31 C
Sidoarjo
Wednesday, October 9, 2024
spot_img

Pusaka Tulungagung Kanjeng Kiai Upas Kembali Dijamas di Pendopo Kanjengan


Oleh:
Wiwieko Dharmaidiningrum

Tombak Kanjeng Kiai Upas kembali dijamas, Jumat (19/7). Jamasan pusaka Tulungagung itu kembali digelar di Pendopo Kanjengan.

Sudah dua tahun ini pusaka tersebut kembali ke penyimpanannya semula setelah sebelumnya sempat pindah ke Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tulungagung yang bersebelahan dengan Pendopo Kanjengan.

Prosesi jamasan diawali dengan kirab pembawa air suci. Air yang digunakan untuk menjamas Pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas tersebut berasal dari sembilan mata air di Kabupaten Tulungagung.

Jamasan atau siraman pusaka kemudian dilakukan oleh juru jamas yang ditunjuk. Hanya warga berjenis kelamin laki-laki yang bisa melihat prosesi jamasan bilah tombak pusaka Tulungagung ini.

Bahkan sekali pun anggota Forkopimda Tulungagung tetapi berjenis kelamin perempuan dilarang melihat saat bilah tombak dijamas. Ini karena Tombak Kanjeng Kiai Upas perlambang sosok laki-laki.

Pj Bupati Tulungagung, Heru Suseno, yang hadir mengikuti prosesi jamasan Tombak Kanjeng Kiai Upas mengatakan jamasan dilakukan setiap tahun. Setiap bulan Suro.

“Jamasan untuk memelihara apa yang telah diwariskan para leluhur. Untuk nguri-uri (melestarikan) peninggalan beliau (para leluhur),” katanya.

Ia juga menyebut jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas sebagai bentuk rasa syukur Pemerintahan Kabupaten Tulungagung dalam satu tahun antara bulan Suro tahun lalu dan tahun ini yang telah berjalan baik.

Soal potensi prosesi jamasan Pusaka Kanjeng Kiai Upas dapat dijadikan wisata budaya, Pj Bupati Heru Suseno menyatakan hal itu bisa saja dilakukan asal tidak menabrak kesakralan dari prosesi jamasan.

Berita Terkait :  Beri Tarif Promo Suroboyo Bus-Parkir Rp79 di HUT ke-79 RI

“Ada ide begitu (wisata budaya). Tetapi sebagian yang mempercayai ini, kalau misal ada pertunjukan tidak diperbolehkan. Terkait sakralitas,” paparnya.

Namun demikian, ia menginginkan kegiatan jamasan pusaka Tulungagung tersebut juga masuk dalam kalender wisata Tulungagung. Meski tidak harus mengubah kesakralan yang sudah ada.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Tulungagung, Ahmad Baharudin, berharap kegiatan jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas dapat lebih banyak melibatkan kelompok kesenian di Kota Marmer. Apalagi kegiatan tersebut dapat meningkatkan perekonomian Kabupaten Tulungagung.

“Pelaku seni dapat dilibatkan sebelum kegiatan jamasan berlangsung. Seperti diadakan festival, pameran atau pasar murah. Ini akan menarik wisatawan dan tentunya akan meningkatkan perekonomian warga Tulungagung,” paparnya.

Ahmad Baharudin menyebut kegiatan festival atau pun pasar murah tidak akan mengganggu nilai kesakralan saat prosesi jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas. Ini karena penyelenggaraannya sebelum pelaksanaan jamasan.

“Kesakralan jamasan tetap terjaga. Nguri-nguri adat tetap ada,” tuturnya.

Tombak Kanjeng Kiai Upas merupakan peninggalan masa Kerajaan Mataram Islam dan sudah ditetapkan sebagai pusaka daerah Tulungagung. Panjang Tombak Kanjeng Kiai Upas tersebut mencapai 3,25 meter.

Saat acara jamasan atau siraman pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas banyak warga yang menunggu air bekas jamasannya. Mereka ngalap berkah atau meyakini air bekas jamasan tersebut sebagai air berkah yang dapat memenuhi permintaan. [gat]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img