sosial.

“Dulu pelanggan koran sangatlah ramai. Tapi seiring berjalannya waktu, peminat koran mulai berkurang. Karena saat ini zamannya era digital,” imbuh Kasiadi.

Meski demikian, niatnya yang kuat untuk berangkat haji tetap diperjuangkan. Mobil yang menjadi salah satu aset sisa usaha menjual koran dan gorengan harus rela dijual untuk melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih).

“Tidak masalah menjual mobil karena ini untuk ibadah. Apalagi kesempatan haji tidak semua orang bisa. Saya sudah mendaftar dan menunggu 13 tahun,” kata Kasiadi.

Kasiadi menjelaskan perjalanan ibadah haji bukan hanya menjalankan dan menunaikan rukun Islam. Namun, mengajarkan kesungguhan dalam meniti kesabaran dan keikhlasan.

“Saya bersama istri ingin menikmati dan merasakan betapa indahnya merelakan waktu, tenaga serta harta untuk menyempurnakan sebagai seorang muslim,” papar Kasiadi. [hil.kt]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru