Sidoarjo, Bhirawa
Setiap Enumerator atau petugas pendata lapangan untuk pelaku usaha mikro yang ada di Kabupaten Sidoarjo, saat bertugas di lapangan, bermacam-macam tantangan dan hambatan yang harus dihadapi.
Namun, yang dijalani oleh Nadiah Kalimatus Sadiyah, 40 tahun, ibu 4 anak, asal dusun Kupang Kidul RT 03/RW 04, Desa Kupang Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo ini cukup berkesan.
Meski demikian, target 300 pelaku usaha mikro yang harus ia data, di Desa Kupang dan Desa Jemirahan, optimis akan bisa ia selesaikan pada pertengahan Bulan November 2024 ini.
Dari 7 enumerator di Kecamatan Jabon, kebetulan ia mendapat medan yang paling sulit. Selain sulit medan lokasi, juga sulit signyal internet. Sehingga sulit untuk melaporkan hasil pendataan usaha mikro.
Misalnya di Blok Tegalsari dusun Tanjungsari Desa Kupang. Untuk bisa ke lokasi, ibu 4 anak ini harus menyeberang dengan naik perahu. Kalau pas air pasang dari laut, sangat membahayakan. Sebab arusnya deras sekali.
Jalan yang harus ia tempuh kesana, juga masih jalan setapak, berupa tanah liat, yang masih belum diaspal. Plat nomor sepeda motornya, pernah sampai lepas, karena jalannya berbatu-batu.
Sampai ke lokasi pun, kadang ia tidak bisa ketemu, pelaku usaha mikro yang harus ia data. Karena mereka sering ke tambak mencari ikan. Sehingga kadang harus didatangi lagi pada sore harinya.
“Ada tetangga yang berbaik hati meminjami wifi, sehingga saya bisa mengirimkan laporan,” kata Diah, panggilan akrab dari kader kesehatan di dusun Kupang kidul itu.
Istri kepala dusun itu menceritakan setiap hari untuk melakukan pendataan pelaku usaha mikro, dirinya berangkat dari rumah pukul 06.00 WIB. Sebab kalau terlalu siang, khawatir mereka yang akan didata, tidak ada lagi di rumah.
“Saya kadang janjian ketemu dengan mereka pada malam hari, sebab siangnya mereka gak ada di rumah,” katanya.
Untung sang suami penuh pengertian. Apa yang dijalani oleh Nadiah tersebut, mendapat dukungan. Demikian juga anak anaknya.
“Saya merasa sanggup dan semangat bisa menyelesaikan target pendataan usaha mikro ini,” katanya.
Di Blok Tegalsari dusun Tanjungsari ini, kata Nadiah, banyak warganya yang mengolah ikan segar dari tambak. Ikan bandeng diolah menjadi presto dan otak otak.
Pesanan mereka sebenarnya ramai, tapi hanya terbatas di sekitar desa mereka saja. Mereka ingin yang pesan bisa semakin luas dari desa mereka.
“Warga yang menjual makanan dan minuman juga ada, tetapi mereka mengaku sepi,” lanjut Nadiah.
Menurut pengakuannya juga, disana masih ada pelaku usaha mikro yang tidak mau didata. Padahal ia sudah membawa surat izin dari Camat dan kepala dusun setempat.
Mereka menganggap dirinya tukang ijon atau nawari pinjaman online. Dirinya datang kedua kali, mereka tetap saja tidak mau didata.
“Meski demikian saya tetap optimis, target pada 19 November akan bisa saya selesaikan, saya tetap semangat,” katanya.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2024 ini, memfasilitasi para enumerator dan koordinator enumerator, untuk melakukan pendataan secara lengkap pada KUKM di Kabupaten Sidoarjo.
Untuk enumerator atau petugas lapangan ada sebanyak 300 orang dan koordinator enumerator sebanyak 150 orang. Mereka akan melakukan pendataan pada KUMKM di Kabupaten Sidoarjo, mulai Bulan Agustus, September dan Oktober 2024.
Baik enumerator dan koordinator enumerator sama-sama telah diberikan Bimtek, pada sekitar Bulan Agustus 2024.
Kepala Dinas Koperasi dan UM Kabupaten Sidoarjo, M.Edi Kurniadi ST MT, menyampaikan kegiatan Bimtek tersebut program dari Pusat, Kementerian Koperasi dan UKM.
Tujuannya untuk mendata kembali keberadaan koperasi dan UKM di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2024 ini. KUMKM di Kabupaten Sidoarjo yang harus didata kembali pada tahun 2024 ini ada sebanyak 90 ribu. [kus.adv]