Kadindik Harapkan Pengembangan Inovasi Bermanfaat Bagi Lingkungan
Dindik Jatim, Bhirawa.
Penelitian tentang produk ramah lingkungan mulai berkembang. Salah satunya pengolahan bonggol jagung dan jerami untuk dimanfaatkan menjadi plastik biodegradable (penguraian hayati) yang mudah terurai dan ramah lingkungan.
Dalam penelitian ini Ni Putu Vidya Anggun, Afflatus Felician, dan Najmah Maia Fairuz berfokus pada daya serap pada limbah pertanian. Di mana 1 kwintal Jerami dan 1 kwintal bonggol jagung menghasilkan 5.333 lembar plastik biodegradable.
Atas inovasi ini tim penelitian SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun meraih Gold Medal, Best Booth dan Grand Price dalam kejuaraan Youth Internasional Science Fair (YISF), pada 21-24 Februari 2025 Universitas Negeri Malang.
Prestasi ini pun diapresiasi Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Aries Agung Paewai. Inovasi yang terus dicetuskan murid-murid Jawa Timur merupakan capaian besar bagi Dinas Pendidikan. Semakin banyak ide inovasi yang tercetus dari murid, kata Aries, semakin besar juga peran mereka dalam membangun peradaban.
“Kita selalu berharap Jawa Timur menjadi kiblatnya Pendidikan Nasional. Melalui ide-ide inovatif murid, dan pembiasaan penelitian ini mendorong kita terlibat dalam mencetak generasi-generasi unggul sebagai bentuk kesiapan menyiapkan Indonesia Emas 2045,” ujar Aries.
Banyaknya ide inovasi yang dicetuskan murid, Aries berharap kebermanfaatannya tak hanya bagi masyarakat luas. Namun juga bagi lingkungan.
Sementara itu, ketua tim penelitian SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun Ni Putu Vidya menjelaskan inovasi yang dibuat ini untuk mengatasi limbah pertanian dan sampah plastik. Dalam pembuatan plastik biodegradable ini, Vidya dan tim memanfaatkan bonggol jagung dan jerami.
Diakui Vidya, bonggol jagung dan jerami sebelumnya memang sudah digunakan untuk penelitian plastik biodegradable. Namun, diajang YISF ini, pihaknya memfokuskan pada daya serap limbah pertanian.
“Penelitian ini juga kami masukkan ke dalam ekonomi bahwa pemanfaatan limbah pertanian ini menghasilkan biodegradable plastic yang lebih murah dibandingkan yang dijual di pasaran. Dengan tingkat terurainya lebih cepat yaitu hanya 57 hari meninggalkan 0,001 gram, sedangkan yang di pasaran biodegradable plastic paling cepat terurai 1 – 2 tahun,” jelasnya.
Tim lain yang mendapat Gold Medal adalah Shafyero Faiq, Zaskia Aulia Pramesti, dan Najma Ayeesha Yumna. Berbeda dengan tim Vidya yang mengembangkan inovasi, tim Najma memilih melakukan riset bisnis fashion batik pecel secara kebudayaan dan ekonominya dalam sektor pariwisata di Madiun.
Menurutnya, dibanding inovasi riset menjadi hal yang tak kalah penting untuk membantu pertumbuhan ekonomi bisnis fashion di sektor Pariwisata. Apalagi tak banyak orang mengetahui ada Batik Pecel khas Madiun.
“Kami merasa batik pecel ini ada peluang dalam meningkatkan ekonomi bagi Madiun, Batik ini menggabungkan motif kuliner khas Madiun, yaitu pecel, dengan seni batik tradisional, sehingga menciptakan identitas yang kuat dan potensial dalam industri fashion lokal. Batik pecel itu juga unik, karena orang orang di luar itu mengenalnya hanya pecel, jadi ini juga menjadi bentuk salah satu pelestarian terhadap batik pecel ini. Karena itu sebagai anak muda ini salah satu cara kita mengenalkan Batik Pecel melalui riset kita,” jelas dia.
Disamping itu, Batik Pecel juga menjadi bagian dari strategi pengembangan ekonomi kreatif di Madiun. Dengan meningkatnya tren fashion berbasis budaya, lanjut Najma, analisis ini penting untuk memahami bagaimana Batik Pecel dapat berkembang di pasar dan menarik lebih banyak perhatian, baik dari masyarakat lokal maupun internasional.[ina.kt]