Tiga mahasiswa Untag Surabaya yakni Shafira, Sofi dan Risya saat memberikan pelatihan dan pendampingan penggunaan smartphone kepada karang taruna Dusun Kembangsore.
Kab Mojokerto, Bhirawa.
Sejalan dengan tema Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yakni “Penerapan Inovasi dan Teknologi Guna Mendukung Pencapaian SDGs Desa”, 3 mahasiswa UNTAG Surabaya yakni Shafira, Sofi dan Risya memberikan pelatihan dan pendampingan penggunaan smartphone kepada karang taruna Dusun Kembangsore.
Menurut Shafira, kegiatan tersebut sebagai bentuk dokumentasi digital terhadap seni Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal.
“Seni bantengan merupakan salah satu budaya ciri khas yg dimiliki Kembangsore. Pertunjukan ini menggabungkan elemen tarian, musik tradisional, seni silat, dan atraksi yang melibatkan kostum banteng untuk mencerminkan keberanian dan kearifan lokal masyarakat setempat,” jelas Shafira.
Dalam setiap pementasannya, jelas Shafira, seni bantengan selalu berhasil memikat penonton dengan perpaduan gerakan yang energik dan lincah, irama musik yang menggugah, serta menggambarkan makna cerita di dalam keseniannya. Seni ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi sarana untuk melestarikan nilai-nilai dan tradisi lokal Kembangsore.
Namun sayangnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui terkait kesenian bantengan ini.
Hal ini bisa saja dikarenakan zaman yang sudah serba digital, dimana mengharuskan masyarakat mau tidak mau berkecimpung dengan internet. Sedangkan internet adalah suatu hal yang luas dan tiada batas, dimana pengaruh globalisasi bisa lebih besar lagi.
Untuk itu, Shafira, Sofi, dan Risya menjadikan karang taruna Dusun Kembangsore sebagai target utama dalam pengembangan seni bantengan yang ada.
Untuk mewujudkan hal tersebut Shafira, Sofi, dan Risya mengadakan pelatihan pembuatan video dokumentasi dengan memanfaatkan smartphone untuk pelestarian dan promosi budaya kesenian bantengan Ki Ageng Macan Tunggal.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu karang taruna Dusun Kembangsore untuk membantu melestarikan kesenian yang ada dan mempertahankan budaya Indonesia.
Selain melatih skill, juga dapat menjadi pengetahuan baru yang menarik dalam pengembangan serta pelestarian kesenian bantengan di era modern ini menggunakan smartphone dan bantuan media sosial.
Dalam pelatihan yang dilaksanakan, dihadiri oleh 20 orang karang taruna Dusun Kembangsore terdapat tiga materi yang disampaikan. Materi pertama adalah teknik fotografi dan videografi menggunakan smartphone.
Dalam materi ini dibahas mengenai sudut pengambilan gambar, tips pengambilan gambar, komposisi, pencahayaan, teknik videografi lanjutan, dan aplikasi editing foto dan video yang cocok serta mudah digunakan di smartphone.
Materi kedua mengenai strategi konten di media sosial. Materi ini berkaitan tentang pem-brandingan bantengan Ki Ageng Macan Tunggal. Dibahas tentang basic skill dalam pembuatan konten, cara membuat akun media sosial yang menarik, karakteristik media sosial, cara membuat konten yang menarik dan konsisten, strategi pemasaran konten, hingga analisis dan evaluasi kerja.
Dan di materi yang terakhir, pembahasan yang dipilih adalah mengenai pembuatan segmen untuk konten media sosial Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal. Shafira, Sofi, dan Rista menyarankan beberapa ide fresh untuk pembuatan segmen, diantaranya yang pertama adalah “Di Balik Layar”, menayangkan konten terkait latihan dan keseruan yang terjadi, yang kedua adalah “Kamu Harus Tahu!”, menayangkan konten terkait fakta menarik seputar Bantengan, dan yang terakhir adalah “Sehari Bersama Mimin”, dimana konten bisa dibuat seperti a day in my life.
“Pelatihan yang diberikan ini sangatlah menarik dan sangat berguna bagi jangka panjang mbak, jadi kami juga merasa sangat terbantu dalam pelatihan ini. Apalagi media penggunaannya adalah smartphone, yang dimana memang kami sangat terbatas jika menggunakan kamera,” ungkap Mas Reybi selaku ketua karang taruna Dusun Kembangsore RW 4 kepada Shafira, anggota kelompok 1 sekaligus ketua KKN UNTAG Reguler 23 saat selesai penjelasan materi.
Adapun pendampingan dilakukan secara langsung di lapangan saat penampilan bantengan. Para anggota karang taruna disiapkan untuk proses foto dan video yang baik serta briefing terlebih dahulu terkait konsepan video seperti apa yang akan dibuat. Setelahnya akan didampingi juga dalam editing video. Proses editing video menggunakan aplikasi CapCut.
Menggunakan aplikasi CapCut dalam pelatihan pembuatan video menggunakan smartphone untuk pelestarian kesenian bantengan di Dusun Kembangsore memiliki beberapa alasan yang kuat.
Pertama, CapCut adalah aplikasi yang user-friendly dan mudah digunakan, sehingga cocok untuk peserta karang taruna yang mengikuti pelatihan, dimana mereka mungkin belum memiliki pengalaman dalam mengedit video. Kedua, CapCut menyediakan berbagai fitur editing yang lengkap, seperti pemotongan video, penambahan efek, transisi, musik, dan teks, yang memungkinkan pembuatan video yang lebih menarik.
Ketiga, aplikasi ini mendukung berbagai format dan resolusi video, sehingga hasil akhir dapat diunggah ke berbagai platform media sosial dengan kualitas yang optimal.
Keempat, CapCut dapat diakses secara gratis, sehingga tidak membebani anggaran para peserta karang taruna yang mengikuti pelatihan. Dengan menggunakan CapCut, mereka dapat dengan mudah mengabadikan dan mempromosikan kesenian bantengan, sehingga tradisi ini dapat dikenal dan dihargai masyarakat luas. (why.hel)