Bojonegoro, Bhirawa.
Prodi teknik industri Universitas Bojonegoro (Unigoro) menggelar kuliah umum di Hall Suyitno Unigoro, Senin (23/12). Kuliah umum kali ini membahas penggunaan teknologi solar photovoltaic (PV) sebagai energi baru terbarukan.
Prodi tersebut menghadirkan Emy Aditya Pramita Sari sebagai pengamat energi GIZ Indonesia. GIZ Indonesia adalah lembaga kerja sama internasional untuk pembangunan berkelanjutan di berbagai bidang.
Kaprodi teknik industri Unigoro, Eko Wahyu A., S.Pd., MT., mengatakan, isu-isu energi terbarukan sangat relevan dengan mata kuliah di prodi teknik industri. Bahkan, beberapa perusahaan mulai mengembangkan produksi energi baru terbarukan.
“Bahkan PT. Wilmar yang selama ini terkenal memproduksi minyak goreng, sekarang juga memproduksi bio diesel dari crude palm oil,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknik Unigoro, Herta Novianto, ST., SH., M.Si. Bojonegoro memiliki potensi energi yang melimpah dan perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Sementara itu Wakil Rektor III Unigoro, Ir. H. Noor Djohar, MM., mendorong optimalisasi energi terbarukan dari bahan nabati.
Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro, Dr. Arief Januwarso, S.Sos., M.Si., menyebut, energi terbarukan dari Kota Ledre nantinya harus bisa memberi income APBD yang sama besarnya seperti migas.
“Jika produktivitas migas turun, apakah energi terbarukan dari Bojonegoro ini bisa mempertahankan nominal APBD yang nilainya sampai Rp7,9 Triliun. Tentu akan bisa jika kita memiliki banyak opsi potensi energi terbarukan itu apa saja,” tuturnya.
Kuliah umum teknik industri Unigoro dimoderatori oleh Faishal Ashari, S.Pd., MT.
Di hadapan mahasiswa, Emy memaparkan, teknologi energi terbarukan yang diimplementasikan di kawasan industri adalah solar photovoltaic (PV).
Teknologi ini menggunakan panel surya untuk mengubah energi dari sinar matahari menjadi listrik. Panas dari sinar matahari diserap menggunakan bahan semikonduktor.
Kemudian cahaya akan diubah menjadi listrik melalui efek fotovoltaic. Struktur modul surya terdiri dari bingkai, kaca pelindung, enkapsulasi, sel surya, lembar insulasi, dan kotak junction.
“Ada beberapa variabel yang mempengaruhi kinerja solar VC. Intensitas radiasi matahari, kemiringan modul surya, peningkatan suhu, efek bayangan noda dan debu, serta kerusakan pada modul surya,” paparnya.
Di momen ini, Emy juga menjelaskan cara kerja solar charge controller (SCC), baterai, inverter, dan panel AC. Menurut dia, operasional dasar maupun pemeliharaan sistem tenaga surya dititikberatkan pada pengecekan dan perbaikan secara berkala.
“Jadi harus dijadwalkan monitoring setiap minggu, bulan, bahkan tahunan. Agar panel suryanya dapat bekerja dengan baik,” pungkasnya. [bas.dre]