30 C
Sidoarjo
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Momentum MIND ID Wujudkan Asa Pemerintahan Prabowo – Gibran

Meningkatnya penjualan kendaraan listrik memberikan multiplier effect sangat besar bagi industri tambang di tanah air. Kondisi ini menunjukkan kebijakan hilirisasi sektor tambang yang digaungkan pemerintahan Prabowo-Gibran menemukan relevansinya.

Komitmen Lanjutkan Hilirisasi, Fokus Ekosistem EV Battery

Bak gayung bersambut, roadmap hilirisasi sektor pertambangan yang disusun BUMN MIND ID selaras dengan arah kebijakan pemerintahan baru dibawah kendali Prabowo – Gibran. Kebijakan itu tidak lain adalah kebijakan hilirisasi sebagai upaya peningkatan nilai tambah komoditas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Wahyu Kuncoro, Wartawan Harian Bhirawa

Surabaya, Bhirawa.
BUMN Holding Industri Pertambangan Mining Industry Indonesia (MIND ID) mendapat tiga mandat dari pemerintah yang meliputi pengelolaan cadangan dan sumber daya strategis, hilirisasi, dan memiliki kepemimpinan pasar yang terwujud melalui optimalisasi komoditas mineral dan ekspansi bisnis.

“Hilirisasi adalah strategi penting dalam pengembangan industri dan ekonomi Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor,” jelas Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo, Jumat (1/11/2024) .

Menurut Dilo Seno, MIND ID, sebagai perusahaan BUMN yang berperan dalam sektor pertambangan, memiliki tanggung jawab dan komitmen yang kuat dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa.

“Dengan fokus pada hilirisasi, kami berupaya mengembangkan industri-industri turunan yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi negara dan masyarakat Indonesia,” ujar Dilo Seno

Menjalankan hilirisasi dan industrialisasi mineral, jelas Dilo Seno merupakan langkah strategis jangka panjang yang akan sangat berdampak positif pada masa depan ekonomi Indonesia. Dampak tersebut mencakup peningkatan nilai tambah dari komoditas mineral, penyerapan serta peningkatan kualitas tenaga kerja, sekaligus meningkatkan daya saing negara di kancah global.

Peningkatan nilai tambah ini dihasilkan dari pemrosesan mineral dasar dengan nilai rendah menjadi sebuah produk end user berteknologi tinggi seperti kendaraan listrik.

Masifnya proyek hilirisasi yang dilakukan MIND ID juga turut memperbesar penyerapan sekaligus kualitas dari tenaga kerja mulai dari rantai pasok hulu seperti penambangan, pemurnian, hingga hilir seperti pembangunan smelter dan infrastruktur serta operasional industri. Hilirisasi sekaligus akan membuat daya saing Indonesia menjadi lebih tinggi dan bahkan memiliki daya tawar yang lebih baik dalam setiap kebijakan ekonomi global.

Menurut Dilo, hilirisasi mampu menstimulasi investasi yang menjadi motor utama dalam pertumbuhan ekonomi di masa depan. Adapun hilirisasi dan industrialisasi yang dijalankan MIND ID, terangnya, akan berfokus pada pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV Battery).

Dalam konteks ini, MIND ID proaktif menjalin kerja sama strategis di tingkat global untuk menarik investasi yang memiliki return optimal di masa depan.

“Dengan masuknya investasi ke Indonesia, lapangan kerja akan bertambah, nilai tambah akan meningkat, dan pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai lebih cepat,” imbuhnya.

Hilirisasi Butuh Daya Dukung SDM
Ketika dikonfirmasi terkait arah kebijakan hilirisasi pemerintahan Prabowo – Gibran, dosen Program S2 Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Suryanto M Si menjelaskan dalam era globalisasi yang kian meluas, hilirisasi atau diversifikasi aktivitas ekonomi menjadi tren signifikan yang tidak hanya mengubah struktur ekonomi, tetapi juga memberikan dampak besar pada dunia kerja.

Berita Terkait :  Pj Bupati Nurkholis Apresiasi Karta Fest Pasuruan

Menurut Suryanto, hilirisasi sendiri mencakup perluasan kegiatan ekonomi di sektor hulu atau pengolahan sumber daya alam, dan perubahan itu telah menjadi sorotan penting dalam pembicaraan ekonomi global.

Dengan demikian, lanjut Suryanto hilirisasi adalah proses mengubah bahan baku mentah menjadi suatu produk sehingga menciptakan nilai tambah. Dengan kata lain, hilirisasi melibatkan pengolahan bahan mentah sebelum diekspor, meningkatkan nilai produk yang tidak hanya dalam bentuk mentah, tetapi juga barang jadi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun ekspor.

“Hilirisasi bukan hanya menjual bahan mentah, tetapi juga barang jadi yang menjadi kebutuhan masyarakat lokal maupun ekspor setempat. Nilai tambah inilah yang menjadi bagian sangat penting untuk mencapai produktivitas sebuah negara,” ujarnya.

Ia juga menyoroti manfaat hilirisasi dalam menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan peluang pengembangan kepada para pekerja senior. Dengan adanya hilirisasi, produksi akan meningkat dan usaha yang menjual barang mentah akan tergeser.

Hilirisasi, menurut Prof. Suryanto, akan berhasil dengan adanya teknologi. Semakin dikuasai teknologi, produktivitas akan meningkat. Karena itu, hilirisasi membutuhkan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang mapan. Tanpa adanya implementasi hilirisasi, usaha akan sulit untuk mencapai status yang lebih baik.

Selain teknologi, peran budaya juga diakui sebagai faktor penting dalam hilirisasi. Organisasi atau masyarakat yang tidak memiliki budaya yang mendukung perubahan dan inovasi mungkin akan mengalami hambatan dalam menerapkan hilirisasi.

“Oleh karena itu, perpaduan antara teknologi dan budaya sangat krusial untuk mencapai kesuksesan dalam proses hilirisasi, di mana peningkatan nilai tambah produk dapat terwujud secara optimal,” tambahnya.

Dengan demikian, teknologi dan budaya memiliki peran kunci dalam keberhasilan hilirisasi. Melalui penggabungan teknologi yang terus berkembang dengan budaya yang mendukung inovasi, peningkatan nilai tambah dari suatu produk akan dapat tercapai secara optimal.

Tren Perkembangan Kendaraan Listrik
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo mencatat, market share mobil listrik (BEV) sepanjang Januari-Juni 2024 cakupannya sudah mencapai 2,9% dari total market penjualan kendaraan nasional. Angka itu melampaui capaian market BEV sepanjang tahun 2023 lalu yang hanya 1,7% atau terjual sebanyak 17.051 unit. Sementara selama semester satu tahun 2024, penjualan mobil elektrik telah terangkum sebanyak 11.938 unit.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara bilang peningkatan pangsa pasar BEV itu disebabkan semakin banyaknya pemain baru yang bermunculan di Tanah Air. Sehingga memberikan pilihan bervariasi kepada konsumen.

“Peningkatan jelas ada karena sekarang sudah banyak muncul berbagai macam mobil listrik atau BEV baru, kemudian harganya itu mendekati daya beli sebagian besar masyarakat kita,” ujarnya.

Berita Terkait :  Kuatkan Koperasi Guna Tingkatkan Ekonomi Rakyat

Menurut Kukuh, daya beli masyarakat terhadap mobil baru kebanyakan di rentang harga Rp 300 jutaan atau di bawahnya. Adanya beberapa lini mobil listrik anyar yang dijual dengan banderol mendekati itu, disebutnya menjadi pilihan menarik. Dirinya pun optimistis penjualan mobil listrik tahun ini akan melampaui raihan tahun sebelumnya.

Dibalik pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik sejalan dengan komitmen pemerintah mewujudkan transisi energi menuju energi bersih dan ramah lingkungan, khususnya di sektor otomotif.

Tak ayal, pemerintah sendiri mendukung percepatan penggunaan kendaraan listrik karena dapat menurunkan emisi gas rumah dan lebih ramah lingkungan. Hal itu tertuang di Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Berbagai insentif fiskal maupun nonfiskal telah diatur dalam Perpres tersebut agar mempercepat masyarakat untuk beralih menggunakan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.

Yang pasti, meningkatnya penjualan kendaraan listrik memberikan multiplier effect sangat besar bagi industri tambang di tanah air. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang besar seperti lithium, nikel, kobalt, grafit, dan mangan. Termasuk tembaga dan aluminium sebagai komponen penting jaringan teknologi kendaraan listrik.

Bahkan, data International Energy Agency (IEA) menunjukkan komoditas mineral kritis Indonesia yang termasuk dalam Top 3 negara dengan produksi terbesar yaitu nikel dan kobalt. Indonesia memproduksi 49% nikel dunia dan 5% kobalt global.

Pemerintah sudah mencanangkan industri kendaraan listrik akan mampu menghasilkan 600 ribu unit pada 2030. Melihat besarnya potensi sumber mineral tanah air, produsen otomotif dan baterai listrik dunia dari Korea Selatan (Korsel) dan Tiongkok sudah menanamkan investasinya di Indonesia.

Ceruk Pasar Kendaraan Listrik
Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman mengatakan, revolusi menuju kendaraan listrik mendorong nilai tambah sumber daya alam (SDA) Indonesia terutama tembaga, mangan, dan nikel. Tiga jenis mineral ini menjadi bahan dasar pengembangan baterai untuk eksosistem mobil listrik.

”Dengan berkembangnya kebijakan mobil listrik, hasil olahan smelter tembaga dan nikel di tanah air akan terserap dengan mudah,”ungkapnya.

Dalam ekosistem kendaraan listrik, tembaga digunakan untuk pembangunan jaringan listrik, jaringan storage atau penyimpanan dan c harging atau infrastrukur pengisian.

MIND ID sebagai BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia yang mengelola komoditas mineral akan memiliki peranan besar dalam ekosistem kendaraan listrik.

“Grup MIND ID harus proaktif untuk membangun hilirisasi dan industrialisasi mineral sekaligus integrasinya dengan sektor manufaktur sehingga bersama-sama dapat menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi di Indonesia yakni kendaraan listrik,” jelas Ferdy.

Lebih lanjut menurut Ferdy, ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) memerlukan sumber daya mineral dalam jumlah signifikan. Dia mencontohkan pada mobil listrik komponen grafit/karbon memiliki porsi hingga 33,34%, nikel 25%, alumunium 19,23%, tembaga 12,82%, lithium 3,21% dan selanjutnya.

Berita Terkait :  Tingkatkan Layanan Kelistrikan, PLN Perkuat Sinergi dengan Polda dan Kejaksaan

Sebagai BUMN Holding, MIND ID mengelola setidaknya 14 komoditas mineral terdiri dari alumunium, kobalt, logam tanah jarang, mangan, nikel, platinum, silika, tembaga, timah, titanium, zirkonium, emas, perak, dan batubara yang nilai manfaatnya terus ditingkatkan melalui program hilirisasi. ”Dengan keunggulan saat ini, kami yakin Indonesia melalui MIND ID akan memiliki peluang menjadi pemain penting di industri kendaraan listrik global,” jelasnya.

Percepat Transisi Energi Bersih
Kepala Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Tri Widjaja saat dikonfirmasi terkait pengembangan kendaraan listrik mengingatkan pentingnya peranan riset dalam menjawab berbagai isu mengenai perkembangan baterai di Indonesia bahkan di dunia.

Ia menyebutkan terdapat tiga hal penting dalam mengakselerasi ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KLBB) di Indonesia. Pertama, persoalan baterai kendaraan listrik seperti soal kapasitas dan daya tahan, durasi pengisian daya, harga hingga keamanannya yang saat ini masih ramai diperbincangkan publik.

“Isu soal baterai ini sudah diketahui ramai seperti bagaimana chargingnya harus cepat dengan jarak tempuh yang jauh serta harga murah, jadi perlu ada riset yang bisa diaplikasikan terutama dengan sumber daya kita miliki,” ujar Tri Widjaya saat ditemui di Kampus ITS, Jumat (1/11/2024).

Tri Widjaya menegaskan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama global dalam industri kendaraan listrik baterai (BEV) dengan sumber daya nikel sebagai bahan bakunya. Ia menambahkan, pemerintah secara serius membangun ekosistem baterai kendaraan listrik dengan membentuk holding company, Indonesia Battery Corporation (IBC). Empat perusahaan terintegrasi dan pemegang saham IBC, yakni PT Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk.

“Electronic Vehicle (EV) ini salah satu yg memberi kontribusi besar pada perekonomian Indonesia, untuk itu bisa dibayangkan marketnya akan besar,” imbuh Tri Widjaya.

Tri Widjaya juga menyebutkan percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai telah tertuang dalam Perpres 79 Tahun 2023 yang mengatur tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan raya. Percepatan tersebut, sambungnya dilakukan untuk perbaikan ekosistem KLBB antara lain penyesuaian penggunaan tingkat komponen dalam negeri dan penguatan dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Selain itu, dosen Teknik Kimia ITS ini juga mengatakan pemerintah terus mensosialisasikan berbagai insentif yang telah diberikan bagi pengguna maupun produsen kendaraan listrik yang berinvestasi ke Indonesia. Tidak terkecuali insentif yang diberikan atas dasar riset dan pengembangan baterai kendaraan listrik.

“Harapannya industri otomotif kendaraan listrik di Indonesia bisa berkembang dan bersaing secara internasional. Semua ini akan dapat terlaksana jika ada kolaborasi,” tegas Tri Widjaya mengingatkan. (why)

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img