Refleksi Hari Kunjungan Perpustakaan
Oleh :
Erinda Dwimagistri Sukmana
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Pada tanggal 14 September 2024 akan diperingatinya hari kunjungan perpustakaan. Mungkin belum banyak masyakarakat kita yang mengetahui bahwa tanggal 14 September 2024 merupakan hari kunjungan perputakaan. Apakah saat ini perpustakaan masih banyak diminati di era digital saat ini? Saat ini kita sangat dimudahkan dalam mendapatkan media informasi. Saat ini kita dapat membaca berita atau membaca buku hanya dengan gadget yang kita miliki. Bahkan jika kita berkunjung di toko buku yang dahulu ramai, sekarang jarang orang berkunjung atau bahkan sepi dari pengunjung. Hal ini diakibatkan orang-orang lebih memilih membaca ebook dengan hanya menggunakan gadget tanpa harus membawa buku fisik yang tebal. Namun, dengan kemudahan ini, mengapa minat membaca Masyarakat Indonesia masih rendah?
Menurut artikel RRI edisi tanggal 23 April 2024, UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah mengenai literasi dunia yang artinya minat bacanya sangat rendah. UNESCO juga menyebutkan indeks minat membaca Masyarakat Indonesia hanya berada di angka 0,001% atau dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca. Kominfo.go.id juga menjelaskan riset dari World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara soal minat baca. Namun faktanya banyak orang Indonesia memiliki gadget dan mereka memakainya lebih dari 9 jam setiap hari. Maka tidak heran jika Tingkat ‘kecerewetan’ Masyarakat Indonesia berada ditingakt 5, bahkan netizen Indonesia dijuluki ‘netizen bar-bar’. Indonesia lebih cerewt di media sosial namun minat bacanya rendah. Kita sering mendengarkan “buku merupakan jendela ilmu” yang artinya kita dapat memahami sebuah ilmu atau memahami sebuah pengetahuan dengan membaca buku atau apapun yang memiliki informasi akurat seperti jurnal dan lainnya. Yang artinya juga tanpa membaca kita tidak akan memahami sebuah ilmu atau pengetahuan. Namun, apakah itu literasi? Menurut KBBI letrasi adalah kemampuan menulis dan membaca, atau pengetahuan atau keterampilan dalam bidang tertentu.
Jika minat baca Masyarakat Indonesia rendah, apakah perpustakaan juga sepi pengunjung? Menurut Statistik Perkembangan Perpustakaan, pertumbuhan jumlah kunjungan sejak bulan September 2023-Agustus 2024 mengalami naik-turun. Beradasarkan jenis ku jungan yang menjadi 3 kategori yaitu non anggota, anggota, dan rombongan, kategori anggota mengamai kenaikan jumlah kunjungan di bulan Oktober 2023 aekitar 400 pengunjung, sedangkan mengalami penurunan pada bulan Juni 2024 tanpa adanya pengunjung. Kemudian kategori non-anggota memiliki grafik yang sangat rendah setiap bulannya dari bulan September 2023-Agustus 2024. Sedangkan kategori rombongan mengalami kenaikan pesat di bulan Juni 2024, walaupun turun Kembali di bulan Agustus 2024. Lalu berdasarkan kelompok usia, usia 26-45 tahun (masa dewasa akhir) memiliki presentase tertinggi kunjungan perputakaan sebesar 47%, diikuti oleh usia 26-35 tahun (masa dewasa awal) sebanyak 33,5%, sedangakan usia 17-25 tahun memiliki prsentase banyak 4,1% saja. Hal ini juga dapat membuktikan bahwa generasi muda saat ini tidak memiliki minta untuk berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar membaca buku. Jika berdasarkan Pendidikan, antara jumlah pengunjung dengan Pendidikan S1 dan S3 mengalami presentase yang seimbang yaitu 50-50%, namun Kembali lagi tidak ada pengunjung yang masih berada di bangku sekolah baik menengah pertama dan menengah atas.
Menurut Badan Pusat Statistik di Indonesia sendiri telah terdapat banyak jumlah perpustakaan yang terakreditasi berdasarkan provinsi pada tahun 2023 yang telah diperbaharui informasinya pada bulan Februari 2024 lalu. Provinsi dengan akreditasi perputakaan paling banyak adalah Jawa Timur dengan jumlah perputakaan terakreditasi sebanyak 2.691, diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebanyak 1.594 perpustakaan terakreditasi. Namun, sayangnya pertumbuhan perputakaan di Indonesia sendiri belum merata. Seperti misalnya pada Provinsi Papua Barat Daya hanya 8 memliki 8 perpustakaan terakreditasi, kemudian Provinsi Papua hanya terdapat 9 perputakaan, kemudian Provinsi Papua Selatan hanya ada 1 perpustakaan, sedangkan provinnsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan tidak memiliki perpustakaan terakreditasi.
Apakah penyebab rendahnya minat baca Masyarakat Indonesia? Menurut artikel dari Kalla Institute, pernyebab pertama ialah aksebilitas. Terbatasnya akses Masyarakat terhadap sumber literasi menjadi sumber utama. Kembali ke pernyataan di atas bahwa penyebaran perstakaan sendiri belum tersebar secara merata, contohnya seperti di Provinsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan tidak memiliki perpustakaan sehingga akses terhadap sumber literasi seperti buku ataupun media cetak lainnya memiliki keterbatasan. Tidak hanya di provinsi tersebut, di daerah lainnya seperti pedesaan dan kalangan Masyarakat yang kurang mampu menyebabkan sulitnya menjangkau sumber literasi. Penyebab kedua adalah penggunaan teknologi. Meskipun perkembangan teknologi telah meningkat sehingga dapat meningkatkan aksesbilitas terhadap informasi menjadi lebih mudah, namun penggunaan yang kurang tepat atau berlebihan dalam mengguanakan media sosial sebagai hiburan saja dapat mengurangi minat membaca buku dan sumber literasi lainnya. Padahal minat baca literasi bagi bangsa Indoneia sangat penting yang dapat berperan dalam kehidupan sehari-hai atau dalam bidang tertentu seperti sosial, politik atau ekonomi. Selain itu, dampak minat baca yang rendah ini dapat menyebabkan ketertinggalan Indonesia dengan negara lainnya secara global.
Namun, Tingkat minat membaca di Indonesia masih bisa lebih ditingkat Kembali. Dibuktikan dengan hasil penelitian dari Mansyur, (2019) yang menjelaskan bahwa meinat membaca mahasiswa berada pada kategori minta tinggi yaittu sebesar 56,4%, kemudian Tingkat sangat tinggi dengan presentase sebanyak 17,1%, dan 26,5% berada di kategori sedang. Hasil penelitian ini setidaknya memerikan harapan bahwa Indonesia masih bisa meningkatkan minat membaca mereka, agar tidak lagi dijuluki SDM rendah oleh orang lain di media sosial. Lalu bagaimana kah caranya agar minat membaca masyakarat Indonesia dapat lebi ditingkatkan. Yang pertama perbanyak tempat-tempat membaca buku seperti perpustakaan atau perbanyak tempat-tempat umum yang dapat mengakses sumber literasi menjadi lebih mudah tidak hanya di kota namun juga di pedesaan. Kemudian, biasakan gemar membaca bagi anak-anak sejak dini. Ajarkan kebiasaan ini agar anak-anak gemar membaca buku. Kemudian cara yang lain yang dapat dilakukan adalah menambah koleksi dan fasilitas untuk pembaca agar nyaman mengunjungi perpustakaan. Mari kembali kita gerakan gemar membaca dan mari berkunjung ke perpustakaan.
———— *** —————