Perusahaan fintech Easycash (PT Indonesia Fintopia Technology) memiliki peran besar dalam meningkatkan akses layanan keuangan bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh bank.
Surabaya, Bhirawa
Pelaku – pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengakui dampak positif pembiayaan pinjaman daring (online) atau Fintech Peer-to-Peer (P2P) Lending Beberapa di antaranya mengaku berkat pinjaman daring ini mampu meningkatkan omzet atau bahkan ada yang merasa terselamatkan bisnisnya karena keberadaan pinjaman daring.
“Syarat pengajuan yang mudah tanpa agunan aset dan limit pinjaman daring bisa terus meningkat sejalan dengan kelancaran pinjaman,” jelas Retno, pelaku bisnis Frozen saat ditemui Bhirawa, Jumat (15/11) di rumahnya di kawasan Wiyung, Surabaya.
Menurut Retno, sebagai pelaku bisnis kecil-kecilan dirinya kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan karena kendala agunan dan persyaratan administratif lainnya.
“Melalui pinjaman daring saya bisa mendapatkan pinjaman dengan cepat walaupun belum besar nilai pinjamannya namun sangat membantu pengusaha kecil,” jelas Retno lagi.
Retno mengaku sampai saat ini masih memanfaatkan pinjaman online multiguna yang ditawarkan aplikasi Easycash.
“Awalnya memang takut kalau bunganya mencekik atau khawatir kalau ada apa-apa. Namun karena Easycash terdaftar di OJK saya coba saja. Ternyata lancar dan mudah. Angsuran dan bunga juga rasional,” jelas retno lagi.
Retno yang mengaku sudah memanfaatkan pinjaman dari Easycash ini sejak dua tahun lalu itu mengaku mendapatkan pagu limit pinjaman Rp20 jutaan.
“Awalnya saya meminjam sebanyak Rp 3 juta saja. Namun karena pembayaran baik limitnya terus meningkat,” jelas Retno sumringah.
Hal yang kurang lebih sama juga dialami Wiwik pelaku bisnis katering di Lidah Kulon Surabaya. Menurut Wiwik saat itu dirinya sedang butuh dana karena ada pesanan katering yang membutuhkan modal agak besar.
“Beruntung ada yang menyarankan untuk mencoba pinjaman online di Easycash. Ternyata mudah dan cepat. Karena saat itu memang saya membutuhkan uang cepat. Alhamdulillah memang lancar semuanya,” jelas Wiwik sambul tersenyum.
Namun demikian Wiwik juga mengingatkan masyarakat untuk hati-hati dalam memilih pinjaman online.
“Prinsipnya pilihlah pinjaman daring yang resmi dan terdaftar di OJK. Pastikan kalau benar-benar terdaftar. Karena banyak aplikasi yang mengaku terdaftar di OJK tetapi ternyata tidak,” jelasnya memberi saran.
Saat dikonfirmasi terpisah, dosen fakultas ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlanga Dr Wisnu Wibowo menilai secara bisnis Fintech Lending hadir sebagai solusi keuangan bagi UMKM yang belum mempunyai akses ke layanan keuangan formal. UMKM seperti ini biasanya dikatagorikan sebagai unbanked and underserved.
Menurut Wisnu, selama ini yang menjadi tantangan utama UMKM untuk mendapatkan akses layanan keuangan dan perbankan tidak lain adalah keharusan ada jaminan aset.
Secara khusus Wisnu juga mengingatkan bahwa saat tengah terjadi dinamika ekonomi global yang menyebabkan terjadinya penurunan permintaan (demand) global, angka inflasi meningkat, harga komoditas turun, serta UMKM global yang belum stabil.
Menghadapi situasi tersebut, jelas Wisnu sebagai langkah preventif adalah pemerintah harus cepat menetapkan langkah yang strategis. Langkah itu, akan dapat terwujud melalui percepatan inklusi keuangan.
“Inklusi keuangan sesungguhnya sudah merupakan tren pasca krisis 2008. Kondisi itu sebagai dampak dari krisis yang menyasar kelompok-kelompok berpendapatan rendah, tinggal di wilayah terpencil, buruh yang tidak memiliki dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran unbanked yang jumlahnya sangat tinggi di luar negara maju,” terang dosen yang aktif melakukan penelitian di bidang keuangan dan perbankan ini.
Menurutnya, ada beberapa manfaat inklusi keuangan bagi perekonomian suatu negara. Misalnya, bisa meningkatkan efisiensi ekonomi, mendukung stabilitas sistem keuangan, mengurangi shadow banking atau irresponsible finance, memberikan potensi pasar baru bagi perbankan, dan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang berkelanjutan.
“Lebih jauh, inklusi keuangan digital ini juga bisa mengurangi kesenjangan dan rigiditas low income trap, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Dengan inklusi keuangan digital, pemerintah dan para pemangku kebijakan juga dapat membantu UMKM untuk berkembang dan bangkit di tengah tantangan ekonomi global.
Inklusi keuangan digital mampu mendorong UMKM untuk naik kelas menjadi eksportir dan terhubung dengan pasar global. Selain itu, dengan inklusi keuangan digital, UMKM juga dapat memperluas akses inovasi bisnis, serta mendapatkan akses sumber daya keuangan yang lebih mudah.
“Berbagai dampak yang dihasilkan oleh inklusi keuangan digital ini dapat membantu UMKM utamanya dalam pengembangan bisnis. Sehingga akan menurunkan tingkat pengangguran dan mengurangi ketimpangan pendapatan,” tutur dosen kelahiran Klaten Jawa Tengah ini.
Peran Strategis Fintech
Dikonfirmasi terpisah Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI) Yasmine Meylia Sembiring berharap agar perusahaan fintech di Indonesia, khususnya di bidang pendanaan seperti Easycash, bisa menjadi katalis dalam mendorong pertumbuhan literasi dan inklusi keuangan di tanah air.
“Perusahaan fintech penyedia layanan pinjam meminjam memiliki peran besar dalam meningkatkan akses layanan keuangan bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh bank. Selain itu, fintech pendanaan juga diharapkan dapat menjadi partner pemerintah dalam mengedukasi masyarakat luas agar lebih melek finansial,” ucapnya.
Melalui penggunaan teknologi, lanjut Yasmine, masyarakat dapat mengakses layanan keuangan dengan aman, nyaman, dan berbiaya terjangkau.
Perkembangan cara bertransaksi masyarakat lanjut Yasmine juga berhubungan dengan kemajuan teknologi, seperti hadirnya smartphone. Kehadiran teknologi serta difasilitasi dengan dukungan internet yang membaik membuat pengguna mudah mengeksplorasi dunia maya. Layanan keuangan digital di Indonesia juga memperlihatkan peningkatan signifikan termasuk pembayaran non-tunai, investasi, asuransi digital, buy now pay Later, dan transfer dana.
“Kolaborasi fintech dan UMKM jadi faktor kunci,” tegas Yasmine.
Oleh karena itu, Pemerintah harus aktif mendorong kolaborasi antara investor, asosiasi Fintech, serta penyelenggara Fintech yang berizin OJK dengan UMKM.
“Dengan Fintech, para pelaku UMKM dapat berintegrasi dengan platform pembayaran digital dengan lebih cepat, mengakses modal, serta biaya transaksi yang terjangkau,” kata Yasmine.
Kesenjangan pembiayaan yang dialami UMKM biasanya karena faktor mereka tidak memiliki agunan, rendahnya literasi keuangan pelaku usaha, dan masih banyak UMKM yang terkendala legalitas.
Menurut Yasmine, Fintech dapat membantu menjembatani kesenjangan pembiayaan UMKM karena regulasi dan persyaratan pinjaman yang tidak seketat bank.
“Peluang ini harus dioptimalkan oleh industri jasa keuangan melalui berbagai skema pembiayaan, antara lain peer-to-peer lending, pinjaman online, dan crowdfunding,” jelasnya.
Banyak UMKM yang berada jauh dari pusat kota juga dapat lebih mudah meningkatkan skala bisnis mereka karena sekarang mereka memiliki akses ke pinjaman. Hal ini mengurangi ketergantungan UMKM terhadap lembaga keuangan non-bank. (wahyu kuncoro)