Oleh :
Elfi Anis Saati
Guru besar THP-FPP UMM, Ka PS-P3 Halal UMM.
Cukup menghentakkan kita semua, berita sekitar 60 Balita yang mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah setiap minggunya di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).Sebelumnya menurut Berita Antara bahwadari total 135 kasus balita gagal ginjal akut misterius (DKI Jakarta), sebanyak 63 balita meninggal dunia.Di puskesmas sudah 200 juta skrining lebih dari 60 juta, anak-anak dengan gula ,darahnya tinggi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur menyampaikan informasi bahwa ada sekitar 8-10 anak harus menjalani hemodialisis atau cuci darah akibat gagal ginjal.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi penurunnya fungsi ginjal dalam menyaring sisa metabolime tubuh sehingga dapat menyebabkan kadar cairan berbahaya dalam tubuh menumpuk dan tidak bisa keluar. Gagal ginjal adalah suatu kondisi penurunan fungsi ginjal dalam menyaring limbah sisa metabolisme tubuh dari dalam darah dan membuangnya melalui urin. Kondisi tersebut menyebabkan kadar racun dan cairan berbahaya akan mengendap dalam tubuh dan dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani.
Anak-anak bahkan bayi bisa mengalami gagal ginjal, banyak dipengaruhi oleh pola hidup.Salah satu penyebab gagal ginjal akut pada anak terjadi karena konsumsi obat dengan sediaan sirup, yang ternyata memiliki kandungan zat berbahaya yang memicu kerusakan pada ginjal, diantaranya adalah etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butil eter (EGBE) yang umumnya digunakan bersamaan dengan penambah rasa obat bagi anak-anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong pengawasan ketat terhadap makanan yang beredar di masyarakat. Terutama untuk produk-produk yang gemar dikonsumsi oleh anak-anak, setelah Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa satu dari lima anak mengalami gangguan ginjal, termasuk meningkatnya 70% diabetes pada anak.
Meningkatnya penderita gagal ginjal dan diabetes tersebut karena konsumsi komponen gula, lemak, dan garam. Termasuk penggunaan BTP pada makanan sehari-hari diantaranya pengawet, penyedap, pewarna, perisa dan pemanis. Ke empat-lima komponen BTP tersebut kurang banyak diperhatikan penggunaannya, baik produk yang beredar di pasaran hingga pola konsumsi pangan masyarakat. Baik jenis BTP apa yang digunakan hingga jumlah maksimal yang diperkenankan pada proses pengolahan pangan yang dikonsumsi sehar-hari (seusai dengan UU, Peraturan BPOM No 11 Tahun 2019), apalagi jika keluarga tidak memberikan bekal makan sehat kepada anak-anaknya di saat sekolah.
Pencegahan penting dilakukan dalam menekan peningkatan angka kesakitan.Salah satu upaya pencegahan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor risikonya. Kegiatan atau program preventif/pencegahan merupakan cara terbaik untuk meminimalisir kasus gagal ginjal pada anak. Diharapkan semua pihak terutama orangtua memiliki peran penting memberikan edukasi pola hidup sehat kepada anak.Hal ini dapat dilakukan melalui edukasi promosi kesehatan sehingga masyarakat menyadari nilai kesehatan, mandiri untuk hidup sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan secara tepat guna, yaitu :
” Mengurangi konsumsi makanan-minuman dengan pemanis, pewarna dan pengawet berlebihan
” Mengkonsumsi makanan seimbang kandungan gizinya
” Selain juga terus melakukan aktivitas fisik untuk menjaga organ tubuh bekerja optimal.
Sangatlah wajar, makin banyak pejabat Dinas Kesehatan menghimbau agar masyarakat menjalankan kebiasaan hidup sehat, seperti rutin olahraga dan menjaga pola makan sehat, serta mengurangi konsumsi makanan-minuman manis mengandung gula yang bisa menyebabkan gagal ginjal dan diabetes.
Sebagai upaya memperbaik pola pangan sehat, masyarakat dapat memanfaatkan pangan sehat yang dihasilkan dari kekayaan hayati di sekitar daerahnya masing-masing, menggunakan pangan lokal sehat potensial yang sudah lama dikenal dunia.Penggunaan bahan tambahanpangan (BTP) sebenarnya juga dapat meng-optimalkan penggunaan bahan alami, seperti sumber pemanis, pewarna, pengental, essence dan pengawet alami yang bisa diperoleh dan diolah dari tanaman hayati lokal di sekitar halam rumah kita.Indonesia dikenal mempunyai kekayaan hayati yang luar biasa, bahkan nomor 2 terbesar dunia. Jadi tidaklah sulit jika kita dengan sungguh-sungguh melakukan upaya Kembali ke alam “back to-nature”.
Bahan sumber pemanis alami dapat kita gali menggunakan daun stevia, dan gula merah hasil pengolahan dari nira atau gula cair hasil olahan kulit singkong (Gucakusi Multi Agro;hasil penelitian alumni IPB di Ciluar Jawa Barat), yang bisa menggantikan pemanis berbahaya bagi anak-anak sepertiSakarin, Siklamat.Bahan sumber pewartna alami banyak diperoleh menggunakan organ tanaman baik, daging buah, bunga, umbi maupun buah serta kulir buah nya.
Seperti pewarna alami merah hingga keungu-an hasil ekstraksi pigmen daging buah naga, semangka, tomat, dari bunga telang, mawar merah (hasil penelitian Saati 2016-2018, 2020-2023) hingga umbi dari bit, jalar (ungu, merah), serta daun jati, sayuran bayam dan lain-lainnya, yang bisa menggantikan pewarna berbahaya Rhodamin B maupun Methanil yellow, dan masih digunakan oleh sebagiam penjual makanan-nimuman jajanan yang banyak dikonsumsi anak-anak.Bahkan bisa diolah menjadi beragam minuman dan makanan yang menyehatkan, seperti sari buah/bunga, yoghurt, saos, selai/jam, permen bahkan snack maupun herbal karena juga tinggi kandungan antioksidannya.
Bahan sumber essence alami berasal dari beragam sumber rempah, yang sudah sangat banyak dikenal masyarakat, karena memang dari sumber inilah dahulu negri kita dijajah 300an tahun oleh penjajah (Belanda, Jepang dan lainnya). Diantaranya yaitu essence panili, kayu manis, panili, umbi empon-empon seperti jahe, kunci dan lain-lainnya. Bahan pengental seperti ekastrak atau bubuk rumput laut (agar-agar), umbi porang, pati atau tepung tapioka singkong yang bisa menggantikan pengental/penjendal berbahaya seperti boraks.
Demikian pula bahan sumber pengawet alami karena kandungan komponen bioaktif seperti antioksidan pada beberapa bahan alami seperti bumbu-bumbu dapur, daun salam, lada, ketumbar, cengkeh, lengkuas, kunyit, asam, dan lain-lainya bahkan ekstrak beberapa bunga seperti bunga mawar dapat mengandung antimikrobia sehingga dapat membantu mengawetkan ikan sekitar 6 jam (suhu kamar).
Pandemi covid telah mengajari kita bahwa dalam memilih konsumsi pangan seyogyanya adalah yang menyehatkan tubnuhm yang meningkatkan imunitas, bukan sekedar enak rasanya. Jika hanya mengandalkan enak rasa maka kita dapat digoda selera makan kita dengan penggunaan penambah cita rasa yang sekarang sangat pesat berkembang digunakan banyak tidak hanya di olahan pangan sehari-hari (menu makan 2-3 kali seharinya), tetapi juga banyak berkembang digunakan tanpa ukuran yang jelas, pada makanan jajanan anak-anak hingga di pinggir jalan, serta café-café yang mengandalkan cita rasa sintetis pada beragam sajian minuman yang ditawarkan pada olahan teh maupun minuman lainnya.
Demikian pula penggunaan pewarna dan pemanis yang masih banyak digunakan pada makanan jajanan/pinggir jalan yang beredar di banyak daerah/lokasi, sehingga menggoda pejalan kaki yang sedang haus atau kelaparan selama di perjalanan.Makin maraknya pesanan makanan instan atau junk food cepat saji yang dianggap masyarakat lebih cepat dan mudah diperoleh, semuanya itu akhirnya membuat pola pangan keluarga kita menjadi kurang sehat.Halaman rumah kita dahulu yang seringkali ditanami sekedar empon-empon untuk obat sakit yang mudah diolah sendiri di rumah, menjadi agak langka. Pekarangan desa yang luas yang bisa dijadikan berkegiatan menanam bersama dengan beberapa sayur mayur dan tanaman obat juga perlu digalakkan kembali (“back to nature”), agar para generasi millenail mengenal keunggulan tanaman hayati lokal kita, yang sangat tersohor di dunia, sejak lama.
Supaya kecintaan bangsa, semua kalangan kepada kekayaan hayati negri ini terpupuk, bangkit lagi. Mari kembali dikenalkan, ditumbuhkan makin meluas, agar kecintaan mengkonsumsi produk dalam negri juga menguat membali, dan pada akhirnya diharapkan tidak sekedar mengenal dan memahami saja, tetapi punya respek kreasi tinggi untuk memanfaatkan dan mengolah menjadi produk pangan atau produk inovatif unggulan di daerahnya masing-masing. Di dalam proses pengurusan Sertifikasi Halal produk (makanan-minuman) penggunaan bahan nabati alami ini akan lebih memudahkan karena menjadi bahan yang positif list (bukan tergolong bahan yang menjadi titik kritis keharaman). Cinta bangsa dan nasionalisme yang tulen, sejatinya demikian. Setiap rakyat, setiap gerenasi penerus dan unsur pembangunan Indonesia ini punya kecintaan yang menyala-nyala terhadap kekayaan alamnya, hayatinya yang terus akandiberdayakan menjadi produk unggul sehat dan berdaya saing serta cinta produk dalam negri.
———– *** ————-