27 C
Sidoarjo
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kekeringan, 98 Hektar Lahan Sawah di Kabupaten Bojonegoro Puso

Bojonegoro,Bhirawa

Musim kemarau yang berdampak kekeringan yang melanda berbagai daerah cukup berdampak pada sektor pertanian, salah satunya di Kabupaten Bojonegoro. Akibat kekeringan di beberapa daerahnya, banyak tanaman pertanian alami puso (gagal panen).
Selama tiga bulan mulai bulan Juni, Juli dan Agustus ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro mencatat, ada puluhan hektar area lahan pertanian puso (gagal panen).

” Kekeringan mengakibatkan lahan pertanian puso di Kabupaten Bojonegoro mencapai 98 hektare,” Kata Kabid Sarana Prasarana dan Perlindungan Tanaman DKPP Bojonegoro, Retno Budi Widyanti, kemarin (21/8).

Retno menjelaskan, dari 83.197 hektare lahan baku sawah (LBS) setidaknya 98 hektare mengalami puso pada musim kemarau ini.

” 98 hektar itu tersebar di tiga Kecamatan meliputi Kecamatan Kapas, Desa Tanjungharjo sejumlah 60 hektare, Kecamatan Balen, Desa Sobontoro sejumlah 6 hektare, dan Ngambon seluas 32 hektare tersebar di Desa Nglampin, Karangmangu, Ngambon, Sengon dan Bondol,” jelasnya.

Retno menjelaskan, mayoritas lahan terdampak kekeringan merupakan lahan tadah hujan. Dikarenakan sumber air tidak sampai mengairi seluruh lahan.

” Sangat berpengaruh keringnya sumber air ini terhadap lahan sawah. Seperti waduk pacal yang minimnya air. Jadi, berkurang pendistribusian airnya untuk lahan pertanian,” tuturnya.

Dia melanjutkan, keberadaan sumber air seperti waduk, embung, hingga bendungan penting bagi keberlangsungan pertanian. Sebab, air merupakan hal pertama dibutuhkan untuk pertanian.

Berita Terkait :  Ribuan Desa di Indonesia Belum Teraliri Sambungan Listrik

” Rerata lahan pertanian puso adalah wilayah-wilayah yang jauh dari sumber mata air dan aliran sungai,” tandasnya.

Dia mengimbau untuk dimusim kemarau ini para petani misal daerah timur Bojonegoro, biasanya padi-palawija – padi atau padi-tembakau-padi.

” Biasanya daerah selatan padi-jagung-padi. Kemarau ini juga bisa ditanam polowijo. Dengan catatan ada sumber airnya,” tambahnya.

Data di DKPP Bojonegoro menyebut, dari 83.197 hektare lahan baku sawah (LBS), setidaknya 98 hektar diantaranya merupakan sawah tadah hujan. Diketahui, sawah tadah hujan amat beresiko kekurangan air di masa tanam kedua. [bas.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img