26 C
Sidoarjo
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Menghapus Stereotipe Negatif antarsuku


Oleh:
Sihabuddin
Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta.

Indonesia negara yang dibangun atas dasar perbedaan dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Penetapan semboyan tersebut karena memang takdir bangsa Indonesia sejak kelahirannya bahkan jauh sebelum kelahirannya terdiri dari berbagai macam suku bangsa, budaya, bahasa, agama, dan sebagainya. Keberagaman bangsa Indonesia tetap terjaga hingga saat ini karena bangsa Indonesia pandai merawatnya dengan tidak menggunggulkan satu golongan di antara golongan yang lain dan merendahkan satu golongan di antara golongan yang lain. Keberagaman ini tentu merupakan anugerah dari Tuhan yang maha Esa yang perlu dijaga agar tetap bersatu di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun ironisnya tidak semua komponen bangsa Indonesia memahami akan keberagaman bangsa, salah satunya adalah keberagaman akan suku bangsa. Masih banyak sekali orang-orang yang menganggap etnis atau sukunya lebih baik bahkan lebih superior daripada etnis lainnya, bahkan tidak jarang banyak yang menyudutkan dan merendahkan etnis lain. Padahal semua etnis di Indonesia memiliki budaya yang luhur dan menjunjung tinggi etika dan kesopanan. Selain itu, bangsa Indonesia tidak menganut sistem kasta, semua golongan di Indonesia derajatnya sama. Orang-orang yang tidak memahami keberagaman di Indonesia adalah orang-orang yang mudah termakan streotipe negatif yang biasanya disebar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan literasi rendah dan pergaulan yang tidak luas.

Berita Terkait :  Karut-Marut Industri Susu Sapi Perah

Orang-orang yang mudah termakan stereotipe negatif banyak ditemukan di berbagai media sosial, biasanya suka berkomentar negatif terhadap etnis lainnya, bahkan tidak jarang membuat postingan yang menyudutkan etnis lain, meskipun etnis tersebut tidak punya salah apa-apa. Sehingga timbulah perang komentar di berbagai media sosial. Seperti postingan berbentuk meme yang menyudutkan orang Jawa Barat yang bersuku Sunda karena tidak bisa berbahasa Jawa. Selain itu, sering ada komentar “Pasti Jawa” jika ada postingan aneh di media sosial. Ada juga komentar “Tidak semua Madura seperti itu tapi yang seperti itu pasti Madura”. Penulis juga beberapa kali menemukan perang komentar tentang kesukuan antara etnis Batak & Minang, orang Jawa dan Orang Bali yang sering beradu argument disertai dengan bahasa yang kurang elok di media sosial. Tidak hanya itu, suku Aceh, Melayu, Ambon, Papua, dan lain-lain tidak luput dari komentar-komentar negatif dari orang-orang yang kurang berwawasan.

Perilaku yang tidak elok di media sosial terhadap suatu suku tentu hanya dilakukan oleh oknum tertentu bukan oleh golongan tertentu, mereka tidak mewakili etnisnya, yang mereka lakukan adalah mewakili dirinya sendiri, meski mereka beranggapan standar kebaikan, keindahan dan hal yang positif lainnya adalah etnisnya sendiri, padahal standar kebaikan di etnisnya belum tentu baik menurut etnis lainnya. Orang-orang seperti ini inginnya seluruh dunia sama dengan dirinya, padahal sudah takdir manusia diciptakan dengan perbedaan-perbedaannya termasuk perbedaan etnisnya. Menandakan orang seperti ini tidak paham akan Indonesia. Jika dibiarkan bukan tidak mungkin akan menyebabkan diskriminasi antar etnis. Sebab tidak semua orang berwawasan luas dan mau berwawasan luas. Orang-orang seperti inilah yang mudah termakan stereotipe negatif antar suku.

Berita Terkait :  Ancaman China Bagi Industri Tekstil Indonesia

Munculnya stereotipe negatif terhadap suatu suku dikarenakan banyak hal, tidak bisa dipungkiri salah satunya karena perilaku buruk oleh salah satu oknum suku tertentu. Perilaku buruk tersebut kebetulan ditangkap oleh orang yang mudah berprasangka negatif terhadap suatu etnis sehingga mudah menggeneralisasikan perilaku individu terhadap latarbelakang etnisnya. Padahal setiap suku pasti ada oknum yang tidak baik, jika perilaku buruk satu anggota suku dijadikan stereotipe maka setiap suku tidak ada yang memiliki stereotipe positif. Maka dari itu, penulis tekankan di sini “Perilaku buruk individu bukan gambaran perilaku semua anggota kelompok etnis” karena setiap etnis memiliki norma budaya yang luhur. Dengan ini hendaknya seluruh elemen bangsa Indonesia menghapus stereotipe negatif yang melekat di berbagai suku karena ini sangat merugikan.

Mari kita ciptakan stereotipe positif pada setiap suku di Indonesia karena bangsa ini adalah bangsa yang berbudi luhur. Menciptakan stereotipe positif setiap suku di Indonesia bukan sebuah karangan atau pencitraan belaka yang dipaksa-paksakan tapi memang setiap suku di Indonesia pada dasarnya berbudaya tinggi dan berbudi luhur dan ini yang perlu ditanamkan kepada setiap elemen bangsa. Untuk menciptakan dan menguatkan stereotipe positif setiap suku di Indonesia dengan cara memperbanyak literasi tentang keberagaman Indonesia dan banyak bergaul dengan orang-orang yang berbeda suku jangan hanya bergaul dengan yang seetnis, maka di situ akan menemukan betapa indah dan eloknya setiap norma budaya yang melekat setiap suku di Indonesia.

Berita Terkait :  Tingkatkan Literasi Pengelolaan Sampah

———- *** ———–

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img