25 C
Sidoarjo
Saturday, December 6, 2025
spot_img

Jolotundo Park Kabupaten Nganjuk Tawarkan Harmonisasi dengan Alam

Nganjuk, Bhirawa.
Bagi masyarakat perkotaan yang hidup jenuh dengan rutinitas sehari-hari, kota yang penuh dengan kebisingan dengan polutan dari kendaraan yang lalu lalang tiada henti. Munkin perlu sekali sekala berlibur berakhir pekan bersama keluarga. Mungkin anda patut mencoba konsep berpetualang bersama keluarga di alam bebas. Jolotundo Glamping Park, mungkin patut untuk anda coba, baik sendirian, bersama teman,kolega atau keluarga.

Daya tarik utama dari Jolotundo park adalah suasana alamnya yang begitu sejuk dan asri. Apalagi jika sudah turun hujan di sore hari ditambah suhu udara dingin khas pegunungan, suasananya semakin syahdu untuk menenangkan diri dan melebur bersama alam dengan kualitas oksigen yang segar bebas polusi. Serta gemericik air sungai, di percaya bisa sebagai terapi bagi jiwa dan pikiran, agar bisa selaras lagi dengan alam.

Menurut Ridhan Nandari, SPd, SE, owner Jolotundo park, “Glamping adalah singkatan dari “glamorous camping” yang berarti liburan di alam terbuka yang menggabungkan pengalaman berkemah tradisional dengan fasilitas dan kenyamanan mewah layaknya sebuah hotel berbintang”, terang Ridhan.

Ada beberapa pilihan paket berkemah yakni di tepi sungai atau hutan pinus dengan harga bervariasi untuk 4 atau 6 orang:
Camping ground 4 orang: Rp 100 ribu (weekday) dan Rp 150 ribu (weekend)
Pinus dan river camping Rp 250 ribu (weekday) dan Rp 300/Rp 350 ribu (weekend)
Korean glamping Ro 600 ribu untuk 4 orang dan Rp 900 ribu untuk 6 orang
Deluxe camp Rp 1.000.000,- untuk 4 orang dan Rp 1.200.000,- untuk 6 orang

Berita Terkait :  Owner Balad Grup Siap Garap Budidaya Rumput Laut di Sembilan Negara

Keberadaan Jolotundo glamping park menambah destinasi wisata berkelanjutan yang ada di wilayah kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Karena di area tersebut terdapat monumen Panglima Besar Jendral Sudirman, Wisata air merambat Roro Kuning, serta kampung adat dusun Curik.

Sebuah dusun yang di huni oleh umat Hindu dengan Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis, di mana di anggap sebagai saudara tua bagi umat Hindu yang asa di Bali. Maka tak heran jika di tiap tahunnya rombongan bus pariwisata dari Bali secara rutin selalu datang ke pura ini melakukan ritual keagamaan

Jolotundo park merupakan hasil Perjanjian sewa kawasan hutan (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan atau IPPKH) adalah izin yang mengizinkan penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan, terang Ningrum selaku humas Jolotundo Park.

“Manajemen Jolotundo bekerja sama dengan Perum Perhutani KPH Kediri, serts pemerintah daerah setempat,”tambah Ridhan.

Komitmen kuat pihak manajemen Jolotundo untuk melestarikan kawasan hutan berikut sumber daya yang ada di dalamnya, seperti sumber mata air. Memang terdapat beberapa sumber mata air yang berada dalam lingkup Jolotundo, yang di pergunakan sebagai air bersih bagi beberapa dusun yang ada di bawah lokasi wisata tersebut, bahkan di percaya penamaan Jolotundo sendiri adalah sunber mata air, seperti Jolotundo yang ada di Mojokerto.

Berita Terkait :  Cuaca Buruk Tak Jadi Penghambat, Optimis Target Tangkapan Ikan Terpenuhi

“Dalam IPPKH tersebut terdapat syarat upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang kami jadikan standart operasional prosedur, termasuk limbah sampah domestik serta kotoran hewan yang ada seperti rusa dan kuda, kami tempatkan agak terpisah dan di olah untuk di jadikan sebagai pupuk, karena kami juga menjual beberapa tanaman baik bush atau anggrek”, terang Ningrum.

“Kalaupun terjadi permasalahan dengan lingkungan, ksmu akan proaktif mediasi dengan warga i dengan pihak pemerintahan desa sebagai fasilitatornya”, tambah Ningrum.

Hal senada juga di utarakan oleh Kamituwo dusun semanding, Listiyono, “dulu memang pernah, air yang mengalir ke rumah beberapa warga ada yang keruh karena kendaraan ATV melalui anak sungai, kemudian di cari solusi, dengan membuat jembatan”, terang mbah Wo demikian dia biasa di panggil.

Tetap selalu ada pro dan kontra ujar Kepala Desa Bajulan, La Uji, “Sebagian karyawan Jolotundo Park merupakan warga Bajulan, di samping itu masyarakat Bajulan juga dapat berjualan di sekitar area Jolotundo park, apalagi ketika musim panen durian varian Bajulan yang terkenal itu”, ungksp La Uji.

Sayangnya akses jalan menuju lokasi lokasi destinasi tersebut masih jauh dari layak, lalu lalang dumptruk tambang galian c keluar masuk atea tambang membuat akses jalan terhambat dan serta merusak kondiisi jalan yang ada.

Wisata berkelanjutan yang selaras dengan alam dan manusia didalamnya memang membutuhkan sebuah harmonisasi. Namun setidaknya patut untuk di coba.(dro.hel)

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru