Oleh :
Titik Kusminarwati
Guru IPA SMP N 6 Kota Mojokerto
Guru memang profesi yang menarik untuk diperbincangkan.Di tangan seorang guru, nasib bangsa dan umat manusia dipertaruhkan. Gurulah yang meletakkan, menumbuhkan, dan mengarahkan aspek aspek kehidupan yang positif kepada para siswa sebagai penerus bangsa yang kelak akan menggantikan peran kita dimasa mendatang. Aktivitas guru senantiasa mengalami dinamisnya obyek yang dihadapi. Setiap satu semester berakhir siswa dalam satu rombel belajar akan keluar dan digantikan dengan siswa satu rombel yang baru. Guru akan memulai lagi mendidik, membimbing siswa yang berganti dan berbeda karakternya. Menurut penulis merupakan profesi yang sangat unik. Apabila kita mau mengambil pelajaran akan banyak hikmah yang dapat dipetik. Siswa merupakan sumber inspirasi. Kita bisa merumuskan pendekatan pendekatan yang beragam dalam mengelola pembelajaran dikelas bahkan kita pun akan semakin dewasa , semakin bijak dalam bersikap, bertutur kata dan berperilaku. Oleh karena itu kalau di akhir pembelajaran ada refleksi pembelajaran,maka sejatinya disetiap berakhirnya satu semester merupakan waktu yang paling tepat untuk kita melakukan refleksi.
Akhir tahun ajaran adalah momen yang sarat makna bagi para guru. Di tengah kesibukan menyusun laporan hasil belajar, mengisi rapor, dan menyiapkan evaluasi program, Refleksi dalam dunia pendidikan bukan semata mengukur capaian akademik peserta didik, tetapi lebih dari itu yakni melihat, meneliti dan merenungi kembali, sejauh mana rencana pembelajaran yang kita susun, kemudian kita laksanakan dan kita evaluasi itu mampu menumbuhkan karakter, nilai, dan makna hidup serta mampu mempengaruhi tingkah laku siswa. Hasil pembelajaran yang bermakna, tidak hanya pada nilai akhir tetapi tapi pada akhlak yang terlihat dari perilaku dan tutur kata. Di sinilah pentingnya menyandingkan dua sisi utama pembelajaran: ilmu dan karakter.
Menyemai Ilmu: Persembahan Yang Penuh Harapan
Selama satu tahun pelajaran, kita para guru dimanapun tempat kita bertugas dan mengabdi, telah melakukan tupoksi kita, menyampaikan ilmu kepada peserta didik, membersamai mereka, melihat tumbuh kembang mereka, memotivasi, membimbing dan menanamkan nilai-nilai yang bermakna, dari perkotaan hingga pelosok desa. Secara umum,semesthinya guru hadir dengan kompetensi dan ketersediaan perlengkapan untuk menjalankan amanah. Ada juga yang menjalankan profesinya, ditengah keterbatasan sarana dan prasarana, namun guru berupaya optimal merancang pembelajaran yang adaptif, kreatif, dan penuh dedikasi. Diantara para guru itu, ada yang harus mengelola ruang kelas dengan karakter siswa yang beragam, fasilitas yang terbatas, bahkan kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung. Yang kesemuanya itu merupakan sebuah tantangan. Namun bagi guru yang sudah mendedikasikan dirinya dalam mendidk, maka tantangan itu akan semakin mengobarkan semangat dalam mencerdaskan siswa. (Seperti yang bisa di lihat dipemberitaan media, seorang guru yang tetap mengajar siswa di ruang kelas bekas kandang ayam , terlihat aum yang berkeliaran disela- sela pembelajaran).
Hanya saja tetap perlu disadari oleh semua pihak, bahwa proses pendidikan ibarat menyemai benih, merawat dan menjaganya hingga tumbuh dan berbuah. Semua proses itu, bukanlah proses instan yang hasilnya langsung terlihat. Ia membutuhkan ketelatenan, kesabaran, dan keikhlasan. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa guru ,sejatinya penyemai benih ilmu, yang mungkin tak langsung tumbuh hari ini, namun akan berbuah pada waktunya. Ilmu yang ditanamkan bukan hanya dalam bentuk konsep dan teori ( dari mapel yang diampu), namun juga melatih keterampilan berpikir dalam memecahkan permasalahan, menumbuhkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat, kemampuan beradaptasi, mengobarkan semangat juang siswa,, yang itu semua menjadi bekal siswa dalam menjalani kehidupan dimasa depan mereka.
Menuai Karakter: Tujuan Hakiki Pendidikan
Salah satu ukuran keberhasilan pendidikan bukan hanya pada capaian akademik siswa yang tersaji dalam deretan angka di raport, tetapi juga pada kepribadian yang terbentuk. Kepribadian itu tercermin dari perilaku siswa. Perilaku siswa sejatinya dipengaruhi oleh pola pikir dan pola sikap. Bentukan kepribadian ini merupakan hasil dari penanaman pemahaman oleh para guru, hasil dari pembiasaan nilai, keteladanan, dan interaksi sosial dalam lingkungan belajar, yang sering disebut dengan karakter.
Diakhir tahun pelajaran inilah kita bisa melihat melihat bagaimana karakter siswa yang terbentuk. Alhamdulillah, jika capaiannya sesui dengan visi sekolah. Namun jika belum sesuai, maka saatnya kita merefleksi diri. Meski tidak semua sesuai yang kita harapkan. Kita mendidik, membimbing siswa dari beragam latar belakang keluarga. Pola pengasuhan dan pendidikan orang tua dirumah yang juga berpengaruh dengan proses pembentukan karakter itu. Pastilah ada siswa yang semula pemalu menjadi lebih percaya diri, dari yang sebelumnya kurang peduli menjadi lebih bertanggung jawab, dari yang mudah menyerah menjadi pribadi yang tangguh. Semua itu adalah buah dari proses pendidikan yang bermakna. Oleh karena itu waktunya kita marilah kita bertanya pada diri kita, sudahkah kita menjadi model karakter bagi siswa kita? Sudahkah kita mengelola ruang kelas yang mampu yang membangun karakter, bukan hanya prestasi akademik? Karena karakter itu pembiasaan yang tidak bisa diajarkan seperti rumus fisika, namun, perlu ditumbuhkan, melalui proses yang direkayasa, istiqomah kesabaran dan dilakukan dengan kesadaran.
Refleksi sebagai Jalan Menuju Perbaikan
Dapat dikatakan refleksi pembelajaran adalah cermin, untuk memantulkan bayangan dari semua kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Kita bisa mengkaji ulang apa saja yang sudah kita lakukan dalam menjalankan amanah profesi. Kita hendaknya senantiasa menyadari bahwa menjadi guru adalah sebuah amanah yang aka ada pertanggungjawaban dari pelaksanaan amanah kita. Monev pada proses supervisi, sejatinya untuk memperbaiki strategi pembelajaran yang telah digunakan: Proses apa yang sudah berjalan baik? Apa yang perlu diperbaiki? Apa yang belum tercapai? Apa yang harus dipertahankan, dan apa yang perlu ditingkatkan. Refleksi bukan berarti menyalahkan diri atas kekurangan, melainkan menjadi cermin jernih untuk terus tumbuh berproses, karena guru adalah insan pembelajar sepanjang hayat. Maka refleksi hendaknya diiringi dengan tekad untuk memperbaiki.
Menyambut Tahun Ajaran Baru dengan Semangat Baru
Tahun pelajaran boleh berakhir, tetapi semangat untuk mendidik harus tetap menyala. Dari hasil refleksi inilah kita bisa menyusun strategi baru, membangun kesolidan tim diantara guru, merancang rencana rencana pembelajaran untuk memperbaiki hasil refleksi, sesuai dengan capaian pembelajaran yang ditetapkan, memperkuat pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, mengokohkan pembinaan karakter dengan lebih baik mengoptimalkan teknologi sebagai alat bantu, serta terus menjalin kolaborasi dengan sesame guru, orang tua dan masyarakat.Guru bukan hanya pengajar yang mentransfer ilmu di kelas, tapi juga meletakan pondasi nilai-nilai karakter siswa . Maka tugas kita tidak ringan, tapi mulia. Di pundak para guru, terletak harapan akan lahirnya generasi cerdas, tangguh, dan berakhlak.Kesadaran yang penuh akan pemahaman ini harus dimiliki oleh semua guru.
Penutup
Di akhir tahun ajaran ini, saat yang tepat untuk menghargai proses yang telah dijalani, sekaligus memantapkan langkah ke depan. Menyemai ilmu adalah kerja sepanjang tahun, dan menuai karakter adalah hasil jangka panjang dari pendidikan yang berkualitas. Mari jadikan refleksi akhir tahun sebagai budaya di sekolah dan dalam diri kita. Karena dari sanalah akan lahir pembelajaran yang terus hidup, guru yang terus berkembang, dan peserta didik yang terus tumbuh menjadi manusia seutuhnya. Selamat merefleksikan dan menyiapkan langkah baru. Pendidikan yang berkualitas adalah ladang amal jariah, ilmu adalah cahaya dan guru adalah penjaga cahayanya. Maka berbahagialah para guru yang menyadari profesi ini. Semoga setiap ilmu yang kita sampaikan , menjadi lentera bagi masa depan anak-anak bangsa.Semoga#.
———— *** ————–