25 C
Sidoarjo
Tuesday, January 14, 2025
spot_img

Sampah Plastik dan Sisa Makanan, Tantangan Besar Program Makan Bergizi Gratis di Surabaya

Surabaya, Bhirawa.
Sampah plastik menjadi perhatian serius untuk menjalankan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah dimulai di Surabaya. Masih banyak ditemukan sampah makanan dari para siswa, ini menjadi tantangan besar dalam pengolahan sampah dan limbah Ketika program ini berjalan.

Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hermawan Some mengatakan, dari patauan terlihat program MBG di Surabaya hampir semua menggunakan plastic untuk tempat makanan, dengan mengunakan jenis polypropylene 5 yang bisa dipakai berkali-kali.

”Pengunakan tempat makan atau pun sendok pelatik harus diganti sebab jika pemakaiaan berlebihan tidak bagus,” jelasnya.

Lanjut Hermawan, penggunaan susu kemasan juga akan menjadi masalah, karena dalam kandungan susu kemasan terdapat gula yang tinggi. ”Menyarankan tidak selalu dengan susu atau diganti dengan susu kedelai sesuai standar badan gizi,” ujarnya.

Ada keluhan dari guru SD, ujar Hermawan yang muridnya ada yang tidak suka dengan sayuran dan juga tidak bisa makan nasi. ”Ini bisa menjadi perhatian, yaitu dengan antisipasi, sebaiknya daftar menu jauh-jauh hari bisa di sampaikan ke wali murid agar bisa mengetahui dan gizi tetap terpenuhi,” tandas Hermawan.

Hermawan mengigatkan, untuk makanan sisa sampah dari makanan para siswa menemukan di beberapa tempat sekolah yang di timbang dengan itungan satu anak perkiraaan 25-40 gram.

”Makanan setiap anak ada yang habis dan ada yang sisa, kita mencoba 10 kotak kami timbang, jadi satu anak membuang 25-40 gram sampah, kalau da 925 anak berati ada 30-40 Kg sampah,” papar Hermawan.

Berita Terkait :  Kemnaker Gelar Job Fair dan Festival Pelatihan Vokasi di Bandung Barat, Ribuan Lowongan Kerja Menanti

Hermawan menambahkan, bahwa yakin dengan adanya rumah kompos di Surabaya dikelola dengan baik, makan sisa makanan menjadi sumber daya bereharaga.

”Kami sudah menyarankan ke bapak Wali Kota Surabaya agar sampah tidak di tumpuk ke TPA Benowo, karena supaya tidak mengahasilkan gas rumah kaca yang berbahaya jika ditumpuk dan paling penting agar siswa menghabiskan makanan, sehingga ada Gerakan makanan dihasbiskan, kami terus mematau dan terus mendorong program MBG agar lebih ramah lingkungan,” imbuhnya.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, telah memberikan saran terkait keberadaan sampah tersebut, agar sisa makanan dikelola untuk budidaya magot hingga kompos.

”Surabaya memiliki 12 TPS 3R dari 28 kompos yang diberdayakan dapat untuk mengelolah sampah makanan, jadi sisa makanan dari program MBG tidak langsung dibuang ke TPA,” kata Eri.

Eri juga mengukapkan, kampung – kampung Surabaya yang bisa mengelola sampah menjadi maggot, ini dapat menjadi pelunag ekonomi bagi warga. [ren.fen]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img