Menikmati Kota Lama dengan Transpotasi Tempo Dulu
Oleh:
Rendy Agung Prakoso
Kota Lama Surabaya ,di Jalan Rajawali , kini menjadi daya tarik wisata dengan bangunan berarsitektur kolonial peninggalan Belanda. Daerah yang zaman kolonial disebut sebagai Zona Eropa ini direvitalisasi menjadi wisata sejarah baru kota Surabaya menarik dikunjungi.
Sudah hampir satu bulan saat awal di resmikan, sampai saat ini masih ramai dinikmati oleh semua kalangan, termasuk anak muda, turis asing, dan keluarga menikmati pesona sejarah yang masih melekat di Kota Lama Surabaya.
Sebelum menjadi kawasan Wisata Kota Lama Surabaya dulu sekitaran tempat tersebut menjadi pangkalan terminal bagi mickrolet, bis dan becak. Titik trafic lalu lintas yang bertahun -tahun semrawut hingga menjadi citra negatif tersendiri. Tetapi setelah disulap Pemerintah Kota Surabaya terlihat lebih rapi dari sebelumnya.
Pemerintah Kota Surabaya juga menggandeng sejumlah komonitas dan memberdayakan para tukang becak yang sebelumnya mangkal di terminal tersebut, untuk beralih menjadi transpotasi wisata mengelilingi Kota Lama Surabaya.
Cerita Becak juga bukan cerita yang dibuang begitu saja. Moda transportasi bertenaga manusia beroda tiga ini di Indonesia masuk pada awal abad 20 an untuk keperluan pedagang Tionghoa mengangkut barang.
Sejarahnya memang masih seperti becak Cina yang kita kenal di film-film kung fu, tidak beroda tiga, namun beroda dua dengan ditarik manusia di depannya atau bahasa Eropa dikenal dengan nama ricksaw. Ntah mulai dari tahun kapan model becak beroda tiga mengubah ricksaw menjadi lebih manusiawi karena dikayuh dari belakang.
Berjalanya waktu becak populer di berbagai daerah termasuk di Surabaya, sampai saat ini masih kita temukan walaupun mulai berkurang jumlahnya sebab telah kalah saing oleh traspotasi modern.
Adanya history sejarah tentang becak makah dari situ Pemerintah Kota Surabaya memberdayakan para tukang Becak agar masyarakat bisa menikmati traspotasi tradisional tersebut. Dengan tujuan kendaraan wisata di Kota Lama Surabaya agar bisa merasakan atmosfer yang berbeda bagi pengujung.
Tukang Becak mengikuti harga yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk sekali keliling yaitu 20rb, jalur perjalanan meliputi Gedung Pabrik Sirup Siropen, lalu ‘Rustic Wall’ Jl. Mliwis, Jl. Rajawali. Dan mereka mulai baru mangkal dari jam 4 sore sampai 9 malam.
Saat Bhirawa berkunjung ke Kota Lama Surabaya kami menemui tukang becak di lokasi bercerita tentang perasaan sekarang menjadi tukang becak wisata yang mangkal kawasan zona Eropa. Cerita seperti sebelumnya dia sudah mangkal di sekitar Mall JMP sejak tahun 2000 sampai sekarang masih beroperasi, dan hasil dari bencak bisa menghidupi keluarganya.
“Saya sudah mangkal di sini dari dulu, biasanya saya nunggu penumpang di depan Mall JMP yang saat itu masih ramai kadang di Jalan Panggung arah ke Pasar Pabean” ungkap Sayeti Tukang Becak wisata Kota Lama Surabaya.
Pria asli Madura ini menambahkan bahwa Pemerintah Kota Surabaya membantu kami banyak, salah satunya memodifikasi dan memperbaiki becak kami agar lebih nyaman di kendarahi wisatawan saat berkeliling.
Tukang becak wisata lainya juga menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Surabaya sangat merangkul para tukang becak yang sering mangkal berkeliyaran yang biasanya pendapatan tidak menentu.
“Dari sini saya senang dengan di bantu Pemkot Surabaya pendapatan lebih rame dari sebelumnya, kalo Kota Lama Surabaya lagi rame kami sekali mangkal bisa membawa 200rb-300rb, misal sepi 150rb masih bisa kita bawak” ujar Yanto Tukang Becak wisata Kota Lama Surabaya.
Yanto mengukapkan bahwa pendapatan yang semua dapat saat mangkal semua penghasilan masuk ke tukang becak tidak ada setor ke siapapun, dan di sini 10 becak wisata yang beroperasi, secara kerjanya lebih terkordinasi tidak ada rebutan penumpang karena semua akan bergantian sesuai nomer urutan yang tertulis di becak.
Para tukang becak semua berharap semoga ke depan Wisata Kota Lama Surabaya semakin rame pengujung dan diminati oleh warga Surabaya dan Luar Surabaya.
Kepala Disbudporapar Kota Surabaya, Hidayat Syah mengukapkan dengan becak wisata diharap bisa semakin menarik turis untuk datang ke Kawasan Kota Lama Surabaya. Hingga perekonomian wilayah bisa dikerek.
“Sudah kelihatan dari okupansi hotel naik, pajak hiburan naik, pajak restoran naik, pajak parkir naik, retribusi parkir naik, warganya juga selama liburan juga bukan dari Surabaya saja, tapi dari Jatim, Jateng, Jabar, Sumatera, Indonesia Timur juga. Kenaikannya presentase di Bapenda,” jelasnya Hidayat.
Demi mempertahankan kunjungan wisatawan itu, lanjutnya, akan banyak kegiatan digelar di Kota Lama.
“Jadi wisata itu tak bisa bertumpu dari destinasi, tapi wisata lain juga kita kembangkan. Acara terdekat, yakni event e-sport, di Surabaya juga ada Proliga, lalu AFF di mana peserta dari berbagai negara akan datang,” ungkapnya. [gat]