31 C
Sidoarjo
Thursday, October 3, 2024
spot_img

Musim Kemarau, Puso di Jatim Masih Dibawah 1 Persen


Disperta KP Jatim Siapkan Langkah Antisipasi Agar Tidak Semakin Meluas
Pemprov, Bhirawa
Pada musim kemarau saat ini, produk pertanian seperti padi, jagung dan kedelai mengalami kekeringan bahkan ada yang puso. Namun, untuk puso saat ini diperkirakan masih di bawah satu persen dari luas lahan pertanian.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dydik Rudi Prasetya mengatakan, sampai dengan 6 Agutus 2024, kondisi kekeringan di Jawa Timur, untuk tanaman Padi, total areal terkena adalah seluas 31.588,94 hektar dengan puso seluas 7.666,80 hektar.

Daerah terdampak terluas terjadi di kabupaten Lamongan seluas 11.736,0 hektar dengan puso 5.335,50 hektar, kabupaten Gresik seluas 5.954,5 hektar dengan puso 1.477 hektar, kabupaten Pacitan seluas 5.785,50 hektar tidak terjadi puso.

Kemudian kabupaten Bojonegoro seluas 5.713,0 hektar dengan puso 92 hektar, dan kabupaten Tuban seluas 1.089,4 hektar dengan puso seluas 239,40 hektar, Nganjuk seluas 698,0 hektar dengan puso 204 hektar, Mojokerto seluas 268,5 hektar dengan puso 257,5 hektar, Jombang seluas 130 hektar dengan puso 20 hektar.

Sedangkan untuk tanaman Jagung, total areal terkena adalah seluas 2.431,50 hektar , dengan puso 2,00 hektar. Daerah terdampak terluas terjadi di kabupaten Tuban seluas 2.286 hektar, Lamongan seluas 84,5 hektar dengan puso 2,00 hektar, Bojonegoro 20 hektar, Trenggalek 18 hektar dan Pacitan 17 hektar

Berita Terkait :  Pemkot Surabaya Luncurkan Aplikasi Awasi Boyo saat Harkopnas ke-77

Untuk tanaman kedelai, total area terkena seluas 42 hektar terjadi di kabupaten Pacitan. “Kalau jumlah puso dikumpulkan ya bisa terlihat besar. Tapi ini kan spot per kabupaten. Dan jumlah yang ada itu juaga tidak boleh dianggap remeh, kalau tidak dilakukan upaya, ya tentunya akan berdampak yg lebih luas lagi,” kata Dydik.

Agar dampak kekeringan tidak lebih meluas, maka Diperta KP Jatim melakukan langkah-langkah untuk menanggulangi kekeringan pada musim kemarau 2024.

Langkah atau upaya tersebut, pertama, melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota dalam rangka memaksimalkan capaian target luas tanam MT April-September 2024 yang telah ditetapkan di seluruh Kabupaten/Kota dengan menyusun agenda gerakan percepatan olah tanah dan percepatan tanam.

Kemudian kedua melakukan optimalisasi jaringan irigasi. Dengan optimalisasi jaringan irigasi diharapkan debit air sampai kepertanaman dengan baik sehingga tanaman dapat berproduksi lebih maksimal. Selain itu juga dilaksanakan peningkatan debit air irigasi melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier.

Ketiga, melaksanakan pengembangan irigasi pompa baik bantuan pemerintah maupun swadaya, pembuatan embung, serta mendorong perpompaan melalui sumur submersible secara swadaya oleh petani;

Ke empat, melakukan budidaya tanaman sesuai iklim dan kondisi setempat, antara lain dengan menggunakan benih unggul bersertifikat dan memilih varietas umur pendek, tahan hama dan penyakit dan toleran terhadap kekeringan.

“Serta mengintensifkan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara rutin terhadap perkembangan luas serangan hama dan penyakit tumbuhan dan dampak kekeringan,” tandasnya.

Berita Terkait :  Tinjau Command Center, Pastikan Layanan Kedaruratan Masyarakat Berjalan Optimal

Dan kelima yaitu, optimalisasi Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian. Dengan semakin berkurangnya tenaga kerja/buruh tani disektor pertanian maka solusinya adalah dengan pemanfaatan alat mesin pertanian (Alsintan) untuk mengolah lahan, menanam, memanen yang lebih efektif dan efisien.

Terutama dalam mempercepat waktu penyiapan lahan, penyiapan tanam serta menekan kehilangan hasil dan bahkan dapat memproses lebih lanjut menjadi bahan jadi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Ke enam menerapkan pola tanam dengan pergiliran padi ke tanaman palawija (jagung, kacang hijau, kedelai) atau tanaman lain yang memungkinkan sesuai dengan keadaan spesifik lokasi.

Dan ketujuh, pentingnya pemanfaatan Asuransi Usahatani Pangan (AUTP). Sehubungan dengan tidak menentunya musim/cuaca saat ini maka diharapkan para petani padi mengikuti AUTP.

“Sehingga saat terkena bencana alam kekeringan/banjir/serangan hama dan penyakit masih bisa melanjutkan usaha taninya dengan memanfaatkan klaim yang diperoleh untuk kembali bercocok tanam,” pungkasnya. [rac.gat]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img