BPBD Jatim, Bhirawa
BPBD Provinsi Jawa Timur menggelar Sarasehan Gelar Peralatan Penanggulangan Bencana di Pantai Boom, Banyuwangi. Kegiatan yang diselenggarakan mulai tanggal 13-16 Juli 2024 ini mengambil tema “Optimalkan Peralatan Penanggulangan Bencana dalam Menciptakan Ketangguhan Masyarakat”.
Hadir dalam kegiatan ini, diantaranya Penjabat (Pj) Gubernur Jatim, Adhy Karyono; Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto; Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto. Serta para Kabid di BPBD Jatim, Kalaksa BPBD Kabupaten/Kota se-Jatim dan instansi terkait.
Di hadapan 600 peserta BPBD se-Jatim dan Bali, Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono menjadi keynote speaker, Minggu (14/7). Dijelaskannya, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ketersedian logistik dan peralatan mitigasi bencana di Jatim mencapai 73%.
“Sistem manajamen logistik dan peralatan itu sangat menentukan keberhasilan penanganan bencana. Dan seperti kata Kepala BNPB, bahwa ketersedian logistik dan peralatan mitigasi bencana di Jatim sudah sangat baik yakni 73 persen,” jelasnya.
Adhy menambahkan, kegiatan ini menjadi momentum dalam menyempurnakan dan mengupgrade peralatan yang ada. Pemprov Jatim terus berupaya memanfaatkan teknologi sebagai early warning system.
Sambungnya, hal itu berkaitan dengan peningkatan peralatan mitigasi bencana. Hal tersebut dinilai sangat penting, mengingat banyak negara-negara maju yang berhasil dalam mitigasi bencana karena adanya bantuan teknologi. “Kita terus memantau semua informasi teknologi kebencanaan. Kemarin kami ke Jepang untuk melihat penggunaan teknologi vulkanologinya,” ungkapnya.
Selain penggunaan peralatan dan teknologi, Adhy menambahkan, peningkatan mutu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga sangat penting. Oleh karenanya diperlukan pelatihan dan pendampingan yang intens serta berkelanjutan.
Hal penting lainnya adalah kerja sama pentahelix. Pentahelix yang dimaksud adalah dengan melibatkan sejumlah stakeholder mulai dari pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media massa. “Dalam penanganan bencana perlu ada kerja sama yang pentahelix, melibatkan multi sektor. Kami membuka diri dengan siapapun baik organisasi, rescuer ataupun masyarakat,” tegasnya.
Dari segi sistem manajemen, Adhy menyampaikan perlu adanya sistem komando yang terpusat sehingga lebih mudah dan efektif dalam melakukan koordinasi penanggulangan bencana. “Sistem komando terpusat itu sangat penting. Tahun depan, Jatim akan meluncurkan BPBD One. Ini akan menjadi ICS atau Incident Command System. Ada chief Commander, yang mengatur manajemen bencananya,” pungkasnya. [bed.iib]