Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, telah dilaksanakan pada 20 Oktober 2024 di Gedung MPR/DPR, Jakarta. Sejumlah harapan masyarakat Indonesia yang menjadi prioritas melalui Visi, Misi dan Program Kerja. Dengan Visi “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045” harus segera diwujudkan melalui berbagai rangkaian dan langkah-langkah strategis di pelbagai lini. Pendek kata, setelah pelantikan dan pembentukan kabinet, pasangan Prabowo-Gibran harus “sat set” dan “ngegas” untuk kerja, kerja dan kerja nyata selama lima tahun kedepan. Kolaborasi dan sinergitas wajib dikedepankan mengingkat jumlah kabinet yang cenderung gemoy. Tantangan koordinasi dan harmonisasi antar kementerian dan kembaga dan kian menjadi titik krusial di tengah egosentris kementerian dan lembaga selama ini serta ekspektasi masyarakat yang sangat tinggi atas perbagai problem bangsa yang semakin kompleks. Kondisi tersebut harus dijawab oleh aksi kerja keras dan nyata oleh Presiden dan Wakil Presiden serta kabinetnya.
Salah satu program yang dijanjikan dalam mrwujudkan Visi dan Misi pada waktu kampanye adalah Program Makan Siang Gratis yang akhirnya berubah konsep menjadi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan mendorong kualitas gizi anak sekolah, memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta menggerakan ekonomi nasional. Dari sisi anggaran, alokasi anggaran program MBG yang dipasang di APBN tahun 2025 yang sebesar Rp 71 triliun dan menyasar sekitar 19,47 juta orang dari kalangan anak sekolah hingga ibu hamil maupun menyusui. Dari hasil kalkulasi tersebut diperkirakan dapat menciptakan 1,8 juta lapangan pekerjaan. Ini berdasarkan adanya 377 ribu dapur yang digunakan untuk menyiapkan makan siang gratis di sekolah dan tiap dapur akan diisi oleh lima pekerja. Selain itu, Program MBG setidaknya dapat mendongkrak produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 4.510 triliun pada 2025. Hitungan ini berdasarkan alokasi anggaran program MBG tahun 2025 yang sebesar Rp 71 triliun dan menyasar sekitar 19,47 juta orang. Dengan demikian asumsi setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan oleh program ini, maka akan memberikan manfaat hingga Rp 63.500 terhadap perekonomian
Urgensi MBG
Program MBG sebagai program andalan Presiden Prabowo Subianto, akan dieksekusi mulai 2 Januari 2025. Saat ini kita dihadapkan pada berbagai kondisi masyarakat cenderung kian melemah ekonomi, daya beli dan jeratan kemiskinan yang tak kunjung mereda. SDM menjadi salah satu esensi dan prioritas utama pembangunan sehingga kondisi masyarakat terutama generasi penerus yang memiliki gizi baik, sehat, dan berpendidikan merupakan fondasi bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu kurangnya investasi dalam modal manusia menyebabkan hilangnya potensi ekonomi, mulai dari 50 – 70% dalam jangka panjang. Selain itu MBG juga merupakan instrumen yang dibutuhkan anak-anak dengan ekonomi rentan. Pemberian makanan di sekolah dapat berkontribusi mencegah dan melindungi masyarakat dari kemiskinan dan kerentanan yang diharapkan dapat memupuk kebiasaan pola makan sehat dan bergizi sehingga mencegah obesitas dan potensi penyakit di masa dewasa. Nantinya anak bergizi baik akan belajar lebih baik, dan ketika dewasa akan berpenghasilan lebih tinggi dan lebih produktif sehingga pencapaian kualitas SDM yang unggul dan tangguh setidaknya lebih cepat duwujudkan. Untuk mewujudkan program sesuai janji politik tentu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Upaya Mitigasi
Sebelum pelaksanaan MBG dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang untuk meminimalisasi risiko kegagalan antara lain Pertama, perlu ada pemahaman yang mendalam mengenai kebutuhan nutrisi anak-anak di berbagai daerah di Indonesia. Kebutuhan sasaran anak-anak sangat beragam mulai tingkatan pra sekolah, SD, SMP hingga SMA termasuk akses sekolah, jenis kelamin dan kondisi sekolah antar wilayah. Kedua, kebiasaan makan dan pilihan makanan yang berbeda disetiap daerah. Kondisi ini sangat terkait dengan Tingkat sosial ekonomi masyarakat yang berbeda setiap lini. Kondisi dan kebiasaan pola makan perkotaan, pedesaan dan daerah terpencil yang terbelakang termasuk pilihan dan karakter makanan yang berbeda.
Diharapkan apapun jenis dan ragam makanan tentu harus mengacu pada kandungan dan komposisi nutrisi yang cukup bukan sekedar tersedia. Ketiga, tantangan utamanya, yaitu implementasi program dengan memastikan alokasi anggaran digunakan dengan efisien. Alokasi anggaran yang besar ini, harus diikuti dengan implementasi yang transparan dan akuntabel diserta dengan adanya pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa program ini tepat sasaran dan bisa memberikan manfaat yang maksimal bagi anak-anak. Harus diakui pelaksanaan program ini nantinya tidak seindah konsep yang janjikan. Wilayah Indonesia yang luas, kondisi topografis dan geografis serta struktur masyarakat yang sangat beragam termasuk terdapat wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan program dan mengapai mimpi besar Indonesia Emas 2045
———— *** ————–