29 C
Sidoarjo
Thursday, October 10, 2024
spot_img

Babak Baru Konflik Israel-Iran

Oleh :
M. Syaprin Zahidi, M.A.
Dosen Pada Prodi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.

Serangan rudal Iran ke Israel beberapa waktu lalu menjadi yang kedua kalinya dalam tahun 2024 ini. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataannya yang kemudian dikutip oleh Times Israel pada tanggal 6 oktober lalu. Dua Serangan rudal Iran ke Israel pada tahun 2024 ini selalu diklaim oleh Iran sebagai sesuatu yang sah dalam hukum internasional karena serangan tersebut merupakan respon atas Tindakan Israel yang dianggap semena-mena dan menafikan aturan-aturan internasional.

Pemerintah Iran dalam beberapa kesempatan juga terlihat mengancam balik Israel apabila melakukan serangan balasan akan mendapatkan balasan yang setimpal pula. Hal ini sepertinya akan menjadi “new war” di Timur Tengah jika Israel akhirnya merespon serangan Iran tersebut dan sepertinya jika diulas oleh beberapa media Israel seperti Times Israel pejabat militer Israel telah merencanakan serangan balasan ke Iran walaupun belum diketahui kapan serangan balasan tersebut akan dilakukan.

Jika merujuk pada relasi Israel-Iran bisa dikatakan bahwa konflik kedua negara telah berlangsung lama walaupun belum sampai menjadi perang terbuka karena konflik antara kedua negara ini tentunya juga tidak bisa dilepaskan dari konstelasi politik domestik di masing-masing negara. Mungkin banyak dari kita yang akan “terkejut” bahwa nyatanya dua negara ini dulunya memiliki hubungan yang baik bahkan Iran menjadi negara pertama di kawasan Timur Tengah yang mengakui kadaulatan Israel pada tahun 1948. Hubungan harmonis ini tepatnya terjadi di era Shah Mohammad Reza Pahlavi, pada saat itu bisa dikatakan hubungan Israel-Iran merupakan hubungan yang saling menguntungkan kedua negara karena para tenaga ahli dari Israel berperan dalam memberikan pelatihan pertanian bagi para petani di Iran, bahkan Angkatan bersenjata Iran waktu itu mendapatkan support penuh dari Israel.

Berita Terkait :  Memahami Perang Merek antarUMKM

Relasi ini akhirnya berubab 180 derjat Ketika terjadi revolusi Islam Iran dan Shah Mohammad Reza Pahlavi digulingkan dari kekuasaannya, Iran akhirnya menyatakan segala perjanjian dengan Israel sudah tidak berlaku lagi. Poin inilah yang kemudian menjadi faktor “friksi atau konflik” antara Iran dan Israel selama ini.

Namun inti dari dari itu semua sebenarnya adalah konstelasi politik domestik dan kepetingan Iran. Adapun serangan rudal Iran ke Israel setidaknya bisa dikatakan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan Iran untuk memperingatkan Israel karena telah “membunuh” para sekutunya seperti Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.

Jadi muaranya pada akhirnya tidak hanya seperti yang di highlight bahwa selama ini Iran menjadi garda terdepan yang melindungi palestina saja namun tetap yang paling utama adalah kepentingan Iran sendiri untuk memastikan posisinya sebagai salah satu negara “kuat” di Timur Tengah tidak diusik oleh Israel. Israel sendiri sepertinya akan banyak berpikir untuk melakukan perang terbuka dengan Iran, ini bisa diindikasikan sebenarnya dari statement Netanyahu yang malah melakukan strategi lain dengan mendorong penduduk Iran untuk berpikir ulang terkait rezim yang memerintah saat ini yang menurut Netanyahu malah merugikan penduduk Iran sendiri.

Statementnya tersebut Ia dasari pada satu keyakian bahwa penduduk Yahudi dan Persia harusnya bisa hidup berdampingan namun beberapa dekade terhambat oleh rezim radikal Islam. Pernyataan Netanyahu itu sedikit banyak menunjukkan bahwa sebenarnya Israel “enggan” untuk melakukan perang terbuka yang justru diharapkan oleh Israel adalah rezim Iran akan jatuh oleh masyarakatnya sendiri sehingga hubungan Israel dengan Iran bisa “mesra” seperti di zaman Shah Mohammad Reza Pahlavi. Disinilah penulis meyakini Mossad (intelijen Israel) akan bergerak di dalam negeri Iran untuk menimbulkan chaos sehingga mungkin saja akan terjadi perubahan rezim yang menguntungkan Israel. Namun, kondisi “sebaliknya” bisa saja terjadi jika Mossad gagal dan malah akan memperuncing konflik antara kedua negara ini.

Berita Terkait :  Profesor Jalan Pintas

———— *** ————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img