28 C
Sidoarjo
Sunday, March 9, 2025
spot_img

Oleh :
Mukhlis Mustofa
Dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Solo dan Mahasiswa S3 Pendidikan IPS UNNES yang meminati penulisan di media massa

Tanpa terasa bulan puasa telah dijalani beberapa hari dengan beragam dinamika, Euphoria ibadah Puasa Ramadhan seakan menjadi menu wajib di negeri ini tanpa ada gangguan sekecil apapun. Edukasi sedikit banyak terpengaruh dengan euphoria ini hingga memunculkan kebijakan demi keselarasan sang bulan suci. Pengguliran wacana meliburkan siswa sebulan penuh selama bulan ramadahan tahun 2025 ini menjadi sebuah fenomena menarik.

Kebijakan meliburkan sepenuhnya siswa selama puasa pada akhirnya tidak terlaksana dengan munculnya SEB 3 Menteri Nomor 2 Tahun 2025 dan Nomor 400.1/320/SJ, yang mengatur pembelajaran pada bulan Ramadhan 1446/2025, menetapkan rincian mengenai jadwal libur Ramadhan, waktu masuk sekolah, serta libur selama perayaan Idul Fitri. SE tersebut secara tidak langsung sebagai euphoria keberhasilan menjalankan peran pembelajaran dalam satu rentang waktu menjadi ending seuah frasa Pendidikan menumbuhkan beragam penyikapan,

Tekanan pelaksanaan pembelajaran ini menjadi sensasi tersendiri mengingat dinamika edukasi ranah keninian sedemikian menantang. Pergantian kepemimnan nasioanal secara tidak langsung merubah arah Pendidikan dengan keinginan kebaruannnya. Pemeo ganti Menteri ganti kurikukum tak pelak dihadirkan dalam konteks edukasi kekinian. Wacana penguliran Kembali Ujian Nasional, Penghapusan zonasi hingga perubahan kurikulum tak pelak muncul seiring pergantian kepemimpinan nasional ini. Manakala dunia Pendidikan terngah engah menyesuaikan dengan beragam dinamikanya muncul wacna meliburkan siswa selama bulan Ramadhan mendatang dan akhirnya dihapuskan.

Berita Terkait :  DPRD Kabupaten Kediri Setujui Raperda Perubahan APBD 2024 Tepat Waktu

Terlepas makna hakikat puasa, tanpa disadari sudah menyandera warga negeri ini dalam belenggu kapitalisme semu. Manakala puasa semua pihak berlomba-lomba tampil sempurna dengan mengkonsumsi barang serba berbeda dengan hari biasa serba wah dan sekaligus diupayakan serba menyenangkan. Tingginya infalsi pada masa bulan suci ini dapat menjadi indikator betapa puasa tersndera perilaku tidak semestinya.

Menjalankan puasa secara rasional dan mengesampingkan emosional adalah sebuh keniscayaan ditengah pergeseran makna hari penuh berkah. Merealisasikan puasa berprespektif berbeda dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek penyerta. Keberadaan puasa sebagai momentum pribadi baru seutuhnya patut direfleksikan lebih sekedar kemenangan pribadi semata namun dibalik itu haruslah diposisikan sebagai ikhtiar cerdas kelahiran pribadi baru lebih berkualitas menghadapi beragam kenyataan.

Edukatif Produktif
Tekanan demi tekanan dunia Pendidikan selama menjalankan peran pembelajaran memerlukan solusi konkrit sedemikian mencerdaskan. Memperbandingkan perpektif Pendidikan dengan kegiatan lain tidak akan pernah selesai tidak ubahnya mempertanyakan duluan manakah ayam dengan telur. Pendidikan tidak memerlukan sanjungan membumbung tinggi namun membutuhkan keberimbangan peran pembelajaran. Mengatasi permasalahan pengisian Ramadhan memerdayakan bagi dunia Pendidikan ini terdapat beberapa usulan konkrit diantaranya

Penetapan kegiatan produktif merupakan konsekuensi awal agar dualisme peran positif ini tersaji, Bentuk penetaoan ini dapat diberlakukan bagi semua pohak dunia Pendidikan untuk penambahan wawasan bagi guru – siswa dimasa liburan dengan beragam aktifitas. Studi Banding pemikiran keagamaan, Pelatihan diluar rutinitas pembelajaran dapat menjadi pilihan meredakan ketegangan namun menambah pengetahuan guru bersangkutan. Pembiayaan pola kegiatan ini dapat memanfatkan salah satunya dapat dari pembiayan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Berita Terkait :  Pemkab Tulungagung Dukung Penambahan Jumlah Desa Bersih Narkoba

Penggunaan dana BOS ini menjadi keniscayaan mengingat salah satu komponen dalam dana BOS dapat dimanfatkan untuk menambah pengetahuan guru demi peningatan kualitas pembelajaran, Dengan manajemen proporsional penggunaan dana BOS ini akan berjalan efektif dan meminimalisir beragam penyimpangan. Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat menjawab tudingan bahwa guru sedemkian jumud dalam proses pembelajarannya dan agar berubah lebih segar dimasa menghadapi siswa nantinya.

Peningkatan kualitas emosi berbasis keluarga menjadi langkah lanjutan memposisikan Ramadhan dunia Pendidikan ini. Tantangan pembelajaran kian menganga membutuhkan kesehatan kejiwaan prima bagi guru selama proses pembelajaran. Mengahadapi kids jaman now manakala tidak didasari keprimaan kejiwaan menguras urat nadi kesabaran guru yang berbahaya jika teramat meledak. Momentum liburan ini menjadi sarana guru untuk melakukan isi daya ulang dan dikembalikan guru dengan keluarganya untuk menata diri demi kesehatan profesi.

Bentuk peningkatan kualitas emosi ini dapat diberlakukan dengan pemberian keempatan diskusi luas berbasis agama sehingga guru – siswa dapat memperbaiki hubungan emosi berbasis keluarga. Sosialisasi pengambilan kegaitan keagamaan Pendidikan tentunya diatur dengan diambil manakala proses pembelajaran suduah selesai dan tidak mengganggu manajemen sekolah. Harapan pola ini dapat memberikan suasana pembelajaran menyegarkan bagi kedua belah pihak.

Hakikat guru sebagai manusia pebelajar sejati memerlukan pendekatan manusiawi selama menjalankan profesinya. Di tengah tarikan pendidikan kearah industrialisai pendekatan humanis perlu dikedepankan bagi guru mengingat gurulah penyemai peningkatan kualitas manusia. Ramadhan sebagai peribadatan illahi selayaknya dinikmati dunia Pendidikan dengan resapan-resapan intelektual dan produktif bagi kebermaknaan kehidupan.

Berita Terkait :  Dibuka Bupati, Tuban Specta Night Carnival Berlangsung Spektakuler

———— *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru