M Ali Kuncoro
Penjabat (Pj.) Wali Kota Mojokerto M. Ali Kuncoro mengaku bangga menjadi bagian sejarah peradaban baru di Kota Mojokerto. Karena meski hidup di wilayah kecil, akan tetapi masyarakatnya damai, saling menghargai baik sesama umat beragama maupun antar umat beragama yang ada. Sehingga bisa hidup berdampingan dengan tenang dan nyaman.
“Saya merasakan sendiri, setelah beberapa bulan berada di Kota Mojokerto sebagai Pj. Wali Kota dan kedamaian antar umat beragama ini nyata adanya” jelasnya Selasa (9/7).
Lebih lanjut ditambahkan sosok yang sangat energik dan familier ini, salah satu contoh saat salah satu agama dalam merayakan hari besar keagamaanya mereka bisa menjalankan dengan khusus dan aman tanpa adanya gangguan.
“Bahkan dari saudara kita yang beragama lain justru malah mengamankan. Seperti baru- baru ini saudara kita dari umat Budha menggelar kegiatan Waisak. Saudara kita dari umat muslim yakni Ansor ikut mengamankan jalannya prosesi keagamaan waisak hingga tuntas. Perlakuan ini juga sama jika saudara kita dari umat kristen.Hindu dan aliran kepercayaan juga saling membantu dalam kebaikan demi kedamaian,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi jatim ini.
Dan, yang terkini saat saudara kita dari agama Budha mendirikan tempat ibadah j yakni membangun Wihara Buddayana di Jl. Joko Tole, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto juga tidak ada gejolak apapun.
“Di Kota Mojokerto toleransi dan moderasi nya itu nyata adanya, semua agama kita wadahi, kita akomodir sehingga semua umat beragama bisa menjalankan ibadahnya secara tenang, damai dan khusuk,” tutur Ali Kuncoro.
Hal ini patut kita apresiasi bahwa moderasi beragama sudah lama terbentuk di Kota Mojokerto, untuk itu sudah menjadi kewajiban bersama merawat dan menjaga keberagaman di Bumi Mojopahit.
“Keberagaman ini harus terus kita jaga, kita pelihara dan kita kuatkan, karena justru dengan keberagaman ini akan menjadikan kita menjadi bangsa yang hebat, bangsa yang saling menghormati diantara perbedaan yang ada,” terangnya.
Terus terang saya merasa tersanjung karena bisa menjadi bagian sejarah baru peradaban Kota Mojokerto melalui peletakan batu pertama pembangunan Wihara Buddayana tersebut. Maka kedepan saya berharap Kota Mojokerto masyarakatnya akan semakin menjunjung tinggi moderasi, menghargai keberagaman serta saling menjaga toleransi antar umat beragama.
“Harapan kami ini nanti bisa menjadi simbol kebesaran baru, sebuah icon baru yang ada di Kota Mojokerto, nanti umat budha bisa melaksanakan ibadah disini dengan khusuk dan tenang,” ujarnya.
“Dan yang tidak kalah penting pasti akan ada Teori trickle down effect nya yang akan muncul. Masyarakat sekitar tumbuh perekonomian baru, pasti nanti akan dikunjungi banyak orang,” tambahnya. [min.gat]