Pemandangan serombongan anak-anak berangkat sekolah, terasa tidak nampak. Karena pekan ini libur sekolah akhir semester satu, sudah dimulai. Bahkan sebagian sudah mengawali sepekan lalu. Sehingga kawasan wisata sudah dipadati pengunjung. Hotel sudah full booking, habis dipesan. Ini menandakan musim puncak rekreasi sekaligus kebiasaan wisata jelang akhir tahun. Arus lalulintas sepanjang jalanan menuju tempat wisata, sudah sangat padat. Perlu ekstra waspada.
Terutama pada tujuan wisata alam (plantations tour) saat di pantai atau di pegunungan. Bencana longsor dan badai bisa datang tiba-tiba. Kawasan Bandung – Lembang, sudah mulai sering macet total. Begitu pula puncak di Bogor (Jawa Barat), sudah sangat padat. Macet sepanjang 5 kilometer, setiap akhir pekan. Tak terkecuali tol Bocimi (Bogor, Ciawi – Sukabumi) telah dipadati kendaraan golongan I, dan II. Sebagian jalan propinsi di Sukabumi masih “terancam” longsor, setiap saat.
Begitu pula kawasan kota Batu (Jawa Timur), arus lalulintas telah padat sejak masuk kebupaten Malang di exit tol Singosari. Iring-iringan kendaraan mobil pribadi juga nampak di Sragen menuju Solo, dan Yogyakarta. Sebenarnya tidak perlu tergesa-gesa menjadwal liburan, karena masih akan berlaku hingga tiga pekan mendatang. Lebih lagi, musim hujan sedang mencapai awal intensitas tinggi. Terutama kawasan wisata pegunungan yang biasa memiliki tekanan udara rendah, akan “kaya” hujan.
Di Lembang Bandung (dan kawasan Puncak, Bogor), bisa turun hujan 7 kali sehari, pagi, siang sampai malam. Begitu pula di kawasan Taman Nasional BTS (Bromo – Tengger – Semeru), bagai selalu dikepung awan. Bahaya-nya, bisa terancam sambaran petir. Sedangkan di kawasan pantai, potensi angin kencang bisa terjadi setiap saat, terutama di kawasan selatan. Di Yogya, terdapat wisata pantai Parangtritis, yang selalu fenomenal. Padahal terdapat sepuluh pantai lain yang elok.
Saat ini lalulintas jalan sudah dipadat mobil pribadi maupun angkutan (bus) wisata yang disewa. Karena itu tak boleh lena selama berkendaraan di jalan raya. Juga memastikan kelayakan kendaraan mesti ditingkatkan. Sudah kelewat banyak korban harta, raga dan jiwa, terbuang sia-sia di jalan raya. Termasuk libur wisata bersama dalam rangka mengisi liburan sekolah. Ironisnya, kecelakaan lalulintas di darat, hampir seluruhnya (95%) disebabkan faktor human error.
Tragedi kecelakaan sebagian besar disebabkan oleh kru bus. Diantaranya karena kelelahan akibat perjalanan panjang (lama). Begitu pula sopir yang kurang ahli dan tidak memahami jalan yang dilintasi, bisa men-celaka-kan. Kesalahan umumnya berupa tidak terampil, ugal-ugalan, sampai dibawah pengaruh narkoba dan alkohol (minuman keras). Negara di seluruh dunia kini menerapkan hukuman berat (sampai penjara seumur hidup) untuk pengemudi dibawah pengaruh narkoba dan miras.
Sudah banyak tragedi rekreasi sekolah (dan studi tour) mengalami petaka di jalan. Ingat, musim liburan tahun lalu, bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi), mengalami kecelakaan di hampir exit tol Cikampek – Purwakarta. Pengemudi bus (bisa jadi karena faktor kelelahan) yang tidak cakap pada jalan menikung, menabrfak guardrail pembatas jalan. Bus terguling miring, menyebabkan 12 penumpang meninggal. Penumpang lain (9 orang termasuk 3 kru) terluka.
Kepatuhan terhadap UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalulintas, wajib ditegakkan. Antara lain pasal 287 ayat (5) yang mengatur batas kecepatan terendah dan tertinggi. Penyewa bus (panitia tour) wajib memperoleh jaminan kelayakan jalan bus. Terutama pemeriksaan sistem rem utama, kincup roda depan, serta lampu. Bahkan patut mencoba kendaraan (test drive). Serta sopir dalam keadaan sehat, dan cakap (memahami rute).
——— 000 ———