Surabaya, Bhirawa
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjadi tuan rumah penyelenggaraan Higher Education Partnership Initiative (HEPI) Forum Series 2024 di Auditorium Gedung Research Center ITS, Rabu (17/7).
Program yang sudah kali ketiga dilaksanakan ini digagas oleh United States Agency for International Development (USAID). ITS sendiri merupakan salah satu dari 36 perguruan tinggi di Indonesia yang menjalin afiliasi dalam program tersebut, selain tiga perguruan tinggi yang menjadi Hub yakni Bina Nusantara University (Binus), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Hasanuddin (Unhas).
Rektor ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD mengatakan ITS telah menjadi salah satu perguruan tinggi yang menjalin afiliasi dengan USAID dalam pengembangan Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM).
“Kerja sama dengan perguruan tinggi Amerika Serikat (AS) dilakukan lewat kolaborasi riset, pertukaran pelajar, workshop internasional, proyek pengabdian masyarakat, dan berbagai kegiatan lainnya,” papar Bambang.
Mengusung tema STEM Community of Best Practices: Working Together for Powerful Higher Education Partnerships, forum ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan STEM melalui kemitraan lintas negara. Helatan forum diskusi ini menghadirkan panel dan lokakarya oleh para praktisi dan akademisi dari perguruan tinggi Amerika Serikat dan Indonesia, para pemimpin industri, serta pejabat pemerintah.
Sebelumnya forum ini sukses digelar di Bandung dan Jakarta mengenai akreditasi internasional, peran perempuan dalam bidang STEM dan industry advisory board. Kali ini, USAID HEPI yang dilaksanakan oleh Arizona State University menyoroti praktik-praktik terbaik kemitraan di bidang sains, teknologi, teknik, dan disiplin ilmu matematika (STEM) ini dengan kolaborasi erat bersama ITS.
Salah satu topik diskusi yang diangkat yakni membangun kerja sama berkelanjutan antara perguruan tinggi dengan pelaku industri. Sebagai instansi yang erat kaitannya dengan riset dan inovasi, perguruan tinggi berperan menyediakan sumber daya manusia (SDM). Sebagai hubungan timbal balik, pelaku industri berkewajiban menyiapkan dana dan sumber pendukung pengembangan riset.
Pada kesempatan ini, Bambang menuturkan harapannya agar semua pihak dapat memetik informasi dan gagasan untuk pengembangan sistem pendidikan tinggi ke depannya, khususnya dalam bidang STEM.
“Ke depan, semoga kita (ITS) bisa menjalin mitra yang lebih banyak lagi dengan berbagai perguruan tinggi nasional maupun internasional, tak lupa juga dengan perusahaan yang bergerak di bidang industry,” tutur dosen Departemen Teknik Mesin.
Salah satu panelis, Direktur Kemitraan Global ITS Dr Maria Anityasari mengatakan ITS berdedikasi untuk mengembangkkan kurikulum yang selaras dengan kegiatan industri. Dengan sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, perguruan tinggi mampu menghasilkan SDM yang berkualitas dan sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
“Alumni yang memiliki kompetensi global nantinya dapat bersaing dalam dunia industri,” tegas dosen Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS ini.
Lewat panel diskusi tersebut, ITS juga berkesempatan untuk memperkenalkan Science Techno Park (STP) sebagai wujud komitmen dalam memperkuat kolaborasi antara institusi pendidikan dengan pelaku industri. STP mengajak perguruan tinggi, pemerintah, komunitas, media serta pelaku industri untuk mempersiapkan sumber daya yang unggul lewat kegiatan pengajaran, penelitian dan pelatihan.
Sementara itu, perwakilan dari Kedutaan Besar AS, Acting Public Affairs Officer Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Surabaya Kayla Smith turut menekankan pentingnya kerja sama untuk meningkatkan jumlah lulusan STEM di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tantangan dunia yang semakin beragam seperti perubahan iklim dan permasalahan kesehatan yang membutuhkan kemampuan dari seorang ahli di bidangnya.
Agenda forum ini mencakup diskusi panel yang mendalam tentang membangun kemitraan antara universitas dan industri yang berkelanjutan, meningkatkan pengakuan internasional melalui kolaborasi strategis, dan menerapkan peluang pembelajaran berbasis proyek. Antara lain seperti Engineering Projects in Community Service (EPICS) dan Global Multi-Disciplinary Course untuk memberdayakan siswa Indonesia dengan keterampilan praktis dan kolaborasi lintas budaya dengan mahasiswa AS. [ina.fen]