27 C
Sidoarjo
Thursday, October 3, 2024
spot_img

Menyoal Penghapusan Jurusan di SMA


Oleh :
Masyhud
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Dunia pendidikan dan pengajaran kembali mengundang perhatian publik. Terbaru, soal upaya pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) terkait penghapusan jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan bahasa pada jenjang sekolah menengah atas (SMA). Penghapusan ini diterapkan mulai tahun ajaran 2024/2025.Langkah konkret itu diambil Kemendikbudristek sebagai bentuk dari implementasi Kurikulum Merdeka.Namun, kebijakan Kemendikbudristek tersebut justru menuai sorotan dari berbagai kalangan.Pro dan kontra atas penghapusan jurusan di SMA itupun tidak bisa terhindarkan.

Kebijakan Kurikulum Merdeka
Kebijakan penghapusan jurusan di SMA oleh Kemendikbudristek yang notebenenya adalah bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka kini mengundang perhatian banyak pihak.Secara logika, penghapusan jurusan di tingkat SMA dapat berpotensi menurunkan pengembangan di rumpun ilmu sains dan teknologi.Sehingga, dalam prakteknya penghapusan jurusan ini memiliki potensi membuat murid cenderung selektif dalam mengambil mata pelajaran.Hal tersebut, lebih disebabkan karena sudah tidak ada penjurusan.

Selebihnya, penghapusan penjurusan di SMA melalui Kurikulum Merdeka mendorong murid untuk melakukan eksplorasi dan refleksi minat, bakat dan aspirasi karier, dan kemudian memberi kesempatan untuk mengambil mata pelajaran pilihan secara lebih fleksibel sesuai rencana tersebut. Merujuk dara dari Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud, penerapan Kurikulum Merdeka, pada tahun ajaran 2024 sudah mencapai 90-95% untuk SD, SMP dan SMA/SMK.

Berita Terkait :  Generasi Lemas Indonesia Cemas

Selebihnya, melalui Kurikulum Merdeka kelas 11 dan 12 SMA, murid dapat memilih mata pelajaran secara lebih leluasa sesuai minat, bakat, kemampuan dan aspirasi studi lanjut atau kariernya.Itu artinya, melalui Kurikulum Merdeka, semua murid lulusan SMA dan SMK dapat melamar ke semua prodi melalui jalur tes, tanpa dibatasi oleh jurusannya ketika SMA/SMK.Sehingga, jika terperhatikan penghapusan jurusan di SMA ini berusaha meniadakan unsur diskriminasi terhadap murid jurusan non-IPA dalam seleksi nasional mahasiswa baru.

Maka dari niat itulah, Kemendikbud idealnya bisa menyelaraskan dengan ketersediaan fasilitas sesuai bakat minat peserta didik.Selain itu, idealnya Kemendikbud perlu mengawal kesiapan guru sehingga jangan sampai hanya terdesak kebijakan, sekolah melakukan implementasi secara asal-asalan.Selain itu, Kemendikbud harus riil bisa melihat kondisi lapangan agar kebijakan yang tadinya berpihak kepada minat dan bakat anak justru harus berbenturan dengan akses dan sumber daya guru.Sehingga, dalam hal itu pihak Kemendikbud harus dapat memetakan kesiapan dinas-dinas pendidikan di daerah.Jangan sampai pihak sekolah dan guru menuai kerepotan.

Oleh sebab itu, berbagai tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka di SMA meski harus bener-bener bisa diakomodir dan diberikan solusi agar niat baik dari pemerintah melalui Kemendikbud dalam memberikan kontribusi buat kemajuan pendidikan dan pengajaran di negeri ini bener-bener menui hasil.

Tantangan Kurikulum Merdeka di SMA
Peniadaan jurusan di SMA yang notabenenya adalah bagian dari impelementasi Kurikulum Merdeka tentu dalam implementasinya tidak semudah membalikkan telapak tangan.Kemungkinan berhasil dan gagal bisa saja terjadi. Niat baik Kemendikbud Ristek dari Kurikulum Merdeka di SMA jika terperhatikan mendorong murid untuk melakukan eksplorasi dan refleksi minat, bakat dan aspirasi karier, dan kemudian memberi kesempatan untuk mengambil mata pelajaran pilihan secara lebih fleksibel sesuai rencana.

Berita Terkait :  Orientasi Maba dan Kampus Bahagia

Selebihnya, jika terperhatikan penghapusan jurusan di SMA ini berusaha meniadakan unsur diskriminasi terhadap murid jurusan non-IPA dalam seleksi nasional mahasiswa baru.Pasalnya, melalui Kurikulum Merdeka, semua murid lulusan SMA dan SMK dapat melamar ke semua prodi melalui jalur tes, tanpa dibatasi oleh jurusannya ketika SMA/SMK.Untuk itu, berbagai langkah meski ditinjau dan di evalusasi oleh Kementerian atas kondisi lapangan.Pasalnya, ada berbagai tantangan yang meski terperhatikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka di SMA.Detailnya, berikut inilah beberapa tantangan yang meski terperhatikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka di SMA.

Pertama, penerapan Kurikulum Merdeka di SMA yang membebaskan siswa memilih mata pelajaran sesuai minat secara logika berpotensi menimbulkan tantangan dalam pengelolaan kelas dan ketersediaan guru. Sekolah dengan kapasitas besar mungkin dapat menyesuaikan, namun sekolah kecil dengan fasilitas dan sumber daya guru yang terbatas akan kesulitan. Realitas itu, meski bisa terantisipasi sejak dini agar implementasi Kurikulum Merdeka di SMA bisa berjalan sesuai ekspetasi.

Kedua, pemerintah melalui Kemendikbudristek perlu memberikan akses ketersediaan kualifikasi akademis terkait linieritas, kualifikasi akademis dengan mata pelajaran pilihan, sehingga ada korelasi atas pilihan mata pelajaran dengan bakat dan minat peserta didik agar kedepannya bisa mereka terapkan dalam kompetisi serapan dunia kerja.

Ketiga, pemerintah melalui Kemendikbudristek meski penting memperhatikan soal kesiapan guru. Terlebih saat ini sistem pencairan tunjangan guru PPG mengacu pada jam minimal mengajar. Sehingga, pihak kementerian atau pemerintah setempat perlu memberikan sosialisasi menyeluruh.Utamanya kepada guru BK dan Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan.Utamanya terkait dengan karier atau peminatan.

Berita Terkait :  Menjaga Anak dari Dampak Perubahan Iklim

Keempat, pemerintah melalui Kemendikbudristek perlu sigap memberi pelatihan pada guru. Artinya, guru perlu difasilitasi dalam bentuk pelatihan atau bimbingan teknis terkait penghapusan kebijakan jurusan-jurusan di jenjang SMA.Point ini penting untuk terperhatikan agar implementasi kebijakan ini terhindar dari kegagalan.

Kelima, Pemerintah Daerah (Pemda) perlu siap membantu sekolah dalam melakukan perubahan kurikulum ini.Sebab, bagaimanapun juga Pemda mempunyai tanggung jawab kunci dalam transformasi pembelajaran terutama perubahan kurikulum.

Berangkat dari beberapa tantangan yang meski terperhatikan dan terantisipasi dalam implementasi Kurikulum Merdeka di SMA tersebut di atas, besar kemungkinan jika dilakukan kajian secara matang dengan melibatkan semua stakeholder di negeri ini, maka Kurikulum Merdeka di SMA berpotensi ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan membantu peserta didik melalui keahlian, minat dan bakatnya dalam berkompetisi dalam serapan dunia kerja yang semakin kompetitif.

———– *** ————–

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img