31 C
Sidoarjo
Thursday, December 26, 2024
spot_img

Lonceng Kematian Wisata Museum Keraton

Oleh :
Dr Husamah
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang, asal Sumenep

Museum Keraton Sumenep, yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kabupaten Sumenep dan Jawa Timur, kini menghadapi ancaman serius. Museum ini merupakan salah satu destinasi wisata yang memegang peranan penting dalam memelihara dan memperkenalkan sejarah lokal kepada masyarakat luas. Sayangnya, keadaannya saat ini jauh dari kata ideal. Jika tidak segera ada tindakan nyata, museum ini mungkin hanya akan menjadi kenangan suram tentang kegagalan kita menjaga warisan budaya.

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengunjungi Museum Keraton Sumenep bersama rombongan dosen dari sebuah universitas. Alih-alih mendapatkan pengalaman edukatif yang menyenangkan, kami malah dikecewakan oleh kondisi museum yang sangat memprihatinkan.

Gedung museum, yang seharusnya menjadi tempat nyaman untuk belajar sejarah, justru memperlihatkan tanda-tanda keusangan dan minim perawatan. Banyak koleksi benda-benda bersejarah yang tampak terabaikan; sebagian bahkan sudah basah dan berjamur akibat kebocoran atap. Ruangan-ruangan tertentu terlihat becek dan tidak nyaman untuk dikunjungi.

Ragam Masalah
Museum yang seharusnya menjadi pusat pembelajaran sejarah ini juga minim informasi yang relevan dan modern. Dalam era digital seperti sekarang, integrasi teknologi dengan pengelolaan museum adalah suatu keharusan.

Sebagai contoh, sistem informasi berbasis QR Code bisa menjadi solusi untuk mempermudah pengunjung mengakses informasi benda-benda bersejarah. Dengan teknologi ini, cukup dengan memindai QR Code, pengunjung dapat memperoleh detail tentang sejarah koleksi secara langsung melalui smartphone. Namun, hal semacam ini belum diadopsi oleh Museum Keraton Sumenep.

Berita Terkait :  Kampanye Kolom Kosong

Sebaliknya, pengunjung harus puas dengan pemandu wisata yang lebih banyak membahas cerita mistis dan “katanya-katanya” dibandingkan fakta sejarah yang mendalam.

Masalah lainnya adalah kurangnya kesadaran akan kebersihan dan suasana yang nyaman. Saat pertama kali memasuki area depan museum, pengunjung disambut dengan pemandangan sampah yang berserakan. Tidak jarang, area ini juga dipenuhi oleh orang-orang yang bermain kartu domino atau uno, menciptakan suasana yang tidak sesuai dengan citra sebuah tempat wisata bersejarah. Kesan pertama yang buruk ini tentu saja menjadi pukulan telak bagi daya tarik museum, terutama bagi wisatawan yang datang untuk mencari pengetahuan dan pengalaman budaya.

Perlu Berbenah
Pengelolaan museum ini berada di bawah tanggung jawab Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumenep melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Keraton Sumenep. Namun, dari kondisi yang ada, tampak jelas bahwa pengelolaan ini belum berjalan optimal.

Museum Keraton Sumenep seharusnya belajar dari pengelolaan museum di daerah lain atau bahkan di luar negeri. Banyak museum modern yang berhasil memadukan pelestarian budaya dengan teknologi untuk menciptakan pengalaman wisata yang menarik dan edukatif.

Sebagai contoh, museum-museum di Eropa telah lama menggunakan teknologi interaktif untuk menarik perhatian generasi muda. Mereka memanfaatkan augmented reality, virtual tours, hingga aplikasi berbasis smartphone yang memungkinkan pengunjung untuk mengeksplorasi koleksi museum tanpa bergantung sepenuhnya pada pemandu. Dengan demikian, museum bukan hanya menjadi tempat menyimpan artefak sejarah, tetapi juga ruang belajar yang interaktif dan menyenangkan.

Berita Terkait :  Kontraksi Daya Beli Minim

Selain itu, penting juga bagi Museum Keraton Sumenep untuk memperbaiki kualitas pemandu wisatanya. Pemandu bukan hanya sekadar narator, tetapi juga mediator antara sejarah dan pengunjung. Mereka perlu dilatih untuk menyampaikan informasi yang faktual, menarik, dan relevan dengan kebutuhan pengunjung, termasuk siswa, mahasiswa, dan wisatawan mancanegara.

Saatnya Menyelamatkan
Museum Keraton Sumenep juga perlu menggandeng berbagai pihak untuk mendukung pengelolaan dan pelestarian. Misalnya, kerjasama dengan universitas lokal untuk penelitian sejarah, kerjasama dengan pelaku bisnis untuk sponsorship kegiatan budaya, atau bahkan kolaborasi dengan komunitas digital untuk pengembangan teknologi informasi.

Dukungan pemerintah daerah juga sangat diperlukan. Alokasi anggaran yang memadai harus diberikan untuk perbaikan infrastruktur museum, perawatan koleksi, dan pengembangan teknologi informasi. Selain itu, kampanye promosi museum melalui media sosial dan event-event budaya bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan jumlah pengunjung.

Museum Keraton Sumenep adalah warisan yang sangat berharga, bukan hanya bagi masyarakat Sumenep, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Ia adalah bukti nyata keberadaan dan kejayaan masa lalu yang seharusnya dijaga, dihargai, dan diperkenalkan kepada generasi mendatang. Sayangnya, tanpa upaya yang serius, museum ini akan kehilangan daya tariknya dan mungkin akan dilupakan.

Sebagai masyarakat, kita juga memiliki tanggung jawab untuk peduli terhadap keberlangsungan museum ini. Edukasi tentang pentingnya menjaga warisan budaya harus menjadi bagian dari pendidikan sejak dini. Mengunjungi museum tidak hanya sekadar wisata, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap sejarah yang telah membentuk identitas kita hari ini.

Berita Terkait :  Belajar dari Pendidikan "Berani" Ala Turki

Museum Keraton Sumenep tidak boleh dibiarkan mati perlahan. Ia membutuhkan perhatian, dedikasi, dan inovasi dari semua pihak untuk mengembalikan kejayaannya sebagai salah satu destinasi wisata sejarah terpenting di Indonesia. Jika tidak, lonceng kematian Museum Keraton Sumenep hanya tinggal menunggu waktu.

———— *** ————–

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img