Oleh :
Masyhud
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.
Desentralisasi pendidikan dari pusat ke daerah di era otonomi daerah, terutama terkait guru, hingga kini belum juga mampu membereskan karut-marut tata kelola guru. Mulai dari perekrutan, distribusi, perlindungan, hingga peningkatan kualitas guru masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Untuk itu, saatnya kini Presiden-Wakil Presiden RI Terpilih dan terlantik 2024-2029, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, membangun grand desain tata kelola guru. Hal ini menyangkut kompetensi, profesionalisme hingga kesejahtaraan guru.
Grand desain tata kelola guru merupakan konsep strategis yang meski dirancang untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas sistem pendidikan melalui pengelolaan yang lebih baik terhadap tenaga pendidik. Dalam konteks ini, tata kelola guru mencakup berbagai aspek, mulai dari perencanaan, pengembangan kompetensi, hingga evaluasi kinerja guru secara menyeluruh. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih profesional, berkualitas, dan berkelanjutan, guna mendukung pencapaian mutu pendidikan nasional. Desain ini menjadi penting mengingat peran guru sebagai ujung tombak dalam membentuk generasi penerus yang berkualitas.
Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru
Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dalam kajian grand desain tata kelola guru merupakan aspek krusial untuk menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas. Pasalnya, guru adalah faktor kunci dalam proses pembelajaran. Kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru bisa langsung berdampak pada hasil belajar siswa. Sehingga, melalui peningkatan kompetensi guru bisa memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyampaikan materi dengan efektif dan menarik.
Untuk itu, seiring dengan adanya sistem pendidikan selalu berkembang, terutama dengan adanya perubahan kurikulum dan kebutuhan pasar. Guru meski terus meningkatkan kompetensinya agar bisa lebih siap menghadapi segala perubahan dan mampu menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan terbaru. Sehingga, guru yang terampil dan profesional bisa lebih terbuka terhadap penggunaan teknologi dan melalui strategi pembelajaran guru bisa menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi siswa.
Selebihnya guru yang kompeten dan profesional berpotensi mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inspiratif. Ketika siswa merasa didukung dan termotivasi oleh guru mereka, maka hal ini akan berkontribusi pada peningkatan keterlibatan dan hasil belajar mereka.Selain itu, guru yang memiliki kompetensi tinggi dapat melakukan evaluasi dan penilaian dengan lebih baik. Mereka dapat merancang penilaian yang lebih efektif untuk mengukur kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang konstruktif, yang penting untuk pengembangan akademik siswa. Dan, ketika guru menunjukkan kompetensi dan profesionalisme yang tinggi, hal ini berpotensi bisa membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan.
Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru juga berkontribusi pada suasana kerja yang lebih baik di lingkungan pendidikan. Terlebih, dalam era digital sekarang ini tantangan dalam pendidikan semakin kompleks. Guru yang profesional dan kompeten biasanya bisa lebih siap membekali siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing ditingkat global, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan kolaborasi. Dengan demikian, peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru adalah fondasi yang diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas. Grand desain tata kelola guru yang fokus pada aspek ini akan memastikan bahwa guru memiliki kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk mendidik generasi mendatang dengan baik. Untuk itu, grand desain tata kelola guru ini menjadi langkah penting dalam mencapai visi pendidikan nasional yang lebih berkualitas dan berdaya saing.
Kesejahteraan dan kepuasan guru
Kesejahteraan dan kepuasan guru merupakan dua elemen kunci yang sangat berpengaruh dalam sistem pendidikan, khususnya dalam konteks grand desain tata kelola guru. Keduanya tidak hanya berpengaruh pada kinerja dan profesionalisme guru, tetapi juga pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa. Kesejahteraan guru mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi kualitas hidup dan pekerjaan mereka, termasuk, kesehatan fisik dan mental.
Selain itu, kesejahteraan finansialn bagi guru pun penting terperhatikan oleh pemerintah, pasalnya gaji yang layak dan tunjangan yang memadai adalah bagian dari kesejahteraan finansial guru. Ketika guru merasa dihargai secara finansial, mereka akan lebih termotivasi untuk berkontribusi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Begitupun, menghadirkan lingkungan kerja yang kondusif. Suasana kerja yang positif, aman, dan mendukung di sekolah sangat berperan dalam kesejahteraan guru. Seperti, mulai dari ruang kelas yang baik, fasilitas yang memadai, dan dukungan dari manajemen akan meningkatkan kenyamanan dan kepuasan kerja guru.
Sedangkan dari sisi kepuasan guru bisa dengan memberikan penghargaan dan pengakuan. Penghargaan atas kerja keras guru, baik melalui program formal maupun informal, dapat meningkatkan rasa kepuasan. Ketika guru merasa bahwa usaha mereka diakui dan dihargai, mereka akan lebih puas dengan pekerjaan mereka. Dilanjut, dengan memberikan kesempatan pengembangan professional. Misalnya, mulai dari penyediaan akses terhadap pelatihan, seminar, dan peluang pendidikan lanjutan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kepuasan guru. Dan, untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan guru itupun tentu dibutuhkan strategi dalam grand desain tata kelola guru.
Detailnya, berikut inilah beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam grand desain tata kelola guru untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan guru. Pertama, meningkatkan gaji dan tunjangan. Melalui alur mengkaji dan memperbarui struktur gaji dan tunjangan agar sesuai dengan standar hidup dan kebutuhan guru. Kedua, pemerintah bisa mencoba untuk menawarkan program kesehatan dan kesejahteraan. Misalnya, melalui penyediaan akses ke layanan kesehatan, program kebugaran, dan dukungan mental bagi guru. Ketiga, mendorong partisipasi dalam keputusan. Artinya, pemerintah idealnya bisa memberikan ruang bagi guru untuk bisa terlibat dalam menciptakan mekanisme perumusan kebijakan dan keputusan di tingkat sekolah.
Dengan memberikan perhatian yang serius pada aspek-aspek strategi ini, diharapkan akan tercipta lingkungan pendidikan yang berkualitas, di mana guru merasa dihargai dan termotivasi, serta dapat memberikan kontribusi maksimal dalam mendidik generasi mendatang.
———— *** ————–