27 C
Sidoarjo
Friday, November 8, 2024
spot_img

Menyeimbangkan antara Urusan Keluarga dan Karir Perempuan

Oleh :
Sinta Radhini
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Di masa dahulu, perempuan sama sekali tidak diperbolehkan untuk berpendidikan maupun berkarir. Sedangkan laki-laki dapat memiliki pendidikan yang tinggi dan karir hingga sukses. Hal ini dapat memicu tidak adanya kesetaraan gender yang seharusnya laki-laki dan perempuan mendapatkan hak yang sama. Di era saat ini, perlahan sudah dilakukan untuk mendapatkan hak yang setara antara laki-laki dan perempuan. Perempuan telah mendapatkan haknya untuk berpendidikan yang tinggi dan bekerja. Meskipun masih banyak yang membanding-bandingkan pekerjaan perempuan dan laki-laki yang berbeda. Karena perempuan dianggap lemah dan laki-laki
dianggap kuat. Dapat dilihat perbandingan antara laki-laki dan perempuan untuk menduduki suatu jabatan tertentu di suatu Lembaga politik atau organisasi. Bahkan dalam pekerjaan rumah tangga dalam beberapa pekerjaan tertentu yang dinilai hanya dilakukan oleh seorang laki-laki dan beberapa pekerjaan yang hanya dilakukan perempuan.

Dalam rumah tangga, bekerja merupakan suatu hal yang paling penting untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan pekerjaan untuk mencari nafkah biasanya dilakukan oleh
kepala keluarga yang merupakan seorang laki-laki (suami). Dan peran perempuan dalam rumah tangga hanya untuk melayani keluarga. Namun, saat ini sudah banyak perempuan yang juga ikut andil dalam mencari nafkah untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga untuk meningkatkan status ekonomi mereka. Seorang perempuan (istri) yang bekerja dan melayani keluarga dapat disebut peran ganda atau memiliki pekerjaan di rumah dan diluar rumah.

Berita Terkait :  Menguak Mitos Maskulinitas dan Feminitas

Peran seorang perempuan dalam hal ini tentunya mengalami kendala-kendala di suatu kondisi tertentu karena dua pekerjaan yang dikerjakan satu waktu. Kendala yang biasa dialami, seperti kendala pada dirinya sendiri (fisik, mental) dan kendala dari luar.

Kedua pekerjaan tersebut memiliki tantangan masing – masing, jika diluar ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, jika dirumah ia menjadi ibu rumah tangga untuk melayani suami dan mendidik anakanaknya. Dan tentunya sebagai warga masyarakat, sebagai perempuan juga berpartisipasi dalam kegiatan warga di kampung.
Hal ini sangat berbeda halnya dengan laki-laki, yang hanya dituntut untuk mencari nafkah akan tetapi tidak mempunyai kewajiban mengurus rumah. Sehingga, dampak dari perempuan yang memiliki beban ganda ialah :
Pertama, Dampak Positif. Saat seorang istri atau ibu bekerja, ia akan mendapatkan penghasilan untuk membantu perekonomian keluarga dan dapat berkegiatan diluar dengan cara bekerja. Karena jika tidak berkegiatan, biasanya perempuan juga memiliki rasa bosan.

Kedua, Dampak Negatif. Tentunya hal yang dirasakan oleh istri atau ibu yang bekerja akan merasa lelah, baik fisik maupun mental. Karena dua pekerjaan ini tidaklah mudah untuk dikerjakan dalam satu waktu. Dan waktu untuk bersama anak dan suami juga berkurang, karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Namun, meskipun seorang istri atau ibu bekerja, ia akan selalu melakukan tanggung jawab yang lain dan tetap meluangkan waktunya untuk keluarga dan warga sekitar. Sehingga hal ini juga diperbolehkan untuk perempuan lain yang ingin bekerja saat sudah berumah tangga.

Berita Terkait :  Reog Sepuh; Kesenian Khas Desa Bedingin Ponorogo

————– *** —————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img