Calon KS dari Guru Penggerak Harus Ikuti Profiling dan Peningkatan Kompetensi
Dindik Jatim, Bhirawa
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, masih mengkaji kebijakan pengangkatan Kepala Sekolah (KS) tidak lagi berasal dari guru penggerak. Mengingat persoalan pengelolaan manajerial sekolah harus benar-benar dimiliki calon KS yang kompeten.
Bahkan beberapa usulan yang diterima Mu’ti mengatakan, pengangkatan KS harus didasarkan pada proses penjenjangan dan pengalaman, bukan sekadar otomatisasi dari program Guru Penggerak.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Aries Agung Paewai, menilai pengangkatan guru penggerak menjadi KS harus disikapi dengan bijak dan hati-hati. Ia tidak keberatan jika pengangkatan calon KS mengambil dari guru penggerak yang telah tersertifikasi.
Namun, untuk Jawa Timur pengangkatan calon kepala sekolah dari guru penggerak itu tetap melewati berbagai tahap. Seperti peningkatan kompetensi manejerial, keuangan, etika birokrat dan sistem profiling.
“Menurut saya tidak tepat ya menghilangkan proses guru penggerak dan tidak memberikan mereka kesempatan menjadi calon KS. Karena selama ini ada banyak yang diambil dari guru penggerak untuk jadi KS. Dan masih ada banyak yang mengantri,” ujar Aries, Rabu (18/12).
Untuk Jawa Timur, guru penggerak memang jadi poin utama. Karena akan dilanjutkan dengan sistem profiling yang dimudahkan Dindik Jatim menghasilkan KS dengan bekal yang sebelumnya telah dimiliki guru penggerak.
“Kalau mengambil guru yang belum mengikuti pelatihan dan pembelalan nanti persaingan jadi tidak sehat. Sedangkan kami butuh persaingan yang sehat dengan hasil sertifikasi yang ada,” tambah dia.
Diakui Aries, hasil profiling yang digelar pada pertengahan tahun lalu memang tidak semua peserta calon KS atau guru penggerak memiliki nilai yang sesuai target. Dari 300 calon KS di angkatan I, ada beberapa diantaranya hasilnya tidak bagus. Namun, banyak juga yang hasilnya bagus. ”Hasil profiling ini kan ternyata ada yang tidak bagus di sisi manajerial. Dan ini akan kami tingkatkan dengan berbagai pelatihan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ditambahkan Kabid GTK Dindik Jatim, Ety Prawesti, tahun ini per 1 Januari 2025 mendatang masih ada 45 jabatan KS yang kosong. Jumlah ini bukan tidak mungkin akan terus bertambah di tahun 2025 karena banyak diantaranya yang pensiun. Kendati begitu, pihaknya tak ambil pusing dengan kekosongan itu, karena memanfaatkan jumlah guru penggerak yang mencapai lebih dari seribu di Jawa Timur.
“Formulasi kami dalam pengangkatan kepala SMA/SMK dan SLB di Jawa Timur harus melalui berbagai tahapan. Diantaranya, melalui profiling untuk melengkapi persyaratan menjadi KS. Di sistem profiling ini, para calon KS di analisa langsung Dosen UINSA Surabaya untuk melihat kemampuan dan kompetensi cakep sekolah yang berasal dari guru penggerak,” jabarnya.
Ety menegaskan, target pelaksanaan sistem profiling ini juga tidak menyasar pada lulus tidaknya cakep untuk jadi KS. Jika tidak sesuai harapan, tentu pihaknya mengevaluasi dan mencari yang terbaik. ”Nah, profiling ini untuk melaksanakan kelengkapan guru penggerak. Ketika nanti jadi KS, ini kita verifikasi dan persyaratan ini ada,” ujarnya.
Guna mengejar kebutuhan jabatan KS yang kosong, hari ini (19/12) hingga 23 Desember pihaknya menggelar kembali profiling di angkatan kedua. Selain profiling pihaknya juga akan memberikan materi terkait pengelolaan keuangan dari Inspektorat, kepala BPSDM Jatim untuk pemateri manajerial, dan etika birokrasi.
“Di angkatan II ini kami sasar 200 calon KS atau guru penggerak yang akan mengikuti peningkatan kompetensi dan profiling yang digelar hari ini,” tandasnya. [ina.fen]